Keledai Bersuara Kasar
Gadrabhaṅgapañha (Mil 7.2 1)
“Bhante Nāgasena, ketika Anda mengatakan satu sifat keledai bersuara kasar harus diterapkan, yang manakah itu?”
“Seperti, Baginda, di mana pun seekor keledai berbaring: di atas tumpukan sampah, di alun-alun desa, di jalan lintas, di pintu gerbang desa atau di atas tumpukan jerami, dia tidak akan berdiam lama; begitu juga, Baginda, di mana pun yogi, bhikkhu berbaring saat dia sudah membentangkan tikar kulitnya: di atas taburan rumput, taburan daun, alas ranting atau di tanah kosong, dia tidak akan berdiam lama. Inilah, Baginda, satu sifat keledai bersuara kasar yang harus diterapkan.
Dan ini, Baginda, diucapkan oleh Sang Buddha, dewa di atas para dewa,
‘Para Bhikkhu, kini siswa-siswa-Ku,bersemangat, sangat rajin berusaha, tidur dengan balok kayu di bawah kepala.’
Dan ini, Baginda, diucapkan oleh Bhikkhu Sāriputta, siswa utama Sang Buddha:
‘Jika hujan tidak membasahi lututnya ketika sedang duduk bersila,
Apa pedulinya bhikkhu yang teguh dan merasa nyaman?’”
“Seperti, Baginda, di mana pun seekor keledai berbaring: di atas tumpukan sampah, di alun-alun desa, di jalan lintas, di pintu gerbang desa atau di atas tumpukan jerami, dia tidak akan berdiam lama; begitu juga, Baginda, di mana pun yogi, bhikkhu berbaring saat dia sudah membentangkan tikar kulitnya: di atas taburan rumput, taburan daun, alas ranting atau di tanah kosong, dia tidak akan berdiam lama. Inilah, Baginda, satu sifat keledai bersuara kasar yang harus diterapkan.
Dan ini, Baginda, diucapkan oleh Sang Buddha, dewa di atas para dewa,
‘Para Bhikkhu, kini siswa-siswa-Ku,bersemangat, sangat rajin berusaha, tidur dengan balok kayu di bawah kepala.’
Dan ini, Baginda, diucapkan oleh Bhikkhu Sāriputta, siswa utama Sang Buddha:
‘Jika hujan tidak membasahi lututnya ketika sedang duduk bersila,
Apa pedulinya bhikkhu yang teguh dan merasa nyaman?’”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com