Semata-mata Hanya Penderitaan
Dukkhalakkhaṇa (SN 14.34)
Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, jika unsur tanah ini semata-mata adalah hanya penderitaan, tenggelam dalam penderitaan, curam menuju penderitaan, dan jika [juga] tidak curam menuju kesenangan, maka makhluk-makhluk tidak akan menyukainya. Tetapi karena unsur tanah adalah menyenangkan, tenggelam dalam kenikmatan, curam menuju kenikmatan, dan tidak [hanya] curam menuju penderitaan, maka makhluk-makhluk menyukainya.
“Para bhikkhu, jika unsur air ini semata-mata adalah hanya penderitaan … jika unsur panas ini semata-mata adalah hanya penderitaan … jika unsur angin ini semata-mata adalah hanya penderitaan, tenggelam dalam penderitaan, curam menuju penderitaan, dan jika [juga] tidak curam menuju kenikmatan, maka makhluk-makhluk tidak akan menyukainya. Tetapi karena unsur angin adalah menyenangkan, tenggelam dalam kesenangan, curam menuju kenikmatan, dan tidak [hanya] curam menuju penderitaan, maka makhluk-makhluk menyukainya.
“Para bhikkhu, jika unsur tanah ini semata-mata adalah hanya menyenangkan, tenggelam dalam kenikmatan, curam menuju kenikmatan, dan jika [juga] tidak curam menuju penderitaan, maka makhluk-makhluk tidak akan mengalami kejijikan terhadapnya. Tetapi karena unsur tanah adalah penderitaan, tenggelam dalam penderitaan, curam menuju penderitaan, dan tidak [hanya] curam menuju kenikmatan, maka makhluk-makhluk mengalami kejijikan terhadapnya.
“Para bhikkhu, jika unsur air ini semata-mata adalah hanya menyenangkan … jika unsur panas ini semata-mata adalah hanya menyenangkan … jika unsur angin ini semata-mata adalah hanya menyenangkan, tenggelam dalam kesenangan, curam menuju kesenangan, dan jika [juga] tidak curam menuju penderitaan, maka makhluk-makhluk tidak akan mengalami kejijikan terhadapnya. Tetapi karena unsur angin adalah penderitaan, tenggelam dalam penderitaan, curam menuju penderitaan, dan tidak [hanya] curam menuju kenikmatan, maka makhluk-makhluk mengalami kejijikan terhadapnya.”
“Para bhikkhu, jika unsur air ini semata-mata adalah hanya penderitaan … jika unsur panas ini semata-mata adalah hanya penderitaan … jika unsur angin ini semata-mata adalah hanya penderitaan, tenggelam dalam penderitaan, curam menuju penderitaan, dan jika [juga] tidak curam menuju kenikmatan, maka makhluk-makhluk tidak akan menyukainya. Tetapi karena unsur angin adalah menyenangkan, tenggelam dalam kesenangan, curam menuju kenikmatan, dan tidak [hanya] curam menuju penderitaan, maka makhluk-makhluk menyukainya.
“Para bhikkhu, jika unsur tanah ini semata-mata adalah hanya menyenangkan, tenggelam dalam kenikmatan, curam menuju kenikmatan, dan jika [juga] tidak curam menuju penderitaan, maka makhluk-makhluk tidak akan mengalami kejijikan terhadapnya. Tetapi karena unsur tanah adalah penderitaan, tenggelam dalam penderitaan, curam menuju penderitaan, dan tidak [hanya] curam menuju kenikmatan, maka makhluk-makhluk mengalami kejijikan terhadapnya.
“Para bhikkhu, jika unsur air ini semata-mata adalah hanya menyenangkan … jika unsur panas ini semata-mata adalah hanya menyenangkan … jika unsur angin ini semata-mata adalah hanya menyenangkan, tenggelam dalam kesenangan, curam menuju kesenangan, dan jika [juga] tidak curam menuju penderitaan, maka makhluk-makhluk tidak akan mengalami kejijikan terhadapnya. Tetapi karena unsur angin adalah penderitaan, tenggelam dalam penderitaan, curam menuju penderitaan, dan tidak [hanya] curam menuju kenikmatan, maka makhluk-makhluk mengalami kejijikan terhadapnya.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com