PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA (BERWAJAH) BABI
Sūkaramukhapetavatthu (Pv 2)
‘Seluruh tubuhmu keemasan.’ Demikian dikatakan ketika Sang Guru berdiam di Tempat Memberi Makan Tupai di Hutan Bambu dekat Rajagaha berkenaan dengan peta yang berwajah babi.
Dikatakan bahwa dahulu kala, pada masa Ajaran Buddha Kassapa,1 ada seorang bhikkhu yang terkendali [10] tubuhnya tetapi tidak terkendali ucapannya. Dia suka menghina dan mencaci-maki para bhikkhu lain. Ketika meninggal, dia muncul di neraka,2 di mana dia dibakar selama satu masa jeda-Buddha. Selama masa Buddha Gotama ini dia jatuh dari sana dan -sebagai akibat3 yang tersisa dari perbuatan yang sama itu- dia muncul sebagai peta yang dikuasai oleh rasa lapar dan haus4 di kaki bukit Puncak Burung Nasar di dekat Rajagaha. Tubuhnya berwarna keemasan tetapi wajahnya seperti babi. Pada saat itu, YM Narada sedang berdiam di Puncak Burung Nasar. Di pagi hari setelah membersihkan tubuhnya,5 beliau mengambil jubah dan mangkuknya. Di dalam perjalanannya menuju Rajagaha untuk mengumpulkan dana makanan,6 beliau melihat peta itu dan mengucapkan syair yang menanyakan perilaku apa yang telah dilakukan oleh peta itu:
1. ‘Seluruh tubuhmu keemasan, dan memancarkan cahaya ke segala arah; tetapi wajahmu adalah wajah babi – perbuatan apa yang telah engkau lakukan di masa lalu?’
1 Di sini seluruh tubuhmu keemasan (kayo te sabbasovanno): tubuhmu, personmu, seluruhnya berwarna keemasan, mirip dengan sinar emas yang meleleh. Tubuhmu memancarkan cahaya ke segala arah (sabba obhasate disa): tubuhnya bersinar terang, cemerlang, ke segala arah dengan gemerlapnya. Atau, ungkapan ‘tubuhmu memancarkan sinar’ (obhasate) dapat menyiratkan makna kausatif walaupun ini tidak diungkapkan lewat bentuk tata bahasanya,7 yang artinya, ‘seluruh tubuhmu keemasan; tubuhmu bersinar (obhaseti), tubuhmu mengeluarkan sinar, ke segala arah’ – demikian hal ini harus ditafsirkan. Tetapi wajahmu adalah wajah babi (mukhan te sukarass’ eva): tetapi wajahmu seperti babi, berarti wajahmu mirip wajah babi. Perbuatan apa yang telah engkau lakukan di masa lalu? (kim kammam akari pure): dia menanyakan jenis tindakan apa yang telah dilakukan oleh peta itu dahulu, di dalam kelahirannya yang lampau.
Ketika ditanya demikian oleh Sang Thera tentang perbuatan yang telah dilakukannya, peta itu menjawab dengan mengucapkan syair ini:
2. ‘Aku terkendali di dalam tubuh; namun di dalam ucapan aku tidak terkendali. Karena alasan ini, Narada, penampilanku demikian seperti yang engkau lihat.’
