VATTAKA JATAKA
Vaṭṭakajātaka (Ja 394)
“Minyak dan mentega,” dan seterusnya. Sang Guru menceritakan ini ketika berdiam di Jetavana, tentang seorang bhikkhu yang serakah. Mengetahui bahwa ia adalah seorang yang serakah, Sang Guru berkata kepadanya, “Ini bukanlah pertama kalinya Anda menjadi orang yang serakah, sebelumnya juga disebabkan oleh keserakahan, di Benares, Anda merasa tidak puas dengan bangkai gajah, sapi, kuda, dan manusia, dan dengan harapan untuk mendapatkan makanan yang lebih baik, Anda pergi ke dalam hutan,” dan demikian Beliau menceritakan
kisah tersebut.
Dahulu kala ketika Brahmadatta memerintah di Benares, Bodhisatta terlahir sebagai seekor burung puyuh dan tinggal didalam hutan dengan memakan rerumputan dan biji-bijian. Kala
itu di Benares hiduplah seekor burung gagak serakah yang merasa tidak puas dengan bangkai gajah dan hewan-hewan lainnya. Ia pergi ke dalam hutan dengan harapan untuk
mendapatkan makanan yang lebih baik. Ketika sedang memakan buah yang tumbuh liar di sana, gagak melihat Bodhisatta dan berpikir, “Burung puyuh ini sangat gemuk. Ia pasti makan
makanan yang manis (enak), saya akan menanyakan apa yang dimakannya dan memakannya untuk menjadi gemuk,” dan ia bertengger di sebuah dahan pohon di atasnya. Bodhisatta [313], sebelum ditanya, terlebih dahulu memberinya salam dan mengucapkan bait pertama berikut:—
Minyak dan mentega adalah makananmu,
makananmu semuanya adalah makanan yang manis:
Beri tahu saya apa yang menyebabkan Anda menjadi
kurus, wahai gagak.
Mendengar perkataannya, gagak mengucapkan bait
ketiga berikut:—
Tinggal di tengah-tengah musuh,
jantungku berdetak kencang, kucari makanan
dengan perasaan tidak tenang:
Bagaimana seekor gagak bisa menjadi gemuk?
Gagak menghabiskan hidup mereka dalam ketakutan,
pikiran mereka selalu tertarik berbuat jahat;
Potongan makanan yang didapatkan tidaklah cukup;
Wahai puyuh, itulah sebabnya saya menjadi kurus.
Rumput liar dan biji-bijian adalah makananmu di sini,
yang hanya terdapat sedikit gizi di dalamnya;
Beri tahu saya mengapa Anda bisa gemuk, wahai puyuh,
dengan makanan yang demikian ini.
Bodhisatta yang mendengarnya mengucapkan bait-bait berikut, untuk menjelaskan mengapa ia bisa menjadi gemuk:—
Saya memiliki pikiran yang selalu puas dan tenang,
bepergian ke tempat-tempat yang dekat,
Saya bertahan hidup dengan memakan apa pun
yang kudapatkan;
Oleh karena itulah, wahai gagak, saya menjadi gemuk.
Kepuasan dalam pikiran dan kebahagiaan dengan
perasaan yang tenang,
maka kehidupan yang baik akan diperoleh:
Hidup yang demikian adalah bagian yang lebih baik.
[314] Setelah uraian-Nya selesai, Sang Guru memaklumkan kebenarannya dan mempertautkan kisah kelahiran mereka:—Di akhir kebenarannya, bhikkhu yang (tadinya) serakah mencapai tingkat kesucian Sotāpanna:
“Pada masa itu, burung gagak adalah bhikkhu yang serakah, dan burung puyuh adalah saya sendiri.”
kisah tersebut.
Dahulu kala ketika Brahmadatta memerintah di Benares, Bodhisatta terlahir sebagai seekor burung puyuh dan tinggal didalam hutan dengan memakan rerumputan dan biji-bijian. Kala
itu di Benares hiduplah seekor burung gagak serakah yang merasa tidak puas dengan bangkai gajah dan hewan-hewan lainnya. Ia pergi ke dalam hutan dengan harapan untuk
mendapatkan makanan yang lebih baik. Ketika sedang memakan buah yang tumbuh liar di sana, gagak melihat Bodhisatta dan berpikir, “Burung puyuh ini sangat gemuk. Ia pasti makan
makanan yang manis (enak), saya akan menanyakan apa yang dimakannya dan memakannya untuk menjadi gemuk,” dan ia bertengger di sebuah dahan pohon di atasnya. Bodhisatta [313], sebelum ditanya, terlebih dahulu memberinya salam dan mengucapkan bait pertama berikut:—
Minyak dan mentega adalah makananmu,
makananmu semuanya adalah makanan yang manis:
Beri tahu saya apa yang menyebabkan Anda menjadi
kurus, wahai gagak.
Mendengar perkataannya, gagak mengucapkan bait
ketiga berikut:—
Tinggal di tengah-tengah musuh,
jantungku berdetak kencang, kucari makanan
dengan perasaan tidak tenang:
Bagaimana seekor gagak bisa menjadi gemuk?
Gagak menghabiskan hidup mereka dalam ketakutan,
pikiran mereka selalu tertarik berbuat jahat;
Potongan makanan yang didapatkan tidaklah cukup;
Wahai puyuh, itulah sebabnya saya menjadi kurus.
Rumput liar dan biji-bijian adalah makananmu di sini,
yang hanya terdapat sedikit gizi di dalamnya;
Beri tahu saya mengapa Anda bisa gemuk, wahai puyuh,
dengan makanan yang demikian ini.
Bodhisatta yang mendengarnya mengucapkan bait-bait berikut, untuk menjelaskan mengapa ia bisa menjadi gemuk:—
Saya memiliki pikiran yang selalu puas dan tenang,
bepergian ke tempat-tempat yang dekat,
Saya bertahan hidup dengan memakan apa pun
yang kudapatkan;
Oleh karena itulah, wahai gagak, saya menjadi gemuk.
Kepuasan dalam pikiran dan kebahagiaan dengan
perasaan yang tenang,
maka kehidupan yang baik akan diperoleh:
Hidup yang demikian adalah bagian yang lebih baik.
[314] Setelah uraian-Nya selesai, Sang Guru memaklumkan kebenarannya dan mempertautkan kisah kelahiran mereka:—Di akhir kebenarannya, bhikkhu yang (tadinya) serakah mencapai tingkat kesucian Sotāpanna:
“Pada masa itu, burung gagak adalah bhikkhu yang serakah, dan burung puyuh adalah saya sendiri.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com