PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA DI LUAR DINDING
Tirokuṭṭapetavatthu (Pv 5)
‘Mereka berdiri di luar dinding.’ Sang Guru yang sedang berdiam di Rajagaha menceritakan hal ini berkenaan dengan sejumlah besar peta. Beginilah ceritanya secara rinci.
Sembilan puluh dua kalpa yang lalu ada sebuah kota bernama Kasipuri. Di situ bertahta seorang raja bernama Jayasena. Ratunya bernama Sirima. Dari kandungannya lahirlah Bodhisatta Phussa yang pada saatnya kemudian mencapai pencerahan spiritual sempurna (menjadi Buddha). Raja Jayasena menjadi sangat melekat terhadap putranya. Dia berpikir, ‘Ternyata putraku telah Meninggalkan Keduniawian Yang Agung dan sudah menjadi Buddha. Sang Buddha adalah milikku sendiri, Dhamma adalah milikku sendiri, Sangha adalah milikku sendiri.’ Sepanjang waktu dia melayani Beliau, tanpa memberikan kesempatan kepada siapapun. Ketiga saudara laki Sang Buddha, adik-adiknya dari ibu yang lain, berpikir, [20] ‘Para Buddha memang muncul demi manfaat bagi seluruh dunia, bukan demi satu orang saja. Namun ayah kita tidak memberikan kesempatan kepada siapapun. Bagaimana caranya kita dapat melayani Sangha?’ Suatu pemikiran kemudian muncul, ‘Mari kita merancang suatu sarana!’ Maka mereka membuat seolah-olah ada keributan di batas negeri. Ketika raja mendengar tentang ‘keributan di batas negeri’ ini, dia mengirimkan tiga putranya itu ke perbatasan. Ketiga putranya itu pun pergi untuk menenangkan situasi di sana. Ketika mereka kembali, raja amat senang dan ingin memberikan hadiah. Katanya, ‘Ambillah apapun yang kau inginkan.’ ‘Kami ingin melayani Sang Buddha, ‘ kata mereka. ‘Engkau boleh mengambil apapun selain Beliau,’2 jawab raja. ‘Kami tidak menginginkan yang lain,’ jawab mereka. ‘Kalau begitu, ambillah Beliau tetapi tentukan batas waktnya.’ Mereka mengajukan tujuh tahun, namun raja tidak mengizinkan. Mereka memohon enam, lalu lima, empat, tiga, dua tahun, satu tahun; tujuh bulan, enam, lima, empat bulan, dan tiga bulan. Akhirnya raja mengatakan, ‘Ambillah Beliau!’ Maka mereka mendatangi Sang Buddha dan berkata, ‘Yang Mulia, kami ingin melayani Yang Mulia selama tiga bulan. Kami mohon Yang Mulia menerima kami selama tiga bulan, di musim hujan ini.’ Sang Buddha memberikan persetujuannya dengan berdiam diri. Ketiga orang itu lalu mengirimkan surat3 kepada wakilnya di daerah itu (di mana Sang Buddha akan berdiam), yang menyatakan, ‘Yang Mulia harus dilayani oleh kita selama tiga bulan. Pertama-tama, bangunlah satu vihara dan kemudian lengkapilah segala yang dibutuhkan untuk melayani Beliau.’ Berita dikirim kembali setelah semua siap. Dengan mengenakan pakaian kuning, bersama dengan dua ribu lima ratus pelayan pria, ketiga putra raja itu mengiringi Sang Buddha serta komunitas para bhikkhu ke daerah itu, melayani mereka dengan penuh hormat, dan menyerahkan vihara untuk mereka gunakan selama musim hujan itu. Bendahara kerajaan, putra seorang umat awam yang sudah menikah, memiliki keyakinan dan bakti yang amat besar. Dengan cermat dia memberikan apapun yang dapat didanakan kepada komunitas para bhikkhu dengan Sang Buddha sebagai pemimpinnya. Penguasa daerah itu menerima segala dana yang dikirimkan, dan bersama dengan sebelas ribu penduduk pria dari daerah itu mengatur pemberian dana4 dengan amat berhati-hati. Namun di antara mereka ada beberapa yang memiliki pikiran yang korup. Mereka menyelewengkan pemberian dana itu, makan persembahan-jasa itu sendiri dan membakar ruang makan. Setelah para putra raja merayakan upacara Pavarana5, mereka memberikan penghormatan kepada Sang Buddha [21] dan kemudian kembali6 menghadap raja, dengan Sang Buddha berjalan terlebih dahulu. Setelah Sang Buddha pergi ke sana, Beliau pun mangkat, mencapai Parinibbana.
Pada saatnya, para putra raja, wakil mereka di daerah itu, dan bendahara mereka meninggal dunia dan lahir kembali secara spontan di surga bersama dengan kelompok (para pembantu), sedangkan orang-orang yang berpikiran korup itu lahir kembali di neraka. Sembilan puluh dua kalpa berlalu sementara dua kelompok orang-orang itu lahir di satu surga ke surga lain dan di satu neraka ke neraka lain. Kemudian selama kalpa yang menjanjikan keberuntungan ini,7 yaitu pada zaman Buddha Kassapa, orang-orang yang memiliki pikiran korup itu lahir di antara para peta. Pada saat itu, bila orang-orang memberikan dana atas nama sanak saudara yang menjadi peta, mereka memberikannya dengan mengatakan, ‘Biarlah dana ini untuk sanak saudara kami!’ (Dan dengan itu) mereka mencapai kemuliaan. Ketika para peta melihat hal ini, mereka menghampiri Buddha Kassapa dan bertanya, ‘Bhante, bagaimana kami bisa (juga) mencapai kemuliaan seperti itu?’ Sang Buddha mengatakan, ‘Kalian tidak akan mencapainya sekarang. Tetapi di masa depan akan ada Orang Yang Mencapai Pencerahan Sempurna bernama Gotama. Pada zaman Buddha Gotama ini akan ada seorang raja bernama Bimbisara yang merupakan sanak saudaramu sembilan puluh dua kalpa yang lalu. Dia akan memberikan dana kepada Sang Buddha dan mempersembahkannya padamu. Pada saat itu kalian akan mencapai (kemuliaan seperti itu)’. Dikatakan bahwa ketika Buddha Kassapa berkata demikian, para peta tersebut mereka seolah-olah mereka sudah akan mencapainya keesokan harinya.
Kemudian ketika satu masa jeda-Buddha8 telah berlalu dan Sang Buddha Gotama telah muncul di dunia, ketiga putra raja tersebut, bersama dengan seribu orang, juga jatuh dari devaloka dan lahir kembali di suatu suku brahmana9 di kerajaan Magadha. Pada waktunya, mereka meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjadi tiga petapa berambut-kumal10 di Gayasisa.11 Wakil mereka di daerah itu menjadi raja Bimbisara sedangkan bendahara mereka, putra perumah tangga itu, menjadi pedagang kaya Visakha yang beristrikan Dhammadina, putri seorang pedagang kaya. Orang-orang lainnya lahir kembali sebagai para pengawal raja.