2 Di sini aku terkendali di dalam tubuh (kayena saññato asim): aku terkendali dengan pengendalian tubuh, aku terkontrol di dalam hal-hal yang berhubungan dengan pintu indera tubuh.8 [11] Namun di dalam ucapan aku tidak terkendali (vacayasim asaññato): di dalam hal-hal yang berhubungan dengan ucapan aku tidak memiliki kontrol. Karena alasan ini (tena): karena pengendalian dan kurangnya pengendalian ini.9 -ku : me=mayham (bentuk tata bahasa alternatif). Penampilanku demikian (tadiso vanno): demikian seperti yang engkau, Narada, dapat melihat sendiri. Aku memiliki bentuk seperti ini di mana tubuhku berbentuk manusia dan berwarna keemasan tetapi wajahku mirip babi – demikianlah hal itu harus ditafsirkan. Kata ‘penampilan’ (vanno) di sini harus dianggap mengacu pada kulit dan bentuknya.10
Setelah peta itu menjawab pertanyaan Narada Thera yang menerangkan penyebabnya, dia mengucapkan syair ini, yang menjelaskan kepada Sang Thera :
3. ‘Karena itu aku katakan padamu, Narada, engkau sendiri telah melihat ini; janganlah melakukan perbuatan jahat melalui ucapan, janganlah berakhir dengan wajah babi!’11
3 Di sini karena itu: tam=tasma (bentuk tata bahasa alternatif). Aku (katakan) padamu : taham=te aham (ketetapan bentuk majemuk). Narada (Narada) : dia menyapa Thera itu. Katakan (brumi): mengatakan. Sendiri (samam): dirimu sendiri. Ini (idam): dia berbicara sehubungan dengan tubuhnya sendiri. Demikianlah artinya di sini: ‘Karena engkau, Yang Mulia Narada, telah melihat bahwa tubuhku ini berbentuk manusia dari leher ke bawah dan berbentuk babi (dari leher) ke atas, karena itu aku berbicara untuk menjelaskan padamu.’ Apakah yang dikatakan oleh peta12 itu? -‘Janganlah melakukan perbuatan jahat melalui ucapan, janganlah berakhir dengan wajah babi!’ Di sini no (ma) adalah partikel larangan. Melalui ucapan: mukhasa=mekhena (bentuk tata bahasa alternatif). Kho (tidak diterjemahkan) digunakan untuk penekanan. Janganlah melakukan, janganlah menjalankan, perbuatan jahat apapun dalam ucapan. Janganlah berakhir dengan wajah babi (ma kho sukaramukho abhu):13 sama sekali jangan berakhir dengan wajah babi seperti yang telah kulakukan. Jika engkau kasar dan melakukan perbuatan jahat melalui ucapan, maka pastilah engkau akan berakhir dengan wajah babi. Karena itu dia memperingatkan dengan mengatakan, ‘Janganlah melakukan perbuatan jahat melalui ucapan’, untuk mencegah terbentuknya wajah yang merupakan buah perbuatan itu.
Yang Mulia Narada kemudian melanjutkan perjalanan ke Rajagaha untuk mengumpulkan dana makanan. Setelah makan, dia kembali dan mengemukakan persoalan itu kepada Sang Guru yang sedang duduk di tengah empat kelompok. Sang Guru berkata, [12] ‘Aku (juga), Narada, melihat makhluk itu di masa lampau’. Kemudian Sang Buddha mengajarkan Dhamma yang menjelaskan dengan cara-cara yang tak terhitung banyaknya15 kerugian-kerugian yang berkenaan dengan perbuatan buruk di dalam ucapan dan keuntungan-keuntungan yang berkenaan dengan perbuatan baik di dalam ucapan. Ajaran itu bermanfaat bagi mereka yang berkumpul di situ.
Catatan
Buddha persis sebelum Gotama.
niraye; beberapa menerjemahkan ini ‘api penyucian’. Tetapi dilihat dari hukum karma, semua kelahiran adalah api penyucian.
Terbaca vipakavasesena dengan Se Be untuk vipakavasena pada teks.
Terbaca khuppipas abhibhuto peto dengan Se Be untuk khuppipasahi gunupeto pada teks; bandingkan PED sv guna.
sarirapatijagganan, tidak terdapat di PED.
Terbaca pindaya dengan Se Be untuk pindacaratvaya pada teks.
anto-gadha-hetu-attham, bandingkan CPD sv.
Terbaca kayadvarikena dengan Be; teks dan Se terbaca kyan carikena.
Terbaca samyamena (ca) asamyamena ca dengan Se Be untuk sannamena ca pada teks, (Be menghilangkan ca pertama).
Terbaca chaviyam santhane ca dengan Se Be untuk chavisanthane ‘va pada teks.
ma kho sukaramukho ahu, secara harfiah ‘janganlah menjadi bermuka-babi’.
Terbaca kim idan ti peto aha untuk kim idan ti peti aha pada teks; Se terbaca kim idam peto aha sedangkan Be kin ti ceti aha.
Tanda baca teks harus diubah sehingga terbaca dengan Se Be: ma karohi. Ma kho sukaramukho ahu ti aham viya….
