Sariputta | Suttapitaka | Kekuatan Kejahatan Sariputta

Kekuatan Kejahatan

Kusa­lā­kusa­la­ba­lavata­ra­pañha (Mil 6.3 3)

73. Kekuatan Kejahatan

“Manakah yang lebih kuat, kebajikan atau ketidakbajikan?”

“Kebajikan lebih kuat, O baginda.”

“Hal itu tidak dapat aku percaya. Orang-orang yang melakukan kejahatan sering mengalami hasil perbuatannya pada kehidupan sekarang ini juga ketika mereka dihukum karena kejahatannya. Tetapi apakah ada orang yang -karena memberikan persembahan bagi Sangha atau menjalankan Uposatha– menerima manfaatnya pada kehidupan sekarang ini juga?”

“Ada, O baginda, enam kasus seperti itu.

Si budak, Punnaka, dengan memberikan dana makanan kepada Sariputta, pada hari yang sama diangkat menjadi bendahara.
Kemudian ada juga ibu kandung Gopala, yang menjual rambutnya agar dapat memberikan makanan kepada Maha Kaccayana, dan sebagai hasilnya menjadi permaisuri Raja Udena.
Si wanita saleh Suppiya, yang memotong daging di pahanya untuk memberi makan seorang bhikkhu yang sakit dan keesokan harinya luka di pahanya sembuh.
Mallika -ketika masih menjadi seorang budak wanita memberikan makanannya sendiri kepada Sang Buddha dan pada hari itu juga menjadi permaisuri di Kosala.
Sumana, tukang bunga, yang memberikan delapan ikat bunga melati kepada Sang Buddha, memperoleh kemakmuran yang melimpah.
Ekasataka si Brahmana yang memberikan satu-satunya pakaian luarnya kepada Sang Buddha, dan pada hari itu juga menerima pemberian ‘Serba Delapan’.”

“Jadi Nagasena, dari semua penyelidikan Anda, hanya enam kasuskah yang ditemukan?”

“Demikianlah, O baginda.”

“Kalau begitu, ketidakbajikan lebih kuat daripada kebajikan. Karena aku telah melihat banyak orang ditusuk dengan senjata tajam sebagai hukuman atas perbuatan jahat mereka. Dan di dalam peperangan yang dipimpin oleh Jenderal Bhaddasala mewakili keluarga kerajaan Nanda melawan Chandagutta ada delapan puluh Tarian Mayat. Dikatakan bahwa ketika terjadi pembantaian besar-besaran, mayat-mayat tanpa kepala tersebut bangkit kembali dan menari di medan perang. Dan semua orang itu hancur sebagai buah dari perbuatan jahat mereka. Tetapi ketika Raja Pasenadi -raja Kosala- memberikan persembahan dana makanan yang tidak tertandingi, apakah di kehidupan itu juga dia menerima kekayaan atau keagungan atau kebahagiaan?”

“Tidak, O baginda, tidak.”

“Kalau begitu, Nagasena, tentu saja ketidakbajikan lebih kuat daripada kebajikan.”

“Seperti halnya, O baginda, padi yang jelek akan masak dalam waktu satu atau dua bulan, tetapi padi yang baik akan masak baru setelah lima atau enam bulan; demikian juga perbuatan bajik akan berbuah setelah jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, O baginda, hasil dari perbuatan bajik maupun perbuatan jahat akan dialami di dalam kehidupan yang akan datang; tetapi karena kejahatan itu tercela, maka ditetapkan bahwa mereka yang berbuat jahat akan dihukum sesuai undang-undang. Sebaliknya, mereka yang berbuat bajik tidak mendapat hadiah. Jika seandainya ditetapkan suatu hukum untuk memberikan hadiah kepada pelaku perbuatan bajik, maka perbuatan-perbuatan bajik juga akan menghasilkan buah di dalam kehidupan ini juga.”

“Bagus sekali, Nagasena, hanya oleh orang sebijaksana Anda teka-teki semacam ini dapat diselesaikan. Pertanyaan yang kuajukan dari sudut pandang yang biasa telah Anda jelaskan dengan pengertian yang luar biasa.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com