Setelah Sang Buddha Gotama muncul di dunia dan melewatkan tujuh minggu (setelah pencerahan spiritual), pada waktunya Beliau tiba di Benares. Di situ Sang Buddha mulai memutar Roda Dhamma dan mengajar12 pertama-tama pada Kelompok Lima Petapa, lalu tiga petapa berambut-kumal dengan seribu pengikutnya, dan kemudian pergi ke Rajagaha. [22] Di sana Sang Buddha membuat raja Bimbisara memperoleh buah-sotapatti ketika mengunjungi Beliau pada hari itu juga, bersama dengan sebelas kelompok13 perumah tangga brahmana yang merupakan penduduk Anga-Magadha.14 Sang Buddha menerima undangan raja untuk makan di hari berikutnya, dan keesokan harinya Beliau memasuki Rajagaha, beserta Sakka, Raja para Dewa, yang menjelma menjadi seorang pemuda brahmana. Sakka berjalan di depan sambil memuji Beliau dengan syair-syair yang bermula dengan :
‘Yang terjinakkan dengan yang terjinakkan; yang terbebas dengan yang terbebas; Yang Mulia, cemerlang bagaikan permata emas, memasuki Rajagaha bersama para petapa yang dulunya berambut-kumal.’15
Di kediaman raja, Sang Buddha menerima dana makanan yang melimpah. Pada saat itu, para peta berdiri di sekeliling rumah sambil berpikir, ‘Sekarang raja akan mempersembahkan dana ini untuk kami’. Tetapi ketika memberikan dana makanan itu, raja hanya memikirkan tentang tempat untuk vihara Sang Buddha. Raja sibuk bertanya-tanya di dalam hati, ‘Di mana seharusnya Sang Buddha berdiam?’, sehingga dia tidak mempersembahkan dana itu bagi siapapun. Karena tidak memperoleh dana dengan cara ini, harapan para peta menjadi sirna. Malam itu mereka menjerit-jerit dalam kesedihan yang amat mencekam dan mengerikan di sekitar tempat tinggal raja. Raja Bimbisara menjadi gelisah, amat takut dan gemetaran. Ketika fajar menyingsing dia memberitahu Sang Buddha, ‘Saya mendengar suara mengerikan (tadi malam)! Apa yang akan terjadi pada saya, Bhante?’ Sang Buddha menjawab, ‘Janganlah takut, raja agung. Tidak ada hal buruk yang akan menimpamu – engkau akan baik-baik saja. Yang terjadi adalah bahwa16 sanak saudaramu di masa lampau telah lahir kembali di antara para peta. Mereka telah berkelana selama satu masa jeda-Buddha dengan harapan17 bahwa engkau akan memberikan dana kepada seorang Buddha dan kemudian mempersembahkan dana itu bagi mereka. Tetapi ketika memberikan dana kemarin,18 engkau tidak mempersembahkannya bagi mereka. Maka mereka merasa putus asa dan meratap dengan kesedihan yang amat mengerikan.’ ‘Yang Mulia, apakah mereka akan dapat menerimanya jika (dana) diberikan sekarang?’ (tanya raja itu). ‘Ya, raja agung.’ ‘Kalau demikian, sudilah kiranya Yang Mulia menerima (undangan) saya untuk hari ini,19 dan saya akan mempersembahkan dana itu bagi mereka.’ Sang Buddha menyetujui dengan berdiam diri. Raja pun kembali ke tempat tinggalnya untuk menyiapkan makanan yang melimpah. Setelah siap, kemudian dia memberitahu Sang Buddha. [23] Sang Buddha pergi ke ruang makan istana20 bersama dengan komunitas para bhikkhu dan duduk di tempat yang telah disediakan. Para peta itu berpikir, ‘Hari ini kita akan memperoleh sesuatu.’ Mereka pergi dan berdiri di luar dinding dll. Dengan kesaktiannya Sang Buddha membuat para peta dapat terlihat oleh raja. Ketika memberikan dana air, raja mempersembahkannya sambil berkata, ‘Biarlah ini untuk sanak saudaraku!’ Pada saat itu juga kolam-kolam teratai bermunculan bagi para peta itu, penuh dengan teratai21 dan lili air berwarna biru.22 Para peta mandi dan minum di dalam kolam-kolam itu. Dan karena kesedihan, keletihan dan kehausan mereka hilang,23 warna mereka pun berubah menjadi keemasan. Raja memberikan bubur-beras, makanan keras serta lunak, dan mempersembahkan semuanya. Pada saat itu juga bubur-beras surgawi dan makanan-makanan24 keras serta lunak pun bermunculan. Ketika memakannya, kemampuan batin para peta menjadi segar.25 Raja kemudian memberikan pakaian dan tempat tinggal dan mempersembahkan semua itu. Maka pakaian dan istana-istana surgawi yang penuh dengan berbagai macam perabot dan tempat duduk dan kain penutupnya dll.26 muncul bagi para peta itu. Segala kemuliaan mereka ini ditampakkan bagi raja karena Sang Buddha telah menetapkan bahwa memang seharusnya demikian. Ketika raja melihat hal ini, dia merasa amat bersukacita. Setelah selesai makan secukupnya, Sang Buddha menceritakan pada raja Bimbisara Cerita Peta di Luar Dinding untuk menunjukkan penghargaan Beliau :
1. ‘Mereka berdiri di luar dinding dan di persimpangan serta pertigaan-jalan; mereka pergi ke rumah mereka sendiri dan berdiri di tiang-tiang pintu.
2. Walaupun makanan dan minuman yang melimpah – makanan yang keras dan lunak- disajikan, tak seorang pun mengingat makhluk-makhluk itu sebagai akibat dari perbuatan-perbuatan mereka.
3. Jadi mereka yang memiliki belas kasihan memberikan bagi sanak saudara mereka makanan serta minuman yang paling murni, yang pilihan, pada waktu yang tepat dan sesuai (sambil mengatakan), “Biarlah ini untuk sanak saudara kami! Semoga sanak saudara kami berbahagia!”
4. Dan sanak-saudara-peta yang telah berkumpul dan berkerumun di sana itu dengan penuh hormat akan menunjukkan penghargaan mereka untuk makanan dan minuman yang melimpah itu (sambil mengatakan),
5. “Umur panjang bagi sanak saudara kami. Karena lewat merekalah kami telah memperoleh (semua ini), karena penghormatan telah diberikan kepada kami, dan mereka yang memberi tidaklah mungkin tanpa buah!”
6. Karena tidak ada pengolahan di sana, tidak juga dikenal di sini27 kegiatan beternak; tidak juga ada hal-hal seperti perdagangan dan jual-beli emas – para peta, mereka yang telah meninggal,28 berada di sana ditopang oleh apa yang diberikan dari sini.29
7. Bagaikan air hujan dari dataran tinggi akan mengalir turun ke dataran rendah [24] demikian pula apa yang diberikan dari sini akan bermanfaat bagi para peta.
8. Bagaikan aliran-aliran air yang meluap akan memenuhi lautan, demikian pula apa yang diberikan dari sini akan bermanfaat bagi para peta.
9. “Dahulu dia memberi kepadaku, dahulu dia bekerja untukku, dahulu dia sanak saudara, sahabat dan teman bagiku” – (demikian) dengan mengingat apa yang dahulu mereka lakukan, orang seharusnya memberikan dana bagi para peta.
10. Tidak ada ratap-tangis, kesedihan dan kesusahan lain apapun yang dapat memberikan manfaat bagi para peta walaupun sanak saudara mereka tetap melakukan hal-hal itu.
11. Namun dana yang telah dilakukan dan dengan kokoh ditanamkan pada Sangha ini akan berbuah dengan segera, dan memberikan manfaat jangka panjang bagi mereka.