Terbaca ma ahosi dengan Se Be untuk ahosi pada teks.
Terbaca anekakaravokaram dengan Se Be untuk aneka karavo karam pada teks
Dikatakan bahwa dahulu kala, pada masa Ajaran Buddha Kassapa,1 ada seorang bhikkhu yang terkendali [10] tubuhnya tetapi tidak terkendali ucapannya. Dia suka menghina dan mencaci-maki para bhikkhu lain. Ketika meninggal, dia muncul di neraka,2 di mana dia dibakar selama satu masa jeda-Buddha. Selama masa Buddha Gotama ini dia jatuh dari sana dan -sebagai akibat3 yang tersisa dari perbuatan yang sama itu- dia muncul sebagai peta yang dikuasai oleh rasa lapar dan haus4 di kaki bukit Puncak Burung Nasar di dekat Rajagaha. Tubuhnya berwarna keemasan tetapi wajahnya seperti babi. Pada saat itu, YM Narada sedang berdiam di Puncak Burung Nasar. Di pagi hari setelah membersihkan tubuhnya,5 beliau mengambil jubah dan mangkuknya. Di dalam perjalanannya menuju Rajagaha untuk mengumpulkan dana makanan,6 beliau melihat peta itu dan mengucapkan syair yang menanyakan perilaku apa yang telah dilakukan oleh peta itu:
1. ‘Seluruh tubuhmu keemasan, dan memancarkan cahaya ke segala arah; tetapi wajahmu adalah wajah babi – perbuatan apa yang telah engkau lakukan di masa lalu?’
1 Di sini seluruh tubuhmu keemasan (kayo te sabbasovanno): tubuhmu, personmu, seluruhnya berwarna keemasan, mirip dengan sinar emas yang meleleh. Tubuhmu memancarkan cahaya ke segala arah (sabba obhasate disa): tubuhnya bersinar terang, cemerlang, ke segala arah dengan gemerlapnya. Atau, ungkapan ‘tubuhmu memancarkan sinar’ (obhasate) dapat menyiratkan makna kausatif walaupun ini tidak diungkapkan lewat bentuk tata bahasanya,7 yang artinya, ‘seluruh tubuhmu keemasan; tubuhmu bersinar (obhaseti), tubuhmu mengeluarkan sinar, ke segala arah’ – demikian hal ini harus ditafsirkan. Tetapi wajahmu adalah wajah babi (mukhan te sukarass’ eva): tetapi wajahmu seperti babi, berarti wajahmu mirip wajah babi. Perbuatan apa yang telah engkau lakukan di masa lalu? (kim kammam akari pure): dia menanyakan jenis tindakan apa yang telah dilakukan oleh peta itu dahulu, di dalam kelahirannya yang lampau.
Ketika ditanya demikian oleh Sang Thera tentang perbuatan yang telah dilakukannya, peta itu menjawab dengan mengucapkan syair ini:
2. ‘Aku terkendali di dalam tubuh; namun di dalam ucapan aku tidak terkendali. Karena alasan ini, Narada, penampilanku demikian seperti yang engkau lihat.’
