RUCIRA-JĀTAKA
Rucirajātaka (Ja 275)
“Siapakah burung bangau cantik ini,” dan seterusnya.—Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetavana, tentang seorang bhikkhu yang serakah.
Kisah ini sama seperti kisah sebelumnya di atas. Dan berikut ini adalah bait-bait kalimatnya:—
Siapakah burung bangau cantik ini,
mengapa dia berbaring di rumah temanku si gagak?
Temanku si gagak itu adalah burung yang pemarah!
Ini adalah sangkarnya, saya beri tahu ini kepadamu!
Apakah kamu benar-benar tidak mengenaliku, Teman?
kita biasa pergi mencari makan bersama.
Tidak kukerjakan seperti apa yang diberitahukan kepadaku,
maka demikianlah bulu-buluku dicabuti, seperti yang terlihat olehmu ini.
Nantinya kamu akan kembali berduka, saya tahu itu—
adalah sifat alamiahmu untuk melakukannya.
Jika manusia menyiapkan makanan berupa daging (ikan)
maka makanan itu bukanlah untuk dimakan oleh burung-burung kecil.
Kemudian sama seperti yang dikatakan oleh Bodhisatta sebelumnya di atas, “Saya tidak bisa tinggal di sini lagi,” dan terbang ke tempat lain.
____________________
Ketika uraian ini berakhir, Sang Guru memaklumkan kebenaran dan mempertautkan kisah kelahiran mereka:—Di akhir kebenarannya, bhikkhu yang serakah itu mencapai tingkat kesucian Anāgāmi:—“Bhikkhu yang serakah itu adalah burung gagak, dan Aku sendiri adalah burung dara.”
Kisah ini sama seperti kisah sebelumnya di atas. Dan berikut ini adalah bait-bait kalimatnya:—
Siapakah burung bangau cantik ini,
mengapa dia berbaring di rumah temanku si gagak?
Temanku si gagak itu adalah burung yang pemarah!
Ini adalah sangkarnya, saya beri tahu ini kepadamu!
Apakah kamu benar-benar tidak mengenaliku, Teman?
kita biasa pergi mencari makan bersama.
Tidak kukerjakan seperti apa yang diberitahukan kepadaku,
maka demikianlah bulu-buluku dicabuti, seperti yang terlihat olehmu ini.
Nantinya kamu akan kembali berduka, saya tahu itu—
adalah sifat alamiahmu untuk melakukannya.
Jika manusia menyiapkan makanan berupa daging (ikan)
maka makanan itu bukanlah untuk dimakan oleh burung-burung kecil.
Kemudian sama seperti yang dikatakan oleh Bodhisatta sebelumnya di atas, “Saya tidak bisa tinggal di sini lagi,” dan terbang ke tempat lain.
____________________
Ketika uraian ini berakhir, Sang Guru memaklumkan kebenaran dan mempertautkan kisah kelahiran mereka:—Di akhir kebenarannya, bhikkhu yang serakah itu mencapai tingkat kesucian Anāgāmi:—“Bhikkhu yang serakah itu adalah burung gagak, dan Aku sendiri adalah burung dara.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com