12. Nah, ini, tugas sanak saudara telah ditunjukkan dan penghormatan tertinggi telah diberikan kepada para peta; kekuatan telah diberikan kepada para bhikkhu dan tidak sia-sialah perbuatan berjasa yang dikejar olehmu.’
1 Di sini di luar dinding (tiro kuddesu): di sini sebelah luar dinding. Mereka berdiri (titthanti): ungkapan ini menekankan posisi berdiri mereka yang dibedakan dengan (postur-postur lain) seperti misalnya duduk dll.30 Artinya, mereka berdiri demikian di luar, di balik pagar yang mengelilingi rumah. Di persimpangan serta pertigaan-jalan: sandhisinghatakesu ca=sandhisu ca singhatakesu ca (ketetapan bentuk majemuk); tempat di mana empat jalan bertemu, pertemuan-rumah, pertemuan-dinding dan pertemuan-lampu31 yang disebut ‘persimpangan’, sedangkan pertigaan-jalan adalah tempat di mana tiga jalan bertemu.32 Berdiri di tiang-tiang pintu (dvarabahasu tithanti): berdiri bersandar pada tiang-tiang gerbang kota dan pintu rumah. Mereka pergi ke rumah mereka sendiri (agantvana sakam gharam): ‘rumah mereka sendiri’ bisa saja rumah sanak saudara dahulu atau rumah mereka sendiri di mana mereka berdiam sebagai pemilik. Karena menganggap dua tempat ini sebagai milik mereka sendiri, maka Sang Buddha mengatakan, ‘mereka pergi ke rumah mereka sendiri.’ Sang Buddha mengatakan syair (yang bermula dengan ? ‘Mereka berdiri di luar dinding’ untuk menunjukkan kepada raja, karena raja dapat melihat sendiri banyak makhluk peta yang amat buruk-rupa, cacat dan mengerikan, yang mengalami33 buah dari kedengkian dan keegoisan. Mereka berdiri di luar dinding dll. dan telah datang ke tempat tinggal raja Bimbisara karena telah menganggapnya sebagai rumah mereka sendiri, karena rumah itu milik seorang sanak saudara di masa lampau walaupun mereka sendiri tidak tinggal di sana di masa lampau.34 Beliau kemudian mengucapkan syair kedua (yang bermula dengan:) ‘Walaupun makanan dan minuman yang melimpah’ untuk menunjukkan jahatnya perbuatan yang telah mereka lakukan.
2 Di sini melimpah (pahute) : banyak, berlebihan, artinya, sebanyak yang dibutuhkan. [25] Boleh saja menggantikan suku kata pa dengan suku kata ba, [dengan demikian mengubah bahu menjadi pahu pada teks] seperti misalnya ‘Walaupun memiliki banyak, dia tidak menopang….’ (pahu santo na bharati).* Beberapa terbaca ‘melimpah’ (bahuke) tetapi ini merupakan bacaan yang ceroboh.35 Makanan dan minuman : annapanamhi=anne ca pane ca (ketetapan bentuk majemuk dalam bentuk tata bahasa alternatif). Makanan yang keras dan lunak: khajjabhojje=khajje ca bhojje ca (ketetapan bentuk majemuk); lewat (empat) hal ini, Sang Buddha menunjukkan empat jenis makanan: apa yang dimakan, diminum, dikunyah dan ditelan. Disajikan (upatthite): dimulai (upagamma) untuk diatur (thite), yang artinya diberikan, dipersiapkan. Tak seorangpun mengingat makhluk-makhluk itu (na tesam koci sarati sattanam): tak seorang pun, termasuk ibu, ayah, putra, cucu laki, yang mengingat makhluk-makhluk yang telah lahir kembali di alam peta itu. Mengapa demikian? Itulah akibat dari perbuatan-perbuatan mereka. Karena36 perbuatan mereka sendiri yang kikir, yang berdasarkan ketidak-mampuan memberi dan penyelewengan dana dll. – perbuatan mereka inilah37 yang membuat sanak saudara tidak mengingat mereka. Sang Buddha menunjukkan bahwa walaupun ada banyak makanan38 dan minuman dll., namun karena tindakan jahat mereka itu maka tidak sedikit pun terbersit di pikiran para sanak saudara untuk mengingat para peta yang menunggu dengan penuh harap untuk (memperoleh persembahan dari) sanak saudara mereka. Sesudah itu Sang Buddha mengucapkan syair ketiga (yang bermula dengan ? ‘(Maka mereka yang memiliki belas kasihan) memberikan bagi sanak saudara mereka.’ Beliau memuji dana yang diberikan39 atas nama sanak saudara yang telah lahir kembali di alam-peta.
* Sn 98.
3 Di sini jadi (evam) merupakan istilah perbandingan. Hal ini dapat ditafsirkan dengan dua cara: walaupun mereka tidak mengingat makhluk-makhluk itu sebagai buah perbuatan makhluk-makhluk itu, beberapa masih memberi untuk sanak saudara mereka, jadi mereka memiliki belas kasihan; dan mereka yang memiliki belas kasihan memberikan bagi sanak saudara makanan dan minuman yang paling murni, pilihan, tepat waktu dan cocok, seperti yang jadi diberikan dengan cara itu oleh engkau, wahai raja agung. Di sini memberi (dadanti): mempersembahkan, menyerahkan. Bagi sanak saudara mereka (ñatinam) : bagi mereka yang berhubungan dengan pihak keluarga ayah atau ibu. Yang (ye): putra yang manapun dll. Yang : honti =bhavanti (bentuk tata bahasa alternatif). Memiliki belas kasihan (anukampaka): menginginkan kesejahteraan mereka, yaitu orang-orang yang mencari kesejahteraan mereka. Yang paling murni (sucim): bersih, menarik, dan sesuai dengan Dhamma. Yang pilihan (panitam): yang terbaik. Pada waktu yang tepat (kalena) : pada waktu makan yang cocok40 bagi mereka yang pantas mendapatkan dana itu atau pada waktu sanak saudara mereka [26] telah datang dan berdiri di luar dinding. Sesuai (kappiyam): cocok, pantas, bernilai untuk dimakan para ariya. Makanan dan minuman : panabhojanam=panañ ca bhojanañ ca (keteetapan bentuk majemuk); lewat refrensi ini 41 Beliau di sini berbicara tentang semua persembahan jasa. Kemudian untuk menunjukkan cara memberikan persembahan-persembahan bagi para peta, Beliau mengatakan, ‘Biarlah ini untuk sanak saudara kami! Semoga sanak saudara kami berbahagia!’ Demikianlah penafsiran untuk separuh bagian pertama pada syair ketiga: ‘Jadi mereka yang memiliki belas kasihan memberikan bagi sanak saudara mereka, sambil mengatakan, “Biarlah ini untuk sanak saudara kami! Semoga sanak saudara kami berbahagia!” Dengan cara ini Sang Buddha memberikan petunjuk mengenai cara untuk memberikan42 dana itu. Di sini ini (idam) menunjukkan persembahan jasa. Vo (tidak diterjemahkan) hanyalah suatu partikel seperti dalam (bacaan misalnya) ‘Satu dari para ariya yang…’ (ye hi vo ariya).* Biarlah (ini) untuk sanak saudara kami! (ñatinam hotu): biarlah (ini) untuk sanak saudara kami yang telah terlahir di alam peta! Beberapa menuliskan sanak saudara kami : no ñatinam=amhakam ñatinam (bentuk tata bahasa alternatif).43 Semoga sanak saudara kami berbahagia! (sukhita hontu ñatayo) : semoga sanak saudara kami yang telah terlahir di alam peta itu berbahagia, mencapai kebahagiaan karena mengalami buah (pemberian) ini! Walaupun dikatakan, ‘Biarlah ini untuk sanak saudara kami!’, bukan berarti bahwa suatu perbuatan yang dilakukan seseorang akan memberikan buah bagi yang lain,44 melainkan bahwa apa-apa yang sedang diberikan atas nama mereka dengan cara ini akan menjadi kondisi bagi kerabat-peta45 itu (untuk melalukan perbuatan yang baik.46 Jadi, perbuatan baik inilah yang menghasilkan buahnya bagi mereka pada saat itu juga, sesuai dengan hal-hal itu. Untuk menunjukkan ini, Sang Buddha mengucapkan syair yang bermula dengan: ‘Dan (sanak saudara peta yang telah berkumpul dan berkerumun) di sana’.
