Praktek yang Amat Keras
Paṭipadādosapañha (Mil 6.1 4)
55. Praktek yang Amat Keras
“Ketika Sang Bodhisatta sedang berlatih amat keras dengan usaha yang luar biasa, Beliau tidak dapat mencapai tujuannya. Maka kemudian Beliau meninggalkan praktek tersebut dan berpikir, ‘Tak mungkinkah ada jalan lain menuju pembebasan?’ Tetapi ketika mengajar para siswa-Nya, Beliau berkata:
‘Bangunlah, tinggalkan kehidupan duniawi,
Kerahkan diri kalian di dalam ajaranku,
Dan hancurkanlah pasukan kematian,
Bagaikan gajah menghancurkan rumah buluh’.”
“Mengapa Sang Tathagata mengajar para siswa-Nya mengikuti latihan yang oleh Beliau sendiri telah ditinggalkan?
“Karena pada saat itu, O baginda, dan masih sampai saat ini juga, hanya itulah satu-satunya jalan. Dan lewat jalan itulah Sang Bodhisatta mencapai kebuddhaan. Sang Bodhisatta, yang memaksakan diri-Nya dengan amat sangat, mengurangi makanan yang dimakan-Nya sampai kemudian tidak makan sama sekali. Karena kurang makan, Beliau lalu menjadi lemah. Akan tetapi ketika Beliau kemudian mulai makan makanan padat, lewat pemaksaan diri jugalah Beliau mencapai kebuddhaan. Tidak ada yang salah dalam pemaksaan diri itu. Hanya karena kurang makananlah maka pemaksaan diri itu tidak membawa hasil. Ibarat orang yang karena sangat terburu-buru kemudian menjadi sangat lelah, lalu jatuh dan tidak dapat meneruskan perjalanan. Bukan bumi ini yang bersalah sehingga dia terjatuh. Kesalahannya terletak pada pemaksaan dirinya yang keterlaluan. Seperti halnya, O baginda, bila ada orang yang memakai jubah tetapi tidak pernah mencucinya, yang salah bukan airnya, melainkan orang itu. Itulah sebabnya Sang Tathagata mendorong dan memimpin para siswa-Nya di sepanjang Sang Jalan. Karena Sang Jalan itu selalu siap, dan selalu benar.”
“Ketika Sang Bodhisatta sedang berlatih amat keras dengan usaha yang luar biasa, Beliau tidak dapat mencapai tujuannya. Maka kemudian Beliau meninggalkan praktek tersebut dan berpikir, ‘Tak mungkinkah ada jalan lain menuju pembebasan?’ Tetapi ketika mengajar para siswa-Nya, Beliau berkata:
‘Bangunlah, tinggalkan kehidupan duniawi,
Kerahkan diri kalian di dalam ajaranku,
Dan hancurkanlah pasukan kematian,
Bagaikan gajah menghancurkan rumah buluh’.”
“Mengapa Sang Tathagata mengajar para siswa-Nya mengikuti latihan yang oleh Beliau sendiri telah ditinggalkan?
“Karena pada saat itu, O baginda, dan masih sampai saat ini juga, hanya itulah satu-satunya jalan. Dan lewat jalan itulah Sang Bodhisatta mencapai kebuddhaan. Sang Bodhisatta, yang memaksakan diri-Nya dengan amat sangat, mengurangi makanan yang dimakan-Nya sampai kemudian tidak makan sama sekali. Karena kurang makan, Beliau lalu menjadi lemah. Akan tetapi ketika Beliau kemudian mulai makan makanan padat, lewat pemaksaan diri jugalah Beliau mencapai kebuddhaan. Tidak ada yang salah dalam pemaksaan diri itu. Hanya karena kurang makananlah maka pemaksaan diri itu tidak membawa hasil. Ibarat orang yang karena sangat terburu-buru kemudian menjadi sangat lelah, lalu jatuh dan tidak dapat meneruskan perjalanan. Bukan bumi ini yang bersalah sehingga dia terjatuh. Kesalahannya terletak pada pemaksaan dirinya yang keterlaluan. Seperti halnya, O baginda, bila ada orang yang memakai jubah tetapi tidak pernah mencucinya, yang salah bukan airnya, melainkan orang itu. Itulah sebabnya Sang Tathagata mendorong dan memimpin para siswa-Nya di sepanjang Sang Jalan. Karena Sang Jalan itu selalu siap, dan selalu benar.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com