KOSIYA-JĀTAKA
Kosiyajātaka (Ja 226)
[208] “Segala hal ada waktunya,” dan seterusnya. Sebuah kisah yang diceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana, tentang Raja Kosala.
Cerita pembukanya telah dikemukakan sebelumnya140 .
Kemudian Sang Guru menceritakan sebuah kisah masa lampau.
Dahulu kala, Raja Benares berangkat untuk berperang tidak pada waktunya dan mendirikan sebuah perkemahan di dalam tamannya. Kala itu, seekor burung hantu terbang masuk ke dalam kumpulan pohon bambu dan bersembunyi di dalamnya.
Kemudian datang sekelompok burung gagak: “Kita akan menangkapnya,” kata mereka, “begitu dia keluar.” Mereka pun terbang mengelilingi daerah sekitarnya. Tidak pada waktunya, tidak menunggu hingga matahari terbenam, burung hantu terbang keluar dan mencoba untuk menyelamatkan dirinya. Kawanan burung gagak mengepung dan mematuknya dengan paruh-paruh mereka sampai dia terjatuh ke tanah.
Raja bertanya kepada Bodhisatta, “Beri tahukanlah kepadaku, Orang Bijak, mengapa kawanan burung gagak tersebut menyerang burung hantu ini?” Dan Bodhisatta menjawab, “Mereka yang meninggalkan tempat tinggal mereka tidak pada waktunya, Paduka, akan mengalami penderitaan seperti ini. Oleh karena itu, sebelum waktunya tiba, hendaknya seseorang tidak meninggalkan tempat tinggalnya.”
Dan untuk menjelaskan masalah ini, dia mengucapkan bait-bait berikut:
Segala hal selalu ada waktunya;
dia yang pergi meninggalkan kediamannya,
baik sendirian maupun beramai-ramai,
tidak pada waktunya,
akan mendapatkan penderitaan;
Seperti yang dialami oleh burung hantu ini,
unggas yang tidak beruntung,
dipatuk sampai mati oleh kawanan burung gagak.
Dia yang memahami peraturan dan praktik ini;
Dia yang mengetahui kelemahan pihak lain;
Seperti burung hantu yang bijaksana,
dia akan mendapatkan kebahagiaan dan
mampu menaklukkan semua musuhnya.
[209] Setelah mendengar ini, raja pun kemudian bertolak kembali ke kediamannya.
Setelah uraian ini selesai disampaikan, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka:—“Ānanda adalah raja, dan penasihat bijak adalah diri-Ku sendiri.”
Catatan kaki :
140 Lihat No. 176 di atas.
Cerita pembukanya telah dikemukakan sebelumnya140 .
Kemudian Sang Guru menceritakan sebuah kisah masa lampau.
Dahulu kala, Raja Benares berangkat untuk berperang tidak pada waktunya dan mendirikan sebuah perkemahan di dalam tamannya. Kala itu, seekor burung hantu terbang masuk ke dalam kumpulan pohon bambu dan bersembunyi di dalamnya.
Kemudian datang sekelompok burung gagak: “Kita akan menangkapnya,” kata mereka, “begitu dia keluar.” Mereka pun terbang mengelilingi daerah sekitarnya. Tidak pada waktunya, tidak menunggu hingga matahari terbenam, burung hantu terbang keluar dan mencoba untuk menyelamatkan dirinya. Kawanan burung gagak mengepung dan mematuknya dengan paruh-paruh mereka sampai dia terjatuh ke tanah.
Raja bertanya kepada Bodhisatta, “Beri tahukanlah kepadaku, Orang Bijak, mengapa kawanan burung gagak tersebut menyerang burung hantu ini?” Dan Bodhisatta menjawab, “Mereka yang meninggalkan tempat tinggal mereka tidak pada waktunya, Paduka, akan mengalami penderitaan seperti ini. Oleh karena itu, sebelum waktunya tiba, hendaknya seseorang tidak meninggalkan tempat tinggalnya.”
Dan untuk menjelaskan masalah ini, dia mengucapkan bait-bait berikut:
Segala hal selalu ada waktunya;
dia yang pergi meninggalkan kediamannya,
baik sendirian maupun beramai-ramai,
tidak pada waktunya,
akan mendapatkan penderitaan;
Seperti yang dialami oleh burung hantu ini,
unggas yang tidak beruntung,
dipatuk sampai mati oleh kawanan burung gagak.
Dia yang memahami peraturan dan praktik ini;
Dia yang mengetahui kelemahan pihak lain;
Seperti burung hantu yang bijaksana,
dia akan mendapatkan kebahagiaan dan
mampu menaklukkan semua musuhnya.
[209] Setelah mendengar ini, raja pun kemudian bertolak kembali ke kediamannya.
Setelah uraian ini selesai disampaikan, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka:—“Ānanda adalah raja, dan penasihat bijak adalah diri-Ku sendiri.”
Catatan kaki :
140 Lihat No. 176 di atas.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com