Manfaat Kehidupan Seorang Petapa
Gihipabbajitasammāpaṭipattipañha (Mil 6.1 3)
54. Manfaat Kehidupan Seorang Petapa
“Sang Buddha berkata, ‘Aku akan memuji umat awam ataupun bhikkhu yang telah berlatih dengan benar dan memperoleh cara yang benar. Jika seorang umat awam, yang menikmati kenikmatan indera, hidup dengan istri serta anak-anaknya, menggunakan wewangian serta menerima emas dan perak, dapat mencapai tingkat Arahat, lalu apa gunanya menjadi seorang bhikkhu dengan kepala gundul, makan bergantung pada pemberian umat, menjalankan seratus lima puluh aturan dan tiga belas latihan petapa? Tidak ada hasilnya Anda berlatih keras, tidak ada gunanya Anda meninggalkan keduniawian, sia-sia belaka Anda menjalankan peraturan, dan tidak ada pula maknanya Anda mengucapkan tekad tambahan. Apa gunanya menyusahkan diri sendiri dengan berbagai kesulitan, jika dengan kenyamanan pun kebahagiaan dapat dicapai?”
“Memang benar adanya jika dikatakan bahwa orang yang berlatih dengan benar adalah orang yang terbaik, tak peduli apakah dia seorang bhikkhu atau umat awam. Jika seorang petapa berpikir, ‘Aku adalah seorang petapa’ namun tidak berlatih dengan benar, maka dia jauh dari kehidupan petapa. Apalagi perumah tangga yang mengenakan pakaian umat awam! Walaupun demikian, keuntungan yang diperoleh sebagai seorang petapa itu telalu banyak untuk bisa diukur. Karena hanya mempunyai sedikit keinginan, maka dia mudah puas. Dia menjauhkan diri dari masyarakat. Dengan bersungguh hati dan tidak berumah, dia menjalankan peraturan. Dia teguh dan terampil di dalam latihan untuk menyingkirkan kekotoran batin. Karena itulah dia dapat dengan cepat menyelesaikan tugas yang dijalaninya. Seperti halnya lembing, O baginda, karena halus dan lurus ia dapat dengan cepat mencapai sasaran.”
“Sang Buddha berkata, ‘Aku akan memuji umat awam ataupun bhikkhu yang telah berlatih dengan benar dan memperoleh cara yang benar. Jika seorang umat awam, yang menikmati kenikmatan indera, hidup dengan istri serta anak-anaknya, menggunakan wewangian serta menerima emas dan perak, dapat mencapai tingkat Arahat, lalu apa gunanya menjadi seorang bhikkhu dengan kepala gundul, makan bergantung pada pemberian umat, menjalankan seratus lima puluh aturan dan tiga belas latihan petapa? Tidak ada hasilnya Anda berlatih keras, tidak ada gunanya Anda meninggalkan keduniawian, sia-sia belaka Anda menjalankan peraturan, dan tidak ada pula maknanya Anda mengucapkan tekad tambahan. Apa gunanya menyusahkan diri sendiri dengan berbagai kesulitan, jika dengan kenyamanan pun kebahagiaan dapat dicapai?”
“Memang benar adanya jika dikatakan bahwa orang yang berlatih dengan benar adalah orang yang terbaik, tak peduli apakah dia seorang bhikkhu atau umat awam. Jika seorang petapa berpikir, ‘Aku adalah seorang petapa’ namun tidak berlatih dengan benar, maka dia jauh dari kehidupan petapa. Apalagi perumah tangga yang mengenakan pakaian umat awam! Walaupun demikian, keuntungan yang diperoleh sebagai seorang petapa itu telalu banyak untuk bisa diukur. Karena hanya mempunyai sedikit keinginan, maka dia mudah puas. Dia menjauhkan diri dari masyarakat. Dengan bersungguh hati dan tidak berumah, dia menjalankan peraturan. Dia teguh dan terampil di dalam latihan untuk menyingkirkan kekotoran batin. Karena itulah dia dapat dengan cepat menyelesaikan tugas yang dijalaninya. Seperti halnya lembing, O baginda, karena halus dan lurus ia dapat dengan cepat mencapai sasaran.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com