ANTA-JĀTAKA
Antajātaka (Ja 295)
“Seperti seekor sapi,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di tempat yang sama, tentang dua orang yang sama.
Cerita pembukanya sama seperti sebelumnya di atas.
____________________
Dahulu kala ketika Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta terlahir sebagai seorang dewa pohon eraṇḍa279, yang tumbuh di dekat sebuah desa.
Seekor sapi tua mati di desa, dan para penduduk menarik bangkainya keluar dan melemparnya ke hutan tersebut di dekat gerbang desa.
Seekor serigala datang dan mulai menyantap daging sapi tersebut. Kemudian datang seekor gagak, dan bertengger di pohon itu. Ketika melihat serigala, burung gagak itu berpikir dia mungkin akan mendapatkan daging bangkai untuk dimakan jika dia memujinya. Dan demikian dia mengulangi bait pertama berikut:
Seperti sapi jantan tubuhmu terlihat,
seperti singa gerak gerikmu.
Wahai Raja Hewan Buas,
semoga Anda berjaya!
Mohon jangan lupa untuk
menyisakan sedikit untukku.
Ketika mendengar ini, serigala mengulangi bait kedua:
Mereka yang berasal dari keturunan
dan kelahiran mulia tahu bagaimana
memuji yang patut dipuji.
Wahai Gagak, lehermu terlihat seperti leher merak,
turunlah dari pohon dan ambillah bagianmu!
Dewa pohon yang melihat kejadian ini, mengulangi bait ketiga berikut:
Yang paling rendah dari segala hewan buas adalah serigala,
gagak adalah yang paling rendah dari segala burung;
Pohon eraṇḍa adalah yang paling rendah pula:
sekarang ketiga makhluk rendah berada di sini, bertiga.
____________________
[441] Ketika uraian ini berakhir, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka: “Pada masa itu, Devadatta adalah serigala, Kokalika (Kokālika) adalah gagak, sedangkan dewa pohon adalah diri-Ku sendiri.”
____________________
Catatan kaki :
278 Folk-lore Journal, 3. 363. Bandingkan No. 294, di atas.
279 PED menuliskan kata ini sebagai “Castor oil plant”.
Cerita pembukanya sama seperti sebelumnya di atas.
____________________
Dahulu kala ketika Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta terlahir sebagai seorang dewa pohon eraṇḍa279, yang tumbuh di dekat sebuah desa.
Seekor sapi tua mati di desa, dan para penduduk menarik bangkainya keluar dan melemparnya ke hutan tersebut di dekat gerbang desa.
Seekor serigala datang dan mulai menyantap daging sapi tersebut. Kemudian datang seekor gagak, dan bertengger di pohon itu. Ketika melihat serigala, burung gagak itu berpikir dia mungkin akan mendapatkan daging bangkai untuk dimakan jika dia memujinya. Dan demikian dia mengulangi bait pertama berikut:
Seperti sapi jantan tubuhmu terlihat,
seperti singa gerak gerikmu.
Wahai Raja Hewan Buas,
semoga Anda berjaya!
Mohon jangan lupa untuk
menyisakan sedikit untukku.
Ketika mendengar ini, serigala mengulangi bait kedua:
Mereka yang berasal dari keturunan
dan kelahiran mulia tahu bagaimana
memuji yang patut dipuji.
Wahai Gagak, lehermu terlihat seperti leher merak,
turunlah dari pohon dan ambillah bagianmu!
Dewa pohon yang melihat kejadian ini, mengulangi bait ketiga berikut:
Yang paling rendah dari segala hewan buas adalah serigala,
gagak adalah yang paling rendah dari segala burung;
Pohon eraṇḍa adalah yang paling rendah pula:
sekarang ketiga makhluk rendah berada di sini, bertiga.
____________________
[441] Ketika uraian ini berakhir, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka: “Pada masa itu, Devadatta adalah serigala, Kokalika (Kokālika) adalah gagak, sedangkan dewa pohon adalah diri-Ku sendiri.”
____________________
Catatan kaki :
278 Folk-lore Journal, 3. 363. Bandingkan No. 294, di atas.
279 PED menuliskan kata ini sebagai “Castor oil plant”.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com