Banteng
Gorūpaṅgapañha (Mil 7.5 8)
“Bhante Nāgasena, ketika Anda mengatakan empat sifat banteng harus diterapkan, yang manakah itu?”
“Seperti, Baginda, banteng tidak pernah meninggalkan wilayahnya; begitu juga, Baginda, yogi, bhikkhu tidak boleh mengabaikan tubuh jasmaninya, (tetapi harus) berpikir, ‘Tubuh ini tidak kekal, akan pudar, layu, rusak, buyar dan ceraiberai.’ Inilah, Baginda, sifat pertama banteng yang harus diterapkan.
Lagi, Baginda, banteng, ketika diberikan beban, membawa bebannya baik senang maupun susah; begitu juga, Baginda, yogi, bhikkhu, begitu memulai kehidupan suci, harus menjalaninya baik senang maupun susah sepanjang hidupnya sampai napas terakhir. Inilah, Baginda, sifat kedua banteng yang harus diterapkan.
Lagi, Baginda, banteng, dilanda hasrat akan air, meminumnya; begitu juga, Baginda, yogi, bhikkhu harus menerima petunjuk dari guru dan guru pembimbing dengan semangat , perhatian dan kepekaan. Inilah, Baginda, sifat ketiga banteng yang harus diterapkan.
Dan lagi, Baginda, banteng membawa beban tanpa menghiraukan untuk kepentingan siapa; begitu juga, Baginda, yogi, bhikkhu, dengan kepala tertunduk, harus menerima nasihat dan ajaran dari para bhikkhu yang merupakan senior, bhikkhu yang baru ditahbiskan dan yang pertengahan, begitu juga perumah tangga dan umat awam. Inilah, Baginda, sifat keempat banteng yang harus diterapkan.
Dan ini, Baginda, diucapkan oleh Bhikkhu Sāriputta, siswa utama Sang Buddha:
‘Melepaskan keduniawian hari ini, tujuh tahun sejak kelahirannya—
Jika dia mengajar saya, saya menerima dengan kepala (tertunduk).
Saat melihatnya, semangat dan perhatian penuh gairah saya curahkan.
Dengan hormat saya menempatkannya lagi dan lagi di posisi guru.’
“Seperti, Baginda, banteng tidak pernah meninggalkan wilayahnya; begitu juga, Baginda, yogi, bhikkhu tidak boleh mengabaikan tubuh jasmaninya, (tetapi harus) berpikir, ‘Tubuh ini tidak kekal, akan pudar, layu, rusak, buyar dan ceraiberai.’ Inilah, Baginda, sifat pertama banteng yang harus diterapkan.
Lagi, Baginda, banteng, ketika diberikan beban, membawa bebannya baik senang maupun susah; begitu juga, Baginda, yogi, bhikkhu, begitu memulai kehidupan suci, harus menjalaninya baik senang maupun susah sepanjang hidupnya sampai napas terakhir. Inilah, Baginda, sifat kedua banteng yang harus diterapkan.
Lagi, Baginda, banteng, dilanda hasrat akan air, meminumnya; begitu juga, Baginda, yogi, bhikkhu harus menerima petunjuk dari guru dan guru pembimbing dengan semangat , perhatian dan kepekaan. Inilah, Baginda, sifat ketiga banteng yang harus diterapkan.
Dan lagi, Baginda, banteng membawa beban tanpa menghiraukan untuk kepentingan siapa; begitu juga, Baginda, yogi, bhikkhu, dengan kepala tertunduk, harus menerima nasihat dan ajaran dari para bhikkhu yang merupakan senior, bhikkhu yang baru ditahbiskan dan yang pertengahan, begitu juga perumah tangga dan umat awam. Inilah, Baginda, sifat keempat banteng yang harus diterapkan.
Dan ini, Baginda, diucapkan oleh Bhikkhu Sāriputta, siswa utama Sang Buddha:
‘Melepaskan keduniawian hari ini, tujuh tahun sejak kelahirannya—
Jika dia mengajar saya, saya menerima dengan kepala (tertunduk).
Saat melihatnya, semangat dan perhatian penuh gairah saya curahkan.
Dengan hormat saya menempatkannya lagi dan lagi di posisi guru.’
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com