Tidak ada jiwa di nafas
Anantakāyapañha (Mil 3.1 4)
Maka Devamantiya, Anantakaya dan Mankura pergi ke petapaan Nagasena untuk menjemput para bhikkhu ke istana. Di dalam perjalanan menuju ke istana, Anantakaya berkata kepada Nagasena, “Yang Mulia, bila saya mengatakan ‘Nagasena’, apakah sebenarnya Nagasena itu?”
“Anda pikir apa Nagasena itu?”
“Jiwa, nafas di dalam yang keluar dan masuk.”
“Jika nafas itu, setelah keluar, tidak lagi kembali masuk, apakah orang itu masih akan hidup?”
“Tentu saja tidak.”
“Tetapi setelah para peniup trompet, misalnya, meniup trompetnya, apakah nafas mereka kembali pada mereka?”
“Tidak Yang Mulia, tidak.”
“Kalau begitu kenapa mereka tidak mati?”
“Saya tidak mampu berbantahan dengan Anda. Tolong jelaskanlah bagaimana.”
“Tidak ada jiwa di dalam nafas. Proses menarik dan menghembuskan nafas ini hanyalah tenaga unsur pokok dari kerangka tubuh.” Kemudian Nagasena Thera berbicara tentang Abhidhamma dan Anantakaya merasa puas dengan penjelasan itu.
“Anda pikir apa Nagasena itu?”
“Jiwa, nafas di dalam yang keluar dan masuk.”
“Jika nafas itu, setelah keluar, tidak lagi kembali masuk, apakah orang itu masih akan hidup?”
“Tentu saja tidak.”
“Tetapi setelah para peniup trompet, misalnya, meniup trompetnya, apakah nafas mereka kembali pada mereka?”
“Tidak Yang Mulia, tidak.”
“Kalau begitu kenapa mereka tidak mati?”
“Saya tidak mampu berbantahan dengan Anda. Tolong jelaskanlah bagaimana.”
“Tidak ada jiwa di dalam nafas. Proses menarik dan menghembuskan nafas ini hanyalah tenaga unsur pokok dari kerangka tubuh.” Kemudian Nagasena Thera berbicara tentang Abhidhamma dan Anantakaya merasa puas dengan penjelasan itu.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com