HIRI-JĀTAKA
Hirijātaka (Ja 363)
[196] “Ia yang mengurangi rasa hormat,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana, tentang seorang saudagar kaya, teman dari Anāthapiṇḍika (Anathapindika), yang tinggal di daerah perbatasan.
Baik cerita pembukanya maupun kisah masa lampaunya dikemukakan secara lengkap di dalam buku pertama119.
Di dalam kisah ini, ketika saudagar dari Benares diberitahukan bahwa para pengikut dari saudagar asing tersebut terampas harta benda mereka dan setelah kehilangan semua yang mereka miliki, mereka harus lari menyelamatkan diri, ia berkata, “Karena mereka lalai untuk melakukan hal yang wajib untuk mereka lakukan kepada orang asing yang datang kepada mereka, mereka tidak menemukan siapa pun yang bisa melakukan hal yang baik kepada mereka.”
Dan setelah mengatakan itu, ia mengucapkan syair-syair berikut:
Ia yang mengurangi rasa hormat,
ketika memainkan perannya sebagai seorang pelayan,
membenci dirimu di dalam hatinya,
sedikit berbuat (kebajikan), banyak berbicara—
maka teman yang demikian tidaklah seharusnya dimiliki.
Anda harus dengan sungguh-sungguh menepati setiap janji,
jangan menjanjikan apa yang tidak sanggup Anda lakukan;
Orang bijak akan memandang dengan sebelah mata terhadap orang yang membual.
Tidak seharusnya seseorang curiga tanpa alasan,
atau tidak mencari penjelasan dengan teliti;
Seorang teman seharusnya menaruh kepercayaan kepada temannya,
seperti seorang anak kepada air susu ibunya,
dan tidak pernah, disebabkan oleh perkataan dari orang asing,
menjadi terpisah dari temannya.
Ia yang menggerakkan roda persahabatan dengan baik
akan mendapatkan kebahagiaan dan kehormatan:
Sedangkan ia yang mencicipi kebahagiaan dalam kesendirian,
mendapatkan buah manis dari kebenaran—
ia hanya tahu melepaskan diri dari belenggu keburukan dan penderitaan.
[197] Demikianlah Sang Mahasatwa, merasa tidak suka berhubungan dengan teman-teman yang jahat, dengan kekuatannya dari penyendirian, memaparkan ajarannya secara maksimal dan menuntun mereka yang pada puncaknya mencapai nibbāna (nibbana).
Setelah Sang Guru menyelesaikan uraian ini, Beliau mempertautkan kisah kelahiran ini: “Pada masa itu, saya sendiri adalah saudagar dari Benares.”
Baik cerita pembukanya maupun kisah masa lampaunya dikemukakan secara lengkap di dalam buku pertama119.
Di dalam kisah ini, ketika saudagar dari Benares diberitahukan bahwa para pengikut dari saudagar asing tersebut terampas harta benda mereka dan setelah kehilangan semua yang mereka miliki, mereka harus lari menyelamatkan diri, ia berkata, “Karena mereka lalai untuk melakukan hal yang wajib untuk mereka lakukan kepada orang asing yang datang kepada mereka, mereka tidak menemukan siapa pun yang bisa melakukan hal yang baik kepada mereka.”
Dan setelah mengatakan itu, ia mengucapkan syair-syair berikut:
Ia yang mengurangi rasa hormat,
ketika memainkan perannya sebagai seorang pelayan,
membenci dirimu di dalam hatinya,
sedikit berbuat (kebajikan), banyak berbicara—
maka teman yang demikian tidaklah seharusnya dimiliki.
Anda harus dengan sungguh-sungguh menepati setiap janji,
jangan menjanjikan apa yang tidak sanggup Anda lakukan;
Orang bijak akan memandang dengan sebelah mata terhadap orang yang membual.
Tidak seharusnya seseorang curiga tanpa alasan,
atau tidak mencari penjelasan dengan teliti;
Seorang teman seharusnya menaruh kepercayaan kepada temannya,
seperti seorang anak kepada air susu ibunya,
dan tidak pernah, disebabkan oleh perkataan dari orang asing,
menjadi terpisah dari temannya.
Ia yang menggerakkan roda persahabatan dengan baik
akan mendapatkan kebahagiaan dan kehormatan:
Sedangkan ia yang mencicipi kebahagiaan dalam kesendirian,
mendapatkan buah manis dari kebenaran—
ia hanya tahu melepaskan diri dari belenggu keburukan dan penderitaan.
[197] Demikianlah Sang Mahasatwa, merasa tidak suka berhubungan dengan teman-teman yang jahat, dengan kekuatannya dari penyendirian, memaparkan ajarannya secara maksimal dan menuntun mereka yang pada puncaknya mencapai nibbāna (nibbana).
Setelah Sang Guru menyelesaikan uraian ini, Beliau mempertautkan kisah kelahiran ini: “Pada masa itu, saya sendiri adalah saudagar dari Benares.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com