LĀBHA-GARAHA-JĀTAKA
Lābhagarahajātaka (Ja 287)
“Dia yang tidak waras,” dan seterusnya.—Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetavana, tentang seorang rekan sesama bhikkhu Thera Sāriputta.
[421] Bhikkhu ini menghampiri sang thera, dan setelah duduk di satu sisi, menanyakan bagaimana cara seseorang bisa mendapatkan perolehan, bagaimana cara dia bisa mendapatkan pakaian dan lain sebagainya. Sang thera membalas, “Āvuso, ada empat kualitas yang membuat seorang petapa bisa mendapatkan derma: dia menyingkirkan rasa malu dan segan untuk berbuat jahat di dalam dirinya, dia melepaskan kehidupan petapanya, dia terlihat tidak waras meskipun sebenarnya dia waras; dia mengucapkan kata-kata fitnah; dia bertingkah laku seperti seorang pemain akrobat; dia menggunakan kata-kata yang tidak benar di mana-mana.” Demikian sang thera menjelaskan bagaimana seseorang bisa mendapatkan perolehan yang besar. Bhikkhu ini mencela semuanya, dan kemudian pergi.
Sang thera mengunjungi Sang Guru dan memberitahukan semuanya kepada Beliau. Sang Guru berkata, “Ini bukan pertama kalinya bhikkhu ini mencela (cara-cara) perolehan, dia juga melakukan hal yang sama sebelumnya.”
Kemudian atas permintaan sang thera, Beliau menceritakan sebuah kisah masa lampau.
____________________
Dahulu kala ketika Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta terlahir di dalam sebuah keluarga brahmana. Ketika berusia enam belas tahun, dia telah menguasai tiga kitab Weda dan delapan belas keahlian. Dia menjadi seorang guru terkemuka yang mendidik sekelompok brahmana yang berjumlah lima ratus orang.
Seorang brahmana muda, yang memiliki moralitas, menghampirinya gurunya pada suatu hari dengan pertanyaan, “Bagaimana cara orang-orang mendapatkan perolehan?”
Sang guru menjawab, “Tāta, ada empat kualitas yang bisa membuat orang-orang itu mendapatkan perolehan,” dan mengulangi bait pertama berikut:
Dia yang (bertingkah) tidak waras,
dia yang mengucapkan fitnah,
dia yang (bertingkah) seperti pemain akrobat,
dia yang mengucapkan kata-kata bohong,
demikianlah orang yang bisa mendapatkan perolehan,
yang semuanya adalah orang-orang dungu:
semoga ini menjadi pernyataan nasihat bagimu.
[422] Mendengar perkataan sang guru, murid tersebut mencela (cara-cara) perolehan itu dalam dua bait kalimat berikut:
Tidaklah terpuji dia yang mendapatkan perolehan
dengan kehancuran dan perbuatan buruk yang kejam.
Dengan mangkuk di tangan akan kujalankan kehidupan petapa,
daripada hidup dalam keburukan dan keserakahan.
[423] Demikianlah brahmana muda itu memuji kualitas dari kehidupan petapa. Dan dia pun menjadi seorang petapa, berkeliling mendapatkan derma dengan benar, mengembangkan pencapaian meditasi, sampai akhirnya terlahir di alam brahma.
____________________
Setelah uraian ini berakhir, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka: “Pada masa itu, bhikkhu yang mencela (cara-cara) perolehan adalah brahmana muda, sedangkan gurunya adalah diri-Ku sendiri.”
[421] Bhikkhu ini menghampiri sang thera, dan setelah duduk di satu sisi, menanyakan bagaimana cara seseorang bisa mendapatkan perolehan, bagaimana cara dia bisa mendapatkan pakaian dan lain sebagainya. Sang thera membalas, “Āvuso, ada empat kualitas yang membuat seorang petapa bisa mendapatkan derma: dia menyingkirkan rasa malu dan segan untuk berbuat jahat di dalam dirinya, dia melepaskan kehidupan petapanya, dia terlihat tidak waras meskipun sebenarnya dia waras; dia mengucapkan kata-kata fitnah; dia bertingkah laku seperti seorang pemain akrobat; dia menggunakan kata-kata yang tidak benar di mana-mana.” Demikian sang thera menjelaskan bagaimana seseorang bisa mendapatkan perolehan yang besar. Bhikkhu ini mencela semuanya, dan kemudian pergi.
Sang thera mengunjungi Sang Guru dan memberitahukan semuanya kepada Beliau. Sang Guru berkata, “Ini bukan pertama kalinya bhikkhu ini mencela (cara-cara) perolehan, dia juga melakukan hal yang sama sebelumnya.”
Kemudian atas permintaan sang thera, Beliau menceritakan sebuah kisah masa lampau.
____________________
Dahulu kala ketika Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta terlahir di dalam sebuah keluarga brahmana. Ketika berusia enam belas tahun, dia telah menguasai tiga kitab Weda dan delapan belas keahlian. Dia menjadi seorang guru terkemuka yang mendidik sekelompok brahmana yang berjumlah lima ratus orang.
Seorang brahmana muda, yang memiliki moralitas, menghampirinya gurunya pada suatu hari dengan pertanyaan, “Bagaimana cara orang-orang mendapatkan perolehan?”
Sang guru menjawab, “Tāta, ada empat kualitas yang bisa membuat orang-orang itu mendapatkan perolehan,” dan mengulangi bait pertama berikut:
Dia yang (bertingkah) tidak waras,
dia yang mengucapkan fitnah,
dia yang (bertingkah) seperti pemain akrobat,
dia yang mengucapkan kata-kata bohong,
demikianlah orang yang bisa mendapatkan perolehan,
yang semuanya adalah orang-orang dungu:
semoga ini menjadi pernyataan nasihat bagimu.
[422] Mendengar perkataan sang guru, murid tersebut mencela (cara-cara) perolehan itu dalam dua bait kalimat berikut:
Tidaklah terpuji dia yang mendapatkan perolehan
dengan kehancuran dan perbuatan buruk yang kejam.
Dengan mangkuk di tangan akan kujalankan kehidupan petapa,
daripada hidup dalam keburukan dan keserakahan.
[423] Demikianlah brahmana muda itu memuji kualitas dari kehidupan petapa. Dan dia pun menjadi seorang petapa, berkeliling mendapatkan derma dengan benar, mengembangkan pencapaian meditasi, sampai akhirnya terlahir di alam brahma.
____________________
Setelah uraian ini berakhir, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka: “Pada masa itu, bhikkhu yang mencela (cara-cara) perolehan adalah brahmana muda, sedangkan gurunya adalah diri-Ku sendiri.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com