Rasa Takut terhadap Kematian
Maccubhāyanābhāyanapañha (Mil 5.2 3)
13. Rasa Takut terhadap Kematian
“Sang Buddha berkata, ‘Semuanya gemetar akan hukuman, semuanya takut akan kematian.’ Tetapi Beliau juga berkata, ‘Arahat telah melewati semua rasa takut.’ Jadi bagaimana? Apakah para Arahat juga gemetar karena ketakutan akan kematian? Apakah para makhluk di neraka takut akan kematian, padahal lewat kematian itu mereka mungkin akan terbebas dari siksaan?”
“O baginda, tidaklah termasuk para Arahat ketika Sang Buddha berkata,
‘Semuanya gemetar akan hukuman, semuanya takut akan, kematian.’ Seorang Arahat merupakan perkecualian dari pernyataan itu karena semua penyebab rasa takut telah dihilangkan olehnya. Misalnya saja, O baginda, seorang raja mempunyai empat menteri utama yang setia dan dapat dipercaya; apakah mereka akan merasa takut bila raja mengeluarkan perintah yang mengatakan, ‘Semua orang daerahku harus membayar pajak’?”
‘Tidak, Nagasena. Mereka tidak akan merasa takut karena pajak tidak berlaku untuk mereka. Mereka berada di luar perpajakan.”
“Begitu juga, O baginda, pernyataan, ‘Semuanya gemetar akan hukuman, semuanya takut akan kematian’, tidak berlaku bagi para Arahat karena mereka berada di luar rasa takut akan kematian. Ada lima cara, O baginda, di mana arti suatu pernyataan harus ditegaskan:
Membandingkannya dengan teks yang dikutip;
Melalui ‘selera’, yaitu: apakah sesuai dengan teks-teks lain?;
Apakah sesuai dengan ajaran para guru?;
Setelah menimbang pendapatnya sendiri, yaitu apakah sesuai dengan pengalamanku sendiri?;
Dengan gabungan semua cara itu.”
“Baiklah, Nagasena, saya menerima bahwa para Arahat merupakan perkecualian bagi pernyataan itu, tetapi tentunya semua makhluk di neraka tak mungkin merasa takut akan kematian karena lewat kematian itu mereka akan terbebas dari siksaan.”
“Mereka yang berada di neraka tetap merasa takut akan kematian, O baginda, karena kematian merupakan kondisi di mana mereka yang belum melihat Dhamma merasa takut. Seandainya, O baginda, seorang tawanan yang disekap di ruang bawah tanah harus menghadap raja yang sebenarnya berkehendak akan membebaskannya, apakah tawanan itu merasa takut menghadap raja?”
“Ya, dia akan merasa takut.”
“Begitu juga, O baginda, semua makhluk di neraka merasa takut akan kematian walaupun mereka akan terbebas dari siksaan.”
“Sang Buddha berkata, ‘Semuanya gemetar akan hukuman, semuanya takut akan kematian.’ Tetapi Beliau juga berkata, ‘Arahat telah melewati semua rasa takut.’ Jadi bagaimana? Apakah para Arahat juga gemetar karena ketakutan akan kematian? Apakah para makhluk di neraka takut akan kematian, padahal lewat kematian itu mereka mungkin akan terbebas dari siksaan?”
“O baginda, tidaklah termasuk para Arahat ketika Sang Buddha berkata,
‘Semuanya gemetar akan hukuman, semuanya takut akan, kematian.’ Seorang Arahat merupakan perkecualian dari pernyataan itu karena semua penyebab rasa takut telah dihilangkan olehnya. Misalnya saja, O baginda, seorang raja mempunyai empat menteri utama yang setia dan dapat dipercaya; apakah mereka akan merasa takut bila raja mengeluarkan perintah yang mengatakan, ‘Semua orang daerahku harus membayar pajak’?”
‘Tidak, Nagasena. Mereka tidak akan merasa takut karena pajak tidak berlaku untuk mereka. Mereka berada di luar perpajakan.”
“Begitu juga, O baginda, pernyataan, ‘Semuanya gemetar akan hukuman, semuanya takut akan kematian’, tidak berlaku bagi para Arahat karena mereka berada di luar rasa takut akan kematian. Ada lima cara, O baginda, di mana arti suatu pernyataan harus ditegaskan:
Membandingkannya dengan teks yang dikutip;
Melalui ‘selera’, yaitu: apakah sesuai dengan teks-teks lain?;
Apakah sesuai dengan ajaran para guru?;
Setelah menimbang pendapatnya sendiri, yaitu apakah sesuai dengan pengalamanku sendiri?;
Dengan gabungan semua cara itu.”
“Baiklah, Nagasena, saya menerima bahwa para Arahat merupakan perkecualian bagi pernyataan itu, tetapi tentunya semua makhluk di neraka tak mungkin merasa takut akan kematian karena lewat kematian itu mereka akan terbebas dari siksaan.”
“Mereka yang berada di neraka tetap merasa takut akan kematian, O baginda, karena kematian merupakan kondisi di mana mereka yang belum melihat Dhamma merasa takut. Seandainya, O baginda, seorang tawanan yang disekap di ruang bawah tanah harus menghadap raja yang sebenarnya berkehendak akan membebaskannya, apakah tawanan itu merasa takut menghadap raja?”
“Ya, dia akan merasa takut.”
“Begitu juga, O baginda, semua makhluk di neraka merasa takut akan kematian walaupun mereka akan terbebas dari siksaan.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com