* M i 17.
4 Di sini itu (te): sanak saudara peta itu. Di sana (tattha): di sana di mana dana diberikan. Yang telah berkumpul (samagantva) : yang telah berkumpul di sana untuk menunjukkan penghargaan mereka lewat pemikiran ‘Sanak saudara kami ini akan mempersembahkan dana demi kami.’ Untuk makanan dan minuman yang melimpah itu (pahute annapanamhi) : untuk makanan dan minuman yang melimpah itu,47 untuk dana yang hendak diberikan atas nama mereka. Dengan penuh hormat akan menunjukkan penghargaan mereka (sakkaccam anumodare) : karena memiliki keyakinan akan buah dari tindakan, tanpa meninggalkan rasa hormat mereka48 dan tanpa adanya kekacauan pikiran [27] mereka bersukacita, mereka menunjukkan penghargaan mereka dan menjadi penuh sukacita dan kebahagiaan karena berpikir, ‘Semoga dana ini bisa untuk kebahagiaan dan kesejahteraan kami49!’
5 Umur panjang! (ciram jivantu): semoga mereka berumur panjang, semoga mereka hidup lama! Bagi sanak saudara kami (no ñati): untuk sanak saudara kami. Lewat mereka (yesam hetu) : karena mereka, tergantung pada mereka. Kami telah memperoleh (labhamase) : kami telah memperoleh kemuliaan seperti ini. Hal ini menunjukkan cara bagaimana pujian terhadap sanak saudara mereka (ditunjukkan) oleh para peta yang mengalami kemuliaan lewat bakti mereka. Suatu dana dengan segera akan menghasilkan buahnya jika ada tiga faktor: berhasilnya pencapaian spiritual dari mereka yang pantas memperoleh dana, bakti dari si pemberi, dan penghargaan dari para peta. Dari hal-hal itu, si pemberi adalah sarana khusus; untuk inilah mereka mengatakan, ‘Lewat merekalah kami telah memperoleh (semua ini).’ Karena penghormatan telah diberikan kepada kami (amhakañ ca kata puja): karena penghormatan telah diberikan kepada kami oleh mereka yang memberi, yang mempersembahkan (dana-dana itu) demikian: ‘Biarlah ini untuk sanak saudara kami!’ Dan mereka yang memberi tidaklah mungkin tanpa buah (dayaka ca anipphala): karena perbuatan itu (yang dilandasi perbuatan memberi)50 menghasilkan buahnya51 di sana dan pada saat itu bagi mereka yang berniat melakukan perbuatan itu di hati. Di sini bisa dipertanyakan,52 ‘Bagaimanakah halnya, apakah hanya53 mereka yang terlahir di alam peta saja yang memperoleh kemuliaan ini lewat sarana sanak saudara mereka, atau apakah yang lain juga (memperolehnya)?’ Tak ada yang perlu kami katakan di sini karena hal ini telah dijelaskan sebagai berikut* oleh Sang Buddha sendiri:
* A v 269-271
“Yang Mulia Gotama, kami para brahmana memberikan dana dan melakukan ritual-ritual sraddha54 dengan mengatakan, ‘Semoga dana-dana ini bisa bermanfaat bagi para peta yang dahulu adalah sanak saudara dan saudara-sedarah kami! Semoga sanak-saudara-peta dan saudara-sedarah kami menikmati dana-dana ini!’ Yang Mulia Gotama, apakah dana itu memang benar-benar bermanfaat bagi para peta yang dahulunya adalah sanak saudara dan saudara-sedarah kami? Apakah sanak-saudara-peta dan saudara-sedarah itu benar-benar menikmati dana itu?”
“Jika mereka ada di tempat (yang sesuai), wahai brahmana, dana itu akan bermanfaat (bagi mereka); jika mereka tidak berada di tempat (yang) (sesuai), dana itu tidak akan bermanfaat.”
“Tetapi tempat apakah yang (sesuai) itu, Yang Mulia Gotama, dan tempat apakah yang tidak (sesuai) itu?”
“‘Di sini, wahai brahmana, seseorang menghancurkan makhluk hidup (mengambil apa yang tidak diberikan, berperilaku salah berkenaan dengan nafsu-nafsu indera, berbicara bohong,55 dan berbicara memfitnah, berucap kasar, berbicara yang tak ada gunanya, tamak, jahat pikirannya dan)56 berpandangan salah. Pada saat tubuhnya hancur setelah kematian, dia lahir kembali di neraka. Dia menopang dirinya sendiri di sana, dengan apapun yang merupakan makanan bagi makhluk-makhluk di neraka. Wahai brahmana, inilah tempat yang tidak (cocok) itu; dana-dana itu tidak akan bermanfaat bagi mereka yang berada di sana.
“Wahai brahmana, di sini, seseorang menghancurkan makhluk hidup … berpandangan salah. Pada saat tubuhnya hancur setelah kematian, [28] dia lahir kembali di rahim binatang. Dia menopang dirinya sendiri di sana, mempertahankan dirinya sendiri di sana, dengan apapun yang merupakan makanan bagi makhluk-makhluk di dalam rahim binatang. Wahai brahmana, inilah tempat yang tidak (cocok) itu; dana-dana itu tidak akan bermanfaat bagi mereka yang berada di sana.
“Wahai brahmana, di sini, seseorang mengendalikan diri agar tidak menghancurkan makhluk hidup (tidak mengambil apa yang tidak diberikan, tidak berperilaku salah berkenaan dengan nafsu-nafsu indera, tidak berbicara bohong, tidak berbicara memfitnah, tidak berucap kasar, tidak berbicara yang tak ada gunanya, tidak tamak, tidak jahat pikirannya, dan) berpandangan benar. Pada saat tubuhnya hancur setelah kematian, dia lahir kembali di antara manusia. Dia menopang dirinya sendiri di sana, dia mempertahankan dirinya di sana, dengan apapun yang merupakan makanan bagi manusia. Wahai brahmana, inilah tempat yang tidak (sesuai) itu; dana-dana itu tidak akan bermanfaat bagi orang yang berada di sana.
“Wahai brahmana, di sini, seseorang mengendalikan diri agar tidak menghancurkan makhluk hidup … berpandangan benar. Pada saat tubuhnya hancur (setelah kematian),57 dia lahir kembali di antara para dewa. Dia menopang dirinya sendiri di sana, dia mempertahankan dirinya di sana, dia menopang dirinya sendiri di sana, dengan apapun yang merupakan makanan bagi dewa. Wahai brahmana, inilah58 tempat yang tidak (sesuai) itu; dana-dana itu tidak akan bermanfaat bagi yang berada di sana.
