Dua Buddha Tidak Mungkin Ada Bersama
Dvinnaṃbuddhānaṃanuppajjamānapañha (Mil 6.1 1)
52. Dua Buddha Tidak Mungkin Ada Bersama
“Sang Buddha berkata, ‘Di dunia ini, dua Buddha -yang telah mencapai Pencerahan Sempurna- tidak mungkin ada bersama.’ Tetapi, Nagasena, jika semua Tathagata mengajarkan ajaran yang sama, mengapa mereka tidak boleh ada bersama? Jika ada dua Buddha, mereka akan dapat mengajar lebih santai dan dunia ini bahkan akan lebih cerah.”
“O baginda, seandainya dua Buddha ada bersama, bumi ini tidak akan mampu menahan beban kebajikan mereka berdua. Bumi akan bergetar, bergoncang, dan hancur. Misalnya, O baginda, ada orang yang telah makan begitu banyak sehingga tidak ada lagi tempat yang tersisa di perutnya. Jika harus makan sebanyak itu lagi, apakah dia akan merasa nyaman?”
“Tentu saja tidak, Yang Mulia. Jika dia makan lagi, dia akan mati.”
“Demikian juga halnya, O baginda, bumi ini tidak akan tahan kalau ada satu Tathagata lagi seperti halnya orang tidak akan tahan kalau harus makan lagi. Dan jika ada dua Buddha, akan timbul persengketaan di antara para pengikut-Nya. Lagipula, pernyataan bahwa Sang Buddha adalah yang utama dan tidak ada bandingnya akan menjadi salah.”
“Dengan baik sekali dilema ini telah dijelaskan. Bahkan orang yang tidak pandai pun akan merasa puas, apalagi orang yang bijaksana.3 Bagus sekali, Nagasena, aku menerimanya seperti yang telah Anda katakan.”
“Sang Buddha berkata, ‘Di dunia ini, dua Buddha -yang telah mencapai Pencerahan Sempurna- tidak mungkin ada bersama.’ Tetapi, Nagasena, jika semua Tathagata mengajarkan ajaran yang sama, mengapa mereka tidak boleh ada bersama? Jika ada dua Buddha, mereka akan dapat mengajar lebih santai dan dunia ini bahkan akan lebih cerah.”
“O baginda, seandainya dua Buddha ada bersama, bumi ini tidak akan mampu menahan beban kebajikan mereka berdua. Bumi akan bergetar, bergoncang, dan hancur. Misalnya, O baginda, ada orang yang telah makan begitu banyak sehingga tidak ada lagi tempat yang tersisa di perutnya. Jika harus makan sebanyak itu lagi, apakah dia akan merasa nyaman?”
“Tentu saja tidak, Yang Mulia. Jika dia makan lagi, dia akan mati.”
“Demikian juga halnya, O baginda, bumi ini tidak akan tahan kalau ada satu Tathagata lagi seperti halnya orang tidak akan tahan kalau harus makan lagi. Dan jika ada dua Buddha, akan timbul persengketaan di antara para pengikut-Nya. Lagipula, pernyataan bahwa Sang Buddha adalah yang utama dan tidak ada bandingnya akan menjadi salah.”
“Dengan baik sekali dilema ini telah dijelaskan. Bahkan orang yang tidak pandai pun akan merasa puas, apalagi orang yang bijaksana.3 Bagus sekali, Nagasena, aku menerimanya seperti yang telah Anda katakan.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com