2 Di sini aku terkendali di dalam tubuh (kayena saññato asim): aku terkendali dengan pengendalian tubuh, aku terkontrol di dalam hal-hal yang berhubungan dengan pintu indera tubuh.8 [11] Namun di dalam ucapan aku tidak terkendali (vacayasim asaññato): di dalam hal-hal yang berhubungan dengan ucapan aku tidak memiliki kontrol. Karena alasan ini (tena): karena pengendalian dan kurangnya pengendalian ini.9 -ku : me=mayham (bentuk tata bahasa alternatif). Penampilanku demikian (tadiso vanno): demikian seperti yang engkau, Narada, dapat melihat sendiri. Aku memiliki bentuk seperti ini di mana tubuhku berbentuk manusia dan berwarna keemasan tetapi wajahku mirip babi – demikianlah hal itu harus ditafsirkan. Kata ‘penampilan’ (vanno) di sini harus dianggap mengacu pada kulit dan bentuknya.10
Setelah peta itu menjawab pertanyaan Narada Thera yang menerangkan penyebabnya, dia mengucapkan syair ini, yang menjelaskan kepada Sang Thera :
3. ‘Karena itu aku katakan padamu, Narada, engkau sendiri telah melihat ini; janganlah melakukan perbuatan jahat melalui ucapan, janganlah berakhir dengan wajah babi!’11
3 Di sini karena itu: tam=tasma (bentuk tata bahasa alternatif). Aku (katakan) padamu : taham=te aham (ketetapan bentuk majemuk). Narada (Narada) : dia menyapa Thera itu. Katakan (brumi): mengatakan. Sendiri (samam): dirimu sendiri. Ini (idam): dia berbicara sehubungan dengan tubuhnya sendiri. Demikianlah artinya di sini: ‘Karena engkau, Yang Mulia Narada, telah melihat bahwa tubuhku ini berbentuk manusia dari leher ke bawah dan berbentuk babi (dari leher) ke atas, karena itu aku berbicara untuk menjelaskan padamu.’ Apakah yang dikatakan oleh peta12 itu? -‘Janganlah melakukan perbuatan jahat melalui ucapan, janganlah berakhir dengan wajah babi!’ Di sini no (ma) adalah partikel larangan. Melalui ucapan: mukhasa=mekhena (bentuk tata bahasa alternatif). Kho (tidak diterjemahkan) digunakan untuk penekanan. Janganlah melakukan, janganlah menjalankan, perbuatan jahat apapun dalam ucapan. Janganlah berakhir dengan wajah babi (ma kho sukaramukho abhu):13 sama sekali jangan berakhir dengan wajah babi seperti yang telah kulakukan. Jika engkau kasar dan melakukan perbuatan jahat melalui ucapan, maka pastilah engkau akan berakhir dengan wajah babi. Karena itu dia memperingatkan dengan mengatakan, ‘Janganlah melakukan perbuatan jahat melalui ucapan’, untuk mencegah terbentuknya wajah yang merupakan buah perbuatan itu.
Yang Mulia Narada kemudian melanjutkan perjalanan ke Rajagaha untuk mengumpulkan dana makanan. Setelah makan, dia kembali dan mengemukakan persoalan itu kepada Sang Guru yang sedang duduk di tengah empat kelompok. Sang Guru berkata, [12] ‘Aku (juga), Narada, melihat makhluk itu di masa lampau’. Kemudian Sang Buddha mengajarkan Dhamma yang menjelaskan dengan cara-cara yang tak terhitung banyaknya15 kerugian-kerugian yang berkenaan dengan perbuatan buruk di dalam ucapan dan keuntungan-keuntungan yang berkenaan dengan perbuatan baik di dalam ucapan. Ajaran itu bermanfaat bagi mereka yang berkumpul di situ.
Catatan
Buddha persis sebelum Gotama.
niraye; beberapa menerjemahkan ini ‘api penyucian’. Tetapi dilihat dari hukum karma, semua kelahiran adalah api penyucian.
Terbaca vipakavasesena dengan Se Be untuk vipakavasena pada teks.
Terbaca khuppipas abhibhuto peto dengan Se Be untuk khuppipasahi gunupeto pada teks; bandingkan PED sv guna.
sarirapatijagganan, tidak terdapat di PED.
Terbaca pindaya dengan Se Be untuk pindacaratvaya pada teks.
anto-gadha-hetu-attham, bandingkan CPD sv.
Terbaca kayadvarikena dengan Be; teks dan Se terbaca kyan carikena.
Terbaca samyamena (ca) asamyamena ca dengan Se Be untuk sannamena ca pada teks, (Be menghilangkan ca pertama).
Terbaca chaviyam santhane ca dengan Se Be untuk chavisanthane ‘va pada teks.
ma kho sukaramukho ahu, secara harfiah ‘janganlah menjadi bermuka-babi’.
Terbaca kim idan ti peto aha untuk kim idan ti peti aha pada teks; Se terbaca kim idam peto aha sedangkan Be kin ti ceti aha.
Tanda baca teks harus diubah sehingga terbaca dengan Se Be: ma karohi. Ma kho sukaramukho ahu ti aham viya….
Terbaca ma ahosi dengan Se Be untuk ahosi pada teks.
Terbaca anekakaravokaram dengan Se Be untuk aneka karavo karam pada teks
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com