“Wahai brahmana, di sini, seseorang menghancurkan makhluk hidup … berpandangan salah. Pada waktu tubuhnya hancur setelah kematian, dia lahir kembali di alam peta.59 Dia menopang dirinya sendiri di sana, dia mempertahankan dirinya sendiri di sana, dengan apapun yang merupakan bagi makhluk-makhluk alam peta. Atau dia menopang dirinya sendiri di sana, dia mempertahankan dirinya di sana, dengan apapun yang dipersembahkan dari sini oleh sahabat-sahabat, teman-teman, atau sanak saudara serta saudara-sedarahnya.60 Wahai para brahmana, inilah tempat yang (cocok) itu; dana-dana itu akan bermanfaat bagi mereka yang berada di sana.”
“Tetapi, Yang Mulia Gotama, jika peta yang dahulunya sanak saudara dan saudara-sedarah kami tidak lahir di tempat itu, siapakah yang akan menikmati dana-dana ini?”
“Peta-peta lain, wahai brahmana, yang dahulu adalah sanak saudaramu dan saudara-sedarahmu yang telah lahir di tempat itu – mereka akan menikmati dana-dana itu.”
“Tetapi, Yang Mulia Gotama, jika peta yang dahulu adalah sanak saudara dan saudara-sedarah itu tidak berada di tempat itu, dan peta-peta lain yang dahulu adalah sanak saudara dan saudara-sedarah juga tidak berada di tempat itu – siapakah yang akan menikmati dana-dana itu?”
“Hal ini61 tidaklah mungkin, wahai brahmana. Tidak mungkin terjadi bahwa dalam kurun waktu yang amat lama tempat itu kosong dari para peta yang dahulu adalah sanak saudara dan saudara-sedarahmu. Lagi pula, wahai brahmana, mereka yang memberi tidaklah mungkin tanpa buah.”62
Kemudian, untuk menunjukkan bahwa mereka yang telah muncul di alam peta ditopang oleh apa yang diberikan dari sini karena tidak ada (sumber) lain seperti misalnya pengolahan dan peternakan dan sebagainya yang dapat menyebabkan mereka memperoleh kemuliaan maka disebutkanlah (syair) yang bermula dengan : ‘Karena tidak (ada).’
6 Di sini karena tidak ada pengolahan di sana (na hi tattha kasi atthi): karena tidak ada kegiatan bercocok tanam di alam peta yang membuat para peta dapat hidup secara nyaman. Tidak juga dikenal di sini kegiatan beternak (gorakkh’ ettha na vijjati): di sini, di alam peta ini, bukan saja tidak ada pengolahan, tetapi juga tidak ada kegiatan beternak yang dikenal [29] yang menyebabkan para peta itu dapat hidup secara nyaman. Tidak juga ada hal-hal seperti perdagangan (vanijja tadisi n’atthi): tidak juga ada perdagangan yang mungkin dapat menyebabkan mereka memperoleh kemuliaan. Dan jual-beli emas (hiraññena kayakkayam): dan tidak ada kegiatan seperti misalnya menjual dan membeli emas yang bisa menyebabkan mereka memperoleh kemuliaan. Para peta, mereka yang telah meninggal, berada di sana ditopang oleh apa yang diberikan dari sini (ito dinnena yapenti peta kalagata tahim): mereka ditopang, mereka melanjutkan keberadaan mereka, sepenuhnya tergantung pada apa yang diberikan dari sini oleh sanak saudara atau sahabat-sahabat dan teman-teman mereka. Para peta (peta) : makhluk-makhluk yang telah lahir di alam peta. Mereka yang telah meninggal (kalagata): mereka yang telah meninggal karena tiba waktunya bagi kematian mereka. Pilihan lain adalah mereka yang telah mati (kalakata): mereka yang telah menghabiskan waktu (karma) mereka,63 mereka yang telah menjalani kematian, mereka yang telah mencapai kematian. Di sana (tahim) : di alam peta itu. Sang Buddha kemudian mengucapkan dua syair (yang bermula dengan:) ‘Bagaikan air hujan dari dataran tinggi’ untuk melukiskan lewat perumpamaan arti dari apa yang baru saja dikatakan.
7-8 Beginilah artinya : sebagaimana air yang dicurahkan oleh awan di dataran tinggi, di tanah atas, di tanah yang tinggi, akan mengalir turun ke dataran rendah, menuju tempat-tempat bercelah, menuju bagian tanah yang letaknya rendah, demikian juga dana-dana yang diberikan dari sini akan memberikan manfaat bagi para peta, akan terkumpul bagi mereka bersama munculnya buah dana-dana itu. Dunia peta -di mana dana akan memberikan manfaat- bagaikan tempat yang rendah ke mana air mengalir turun. Beliau mengatakan demikian, ‘Inilah,64 wahai para brahmana, tempat yang (cocok) itu; dana-dana itu akan bermanfaat bagi yang berada di sana.’ Dan sebagaimana aliran air, sungai-sungai besar -yang meluap dipenuhi air yang turun dari rongga dan celah gunung, dari selokan dan jurang, dari kolam dan danau besar- akan memenuhi lautan, demikian pula dana-dana yang diberikan dari sini akan memberikan manfaat bagi para peta dengan cara yang telah disebutkan sebelumnya. Para peta yang pergi ke rumah sanak saudara mereka amat berharap untuk bisa memperoleh sesuatu dari sana, namun mereka tidak bisa memohon, ‘Tolong berikan ini kepada kami!’ Karena itu Sang Buddha mengucapkan syair (yang bermula dengan ? ‘Dahulu dia memberi kepadaku’ untuk menunjukkan bahwa putra dari keluarga itu harus memberikan dana sambil mengingat kesempatan-kesempatan yang berkesan berkenaan dengan para peta.
9 Beginilah artinya : dia telah memberiku kekayaan dan butir-butir benih itu; dia sendiri telah bekerja untukku dan sepenuhnya dia telah melakukan apa yang harus dikerjakan; karena orang itu ada hubungan keluarga dengan ibuku atau ayahku maka dia adalah sanakku;65 [30] karena dia bisa memberikan perlindungan66 dalam hal kasih sayang maka dia adalah seorang sahabat; sedangkan karena orang itu adalah temanku ketika bermain membuat kue dari lumpur maka dia adalah temanku. Sambil mengingat semua inilah seseorang harus memberikan dana bagi para peta, seseorang harus menyerahkan dana itu (kepada mereka). Pilihan lain adalah suatu dana harus diberikan (dakkhina dajja): sambil mengingat, dengan mengingat,67 apa yang dahulu mereka lakukan dengan cara ini, dengan ini. ‘Dahulu dia memberi kepadaku dan sebagainya, suatu dana harus diberikan bagi para peta – inilah yang dikatakan. Ini adalah kasus akusatif (mengingat, anussaram) dengan lingkup instrumental (dengan mengingat, anussarata).67
10-11 Sang Buddha mengucapkan syair (yang bermula dengan:) ‘Tidak ada ratap tangis’ untuk menunjukkan bahwa walaupun para makhluk terus menerus meratap dan bersedih hati dan sebagainya68 pada saat kematian sanak saudara, semua itu tidak ada manfaatnya. Ratap tangis dan kesedihan dll. ini malahan sepenuhnya menyiksa-diri sendiri69 dan tidak akan memberikan manfaat apapun bagi para peta. Beliau kemudian mengucapkan suatu syair (yang bermula dengan:) ‘Namun (dana) ini’ untuk menunjukkan kegunaan dari dana yang diberikan oleh raja Magadha. Arti hal-hal ini sama dengan yang diberikan di atas.70
12 Sang Buddha kemudian mengucapkan syair penutup (yang bermula dengan:) ‘Nah, (ini), tugas sanak saudara’ dan memuji raja karena kemurnian sifat-sifat ini, yaitu : dengan raja memberi dana, dengan melakukan apa yang harus dilakukan oleh sanak saudara bagi yang lain,71 maka kewajiban bagi sanak saudara telah ditunjukkan, telah dimaklumkan72 kepada banyak orang. Beliau menunjukkan dan membuat mereka mengetahui bahwa mereka juga harus memenuhi tugas terhadap sanak saudara dengan cara yang sama. Dan dengan menyebabkan para peta dapat memiliki kemuliaan surgawi berarti penghormatan tertinggi telah diberikan kepada para peta. Dengan memberikan makanan dan minuman dll. secukupnya kepada komunitas para bhikkhu yang dipimpin Sang Buddha berarti kekuatan telah diberikan kepada para bhikkhu. Dan dengan memunculkan niat kedermawanan yang dibarengi dengan sifat belas kasihan dll. maka tidak sia-sialah perbuatan berjasa yang dikejar. Di sini tugas sanak saudara (ñatidhammo): melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh sanak saudara kepada yang lain. Tertinggi (ulara) : bermanfaat, besar. Kekuatan (balam) : kekuatan fisik. Dikejar (pasutam) : dikumpulkan. Sekarang, di sini, lewat (pernyataan) ‘Nah, ini, tugas sanak saudara telah ditunjukkan’, Sang Buddha mengajarkan73 kepada raja lewat pembicaraan mengenai Dhamma karena petunjuk74 tentang kewajiban sanak saudara di sini merupakan suatu instruksi.75 Lewat (pertanyaan) ‘Dan penghormatan tertinggi telah diberikan kepada para peta’ Sang Buddha membangkitkan semangat raja karena pujiannya sebagai ‘tertinggi’ di sini merupakan dorongan agar memberikan penghormatan berulang-ulang.76 Lewat (pernyataan) ‘Kekuatan telah diberikan kepada para bhikkhu,’ Sang Buddha memberikan semangat kepada raja karena memberikan kekuatan kepada para bhikkhu. Di sini hal ini berarti dorongan untuk meningkatkan usahanya dalam memberikan kekuatan dengan cara khusus itu.77 [31] Lewat (pernyataan) ‘Dan tidak sia-sialah perbuatan berjasa yang dikejar olehmu’ Sang Buddha membuat raja meremang karena sukacita. Pujian bagi upaya mengejar perbuatan-perbuatan berjasa di sini membuat bulu kuduk raja meremang karena sukacita78 ketika mendengar penjelasan Sang Buddha mengenai sifat-sifat mulianya.79 Beginilah hal ini harus ditafsirkan di sini, beginilah hal ini harus dipahami.
Pada akhir ajaran ini, muncullah pandangan terang ke dalam Dhamma pada delapan puluh empat ribu makhluk melalui usaha yang benar. Hati mereka tersentak karena penjelasan tentang keadaan yang menyedihkan80 mengenai kemunculan makhluk di alam peta. Juga pada hari(-hari) selanjutnya Sang Buddha membabarkan ajaran yang sama perihal Khotbah Di Luar Dinding ini kepada para dewa dan manusia selama tujuh hari sehingga muncul pula pandangan terang ke dalam Dhamma.
Catatan
Cerita ini juga ditemukan, dengan perbedaan-perbedaan kecil, pada KhpA 201-216, diterjemahkan dalam Bacaan Minor dan Ilustrator hal. 223-241
Terbaca ‘etam thapetva aññam …’ dengan Se Be untuk etam thapetva ‘aññam…’ pada teks.
Terbaca lekham dengan Be KhpA untuk likhapannam pada teks (Se likhitapannam); bandingkan dengan PED sv likha.
Terbaca danam pavattapesi dengan Be KhpA untuk Se danavatthum pesesi pada teks.
Terbaca pavarita dengan Be (KhpA pavarite) untuk Se saparivara te hi pada teks; upacara Pavarana menandai akhir dari berdiam di suatu tempat selama musim hujan.
Terbaca paccagamimsu dengan Se Be untuk agamimsu pada teks.
Kalpa yang sekarang ini dianggap menjanjikan keberuntungan dalam pengertian bahwa di kalpa ini akan terdapat tidak kurang dari lima Buddha, yaitu : Kakusandha, Konagamana, Kassapa, Gotama kita ini, dan Metteya yang merupakan Buddha yang akan datang; lihat untuk contohnya Dial ii 6 dst. tentang daftar para Buddha di mana Kakusandha telah didahului oleh tiga Buddha sebelumnya, yang dimulai dengan Vippasi sembilan puluh satu kalpa yang lalu. Daftar ini selanjutnya diperluas dalam teks-teks seperti Buddhavamsa dan Thupavamsa di mana Phussa dikatakan telah muncul pada kalpa sebelum kalpa munculnya Vippasi, atau, seperti yang dinyatakan di dalam teks kita, sembilan puluh dua kalpa yang lalu, dan bahwa Phussa sendiri didahului oleh tujuh belas Buddha sebelumnya.
Jeda-Buddha, tidak seperti kalpa, bukan merupakan periode khusus karena walaupun kalpa yang menjanjikan keberuntungan ini akan melihat lima Buddha, namun ada rentang waktu selama enam puluh kalpa penuh di antara Buddha Vippasi dan penerusnya Sikhi.
Terbaca brahmanakule dengan Se Be KhpA untuk -kulesu pada teks.
Jatila; lihat Vin i 24 untuk penjelasan rinci tentang ketiganya ini.
Ditandai dengan Malalasekera sebagai bukit yang agak ke arah barat daya Gaya yang sekarang dikenal sebagai Brahmayoni dan merupakan tempat yang penting untuk ziarah umat Hindu (DPPN i 753). Ada satu mata air (yoni) di dekat puncak yang dianggap berhubungan dengan pemandian air hangat Brahmakund di Rajgir (Rajagaha) yang tidak jauh dari situ. Kelihatannya mungkin sekali Brahmakund yang sekarang ini terletak di tempat yang sama di mana taman Tapoda pernah ada – bandingkan KS i 14 n. 5 dan DPPN i 992.
vinetva
nahuta
Anga dan Magadha dulunya merupakan dua negera terpisah yang tampaknya menjadi satu pada saat teks ini ditulis.
Syair-syair ini dapat ditemukan secara utuh di Vin i 38.
Terbaca api ca kho dengan Se Be KhpA untuk atha kho pada teks.
Terbaca paccasimsanta dengan Se Be untuk paccasimsanta pada teks.
hiyo, tidak terdaftar dalam PED.
Terbaca ajjatanaya dengan Se Be KhpA untuk svatanaya pada teks, hari berikutnya.
Lihat A v 81-82 untuk sepuluh resiko yang ditanggung oleh bhikkhu yang pergi ke sana untuk mengumpulkan dana makanan.
kalama, Nelumbrium.
kuvalaya
Terbaca patippassaddhadaratha- dengan Se Be untuk patippassaddha daratha- pada teks.
Terbaca -bhojjani dengan Se Be untuk -bhajjani pada teks.
Terbaca pinitindriya dengan Se KhpA untuk pi nindiya pada teks (Be pinindriya); bandingkan dengan PED sv nindiya.
Terbaca dibbavatthapasadapaccattharanaseyyadi-alankaravidhayo dengan Se Be untuk diccavattha dibbapasada seyyapaccattharanalankaravidhayo pada teks.
Terbaca ettha dengan Se Be dan komentar di bawah untuk etta pada teks.
Terbaca kalagata dengan Be KhpA untuk Se kalakata pada teks; bandingkan dengan komentar di bawah.
Terbaca 7 a b seperti 6 e f pada teks seperti yang dibutuhkan oleh komentar di bawah.
Pada A ii 244 postur para peta dikatakan terbaring mendatar pada punggung mereka.
Terbaca gharasandhibhittisandhi-alokasandhiyo dengan Se Be KhpA untuk gharansandhi bhittisandhi alokasandhiyo pada teks; yang dimaksud ‘persimpangan-rumah’ adalah celah-celah dan sudut di rumah, yang dimaksud dengan ‘persimpangan-dinding’ adalah pertemuan atau lubang di dinding, sedangkan yang dimaksud ‘persimpangan-lampu’ adalah celah untuk melihat keluar.
Terbaca singhataka ti tikonaraccha dengan Be KhpA (Se singhatakan ti) untuk singhatake ti konaraccha pada teks.
Lihat diskusi pada Minor Readings and Illustrator hal.228 n.4
Terbaca anajjhavutthapubbam dengan Se Be KhpA untuk anajjhavutthe pubbam pada teks.
Sebaliknya, KhpA 207 menyatakan bahwa pahute (bacaan teks kami) adalah bacaan yang ceroboh untuk pahute walaupun Se Be teks kami sepakat di sini.
Terbaca karanabhavato dengan Se Be untuk karanabhavato pada teks.
Terbaca tam hi dengan Se Be KhpA untuk tahim pada teks.
Terbaca anappake pi dengan Se Be untuk anappakeci pada teks.
Se Be menambahkan rañña, oleh raja, di sini.
Terbaca paribhogayoggakalena dengan Se Be untuk -yogya- pada teks.
Terbaca tadupadesena dengan Be untuk tadupadesena pada teks (Se tadapadesen’)
Terbaca databbakaranidassanam dengan Se Be KhpA untuk – karadassanan pada teks.
Yaitu dengan no, milik kami, sebagai ganti sekadar partikel vo.
Terbaca na aññassa phaladam hoti dengan Se Be untuk aññassa phalam dinnam hoti pada teks.
Terbaca tam vatthu ñatipetanam dengan Se Be untuk vuttapetanam pada teks.
Cukup aneh bahwa kecuali petunjuk pada PvA 69 di bawah bahwa beberapa peta mungkin mampu membuat sejumlah kecil jasa namun hal ini tidak disebutkan di tempat lain di seluruh kitab komentar ini tentang apa yang kelihatannya merupakan pokok doktrin yang sangat penting. Orang lebih sering dibuat percaya bahwa para peta -seperti juga semua peta di dalam tiga gati yang lebih rendah- tidak mampu berbuat jasa dan tidak mampu memperoleh kesejahteraan-Brahma. Mungkin Dhammapala di sini mengambil ide dari KhpA.
Se Be menghilangkannya
Terbaca avijahanta dengan Se Be KhapA untuk vijjamana padda teks.
Terbaca no dengan Se Be KhpA untuk vo pada teks.
Se Be KhpA menambahkan pariccagamayam di sini.
Terbaca phaladanato dengan Se Be KhpA untuk phaladanato pada teks.
Terbaca etth’aha dengan Be KhpA untuk ettha hi pada teks; Se terbaca tattha hi.
Terbaca eva dengan Se Be KhpA untuk evam pada teks.
saddhani – demikian A v 269, KhpA dan vl pada teks kami, sedangkan teks, Se Be semuanya menggantikan puññani yang tidak begitu disenangi karena konteks ritual yang bersifat Brahmanik.
Dihilangkan, mungkin karena kesalahan, di GS v 181.
Demikian A v 269; teks Se Be KhpA semuanya menyingkat baik di sini maupun di bawah.
Demikian A v 270; teks menyingkatnya dan harus diubah agar terbaca dengan Se Be KhpA manussanam sahavyatam uppajjati – pe- devanam sahavyatam uppajjati.
Terbaca idam pi kho dengan Se Be KhpA untuk idam kho pada teks.
pettivisayam; demikian juga A v 270 Se Be. KhpA terbaca pittivisayam sebagaimana vll pada teks kami dan A c 270. Lihat berikut.
Jelas dari sebagian besar cerita-cerita ini bahwa makanan makhluk alam peta adalah zat yang memuakkan seperti misalnya tahi dan air kencing, nanah dan darah, atau, mungkin mereka malahan lebih sering kekurangan makanan sama sekali. Lagi pula, ketika dana-dana ditentukan untuk peta ini atau peta itu kita dapati bahwa yang terjadi bukanlah mereka -sebagai peta- tertopang oleh persembahan-persembahan semacam itu. Yang terjadi adalah, lewat persembahan-persembahan seperti itu, mereka berubah menjadi yakkha atau devata yang memiliki vimana. Sebaliknya ini dapat menjelaskan berbagai bacaan dari catatan sebelumnya karena peta ditopang oleh persembahan dari sanak saudara dll. yang kira-kira lebih dekat dengan pitr Brahmanik (atau preta perantara) dan bukannya peta Buddhis (yang menderita). Di dalam bacaan Anguttara ini, ‘peta’ bisa berarti tidak lebih dari sekedar ‘yang telah meninggal’.
Terbaca etam dengan Se Be KhpA untuk tam pada teks.
Di sini berakhirlah kutipan Anguttara.
Terbaca Peta ti pettivisayupapanna satta. Kalagata ti attano maranakalena gata. Kalakata ti va patho, katakala …dengan Be KhpA untuk peta pettivisayuppanna kalakata attano maranakalena gata pada teks. Kalagata ti va patho. Katakala … Se menyerupai teks kami tetapi dengan tanda baca yang superior.
Terbaca idam kho dengan A v 270 Be KhpA untuk Se idam pada teks.
Terbaca ñati sinehavasena dengan Se Be untuk ñati sinehavasena pada teks.
Terbaca tanasamatthataya dengan Se Be KhpA untuk tthana pada teks.
Terbaca anussarata dengan Se Be KhpA untuk anussarana pada teks.
Terbaca runnasokadipara dengan Se Be KhpA untuk runnasokadivara pada teks.
Terbaca attaparitapanamattam dengan Se Be untuk attaparitapanam pada teks.
PvA 18-19
Terbaca ñatinam ñatihi dengan Se Be KhpA untuk ñatihi pada teks; lihat juga komentar di bawah.
Terbaca pakato kato dengan Be untuk pakato pada teks.
sandassesi; tidak terdaftar oleh PED. Ini dan ketiga kata kerja berikutnya -disemangati, didorong, membuat dia meremang karena sukacita- ditemukan di tempat lain dalam bacaan-bacaan yang mirip, yang melukiskan proses yang membimbing seseorang menuju pandangan terang; lihat misalnya D ii 42 dan bandingkan M ii 48, D i 126 dll. S v 162, kemampuan itu dikaitkan dengan Sariputta.
Terbaca ñatidhammadassanam dengan Be untuk Se ñatidhammasandassanam pada teks; KhpA terbaca -nidassanam, menunjukkan, yang sesuai dengan syairnya sehingga lebih disukai.
Terbaca h’ettha sandassanam dengan Be KhpA untuk Se hetusandassanam pada teks.
Terbaca punappuna pujakarane samadapanam dengan Se Be KhpA untuk punappunapujakaranasamadapanam pada teks.
Terbaca evam vidhanam balanuppadane dengan Se Be untuk eva ‘va vidhanatthabalanuppadane ti pada teks.
Terbaca sampahamsanam dengan Be untuk sampahamsam pada teks.
Terbaca -samvannanabhavena dengan Se Be KhpA untuk -samvannanataya pada teks.
Terbaca pettivisayupapatti-adinavasamvannanena dengan Be KhpA (Se) untuk pettivisayuppattiya adinam ‘va samvannanena pada teks.
Sembilan puluh dua kalpa yang lalu ada sebuah kota bernama Kasipuri. Di situ bertahta seorang raja bernama Jayasena. Ratunya bernama Sirima. Dari kandungannya lahirlah Bodhisatta Phussa yang pada saatnya kemudian mencapai pencerahan spiritual sempurna (menjadi Buddha). Raja Jayasena menjadi sangat melekat terhadap putranya. Dia berpikir, ‘Ternyata putraku telah Meninggalkan Keduniawian Yang Agung dan sudah menjadi Buddha. Sang Buddha adalah milikku sendiri, Dhamma adalah milikku sendiri, Sangha adalah milikku sendiri.’ Sepanjang waktu dia melayani Beliau, tanpa memberikan kesempatan kepada siapapun. Ketiga saudara laki Sang Buddha, adik-adiknya dari ibu yang lain, berpikir, [20] ‘Para Buddha memang muncul demi manfaat bagi seluruh dunia, bukan demi satu orang saja. Namun ayah kita tidak memberikan kesempatan kepada siapapun. Bagaimana caranya kita dapat melayani Sangha?’ Suatu pemikiran kemudian muncul, ‘Mari kita merancang suatu sarana!’ Maka mereka membuat seolah-olah ada keributan di batas negeri. Ketika raja mendengar tentang ‘keributan di batas negeri’ ini, dia mengirimkan tiga putranya itu ke perbatasan. Ketiga putranya itu pun pergi untuk menenangkan situasi di sana. Ketika mereka kembali, raja amat senang dan ingin memberikan hadiah. Katanya, ‘Ambillah apapun yang kau inginkan.’ ‘Kami ingin melayani Sang Buddha, ‘ kata mereka. ‘Engkau boleh mengambil apapun selain Beliau,’2 jawab raja. ‘Kami tidak menginginkan yang lain,’ jawab mereka. ‘Kalau begitu, ambillah Beliau tetapi tentukan batas waktnya.’ Mereka mengajukan tujuh tahun, namun raja tidak mengizinkan. Mereka memohon enam, lalu lima, empat, tiga, dua tahun, satu tahun; tujuh bulan, enam, lima, empat bulan, dan tiga bulan. Akhirnya raja mengatakan, ‘Ambillah Beliau!’ Maka mereka mendatangi Sang Buddha dan berkata, ‘Yang Mulia, kami ingin melayani Yang Mulia selama tiga bulan. Kami mohon Yang Mulia menerima kami selama tiga bulan, di musim hujan ini.’ Sang Buddha memberikan persetujuannya dengan berdiam diri. Ketiga orang itu lalu mengirimkan surat3 kepada wakilnya di daerah itu (di mana Sang Buddha akan berdiam), yang menyatakan, ‘Yang Mulia harus dilayani oleh kita selama tiga bulan. Pertama-tama, bangunlah satu vihara dan kemudian lengkapilah segala yang dibutuhkan untuk melayani Beliau.’ Berita dikirim kembali setelah semua siap. Dengan mengenakan pakaian kuning, bersama dengan dua ribu lima ratus pelayan pria, ketiga putra raja itu mengiringi Sang Buddha serta komunitas para bhikkhu ke daerah itu, melayani mereka dengan penuh hormat, dan menyerahkan vihara untuk mereka gunakan selama musim hujan itu. Bendahara kerajaan, putra seorang umat awam yang sudah menikah, memiliki keyakinan dan bakti yang amat besar. Dengan cermat dia memberikan apapun yang dapat didanakan kepada komunitas para bhikkhu dengan Sang Buddha sebagai pemimpinnya. Penguasa daerah itu menerima segala dana yang dikirimkan, dan bersama dengan sebelas ribu penduduk pria dari daerah itu mengatur pemberian dana4 dengan amat berhati-hati. Namun di antara mereka ada beberapa yang memiliki pikiran yang korup. Mereka menyelewengkan pemberian dana itu, makan persembahan-jasa itu sendiri dan membakar ruang makan. Setelah para putra raja merayakan upacara Pavarana5, mereka memberikan penghormatan kepada Sang Buddha [21] dan kemudian kembali6 menghadap raja, dengan Sang Buddha berjalan terlebih dahulu. Setelah Sang Buddha pergi ke sana, Beliau pun mangkat, mencapai Parinibbana.
Pada saatnya, para putra raja, wakil mereka di daerah itu, dan bendahara mereka meninggal dunia dan lahir kembali secara spontan di surga bersama dengan kelompok (para pembantu), sedangkan orang-orang yang berpikiran korup itu lahir kembali di neraka. Sembilan puluh dua kalpa berlalu sementara dua kelompok orang-orang itu lahir di satu surga ke surga lain dan di satu neraka ke neraka lain. Kemudian selama kalpa yang menjanjikan keberuntungan ini,7 yaitu pada zaman Buddha Kassapa, orang-orang yang memiliki pikiran korup itu lahir di antara para peta. Pada saat itu, bila orang-orang memberikan dana atas nama sanak saudara yang menjadi peta, mereka memberikannya dengan mengatakan, ‘Biarlah dana ini untuk sanak saudara kami!’ (Dan dengan itu) mereka mencapai kemuliaan. Ketika para peta melihat hal ini, mereka menghampiri Buddha Kassapa dan bertanya, ‘Bhante, bagaimana kami bisa (juga) mencapai kemuliaan seperti itu?’ Sang Buddha mengatakan, ‘Kalian tidak akan mencapainya sekarang. Tetapi di masa depan akan ada Orang Yang Mencapai Pencerahan Sempurna bernama Gotama. Pada zaman Buddha Gotama ini akan ada seorang raja bernama Bimbisara yang merupakan sanak saudaramu sembilan puluh dua kalpa yang lalu. Dia akan memberikan dana kepada Sang Buddha dan mempersembahkannya padamu. Pada saat itu kalian akan mencapai (kemuliaan seperti itu)’. Dikatakan bahwa ketika Buddha Kassapa berkata demikian, para peta tersebut mereka seolah-olah mereka sudah akan mencapainya keesokan harinya.
Kemudian ketika satu masa jeda-Buddha8 telah berlalu dan Sang Buddha Gotama telah muncul di dunia, ketiga putra raja tersebut, bersama dengan seribu orang, juga jatuh dari devaloka dan lahir kembali di suatu suku brahmana9 di kerajaan Magadha. Pada waktunya, mereka meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjadi tiga petapa berambut-kumal10 di Gayasisa.11 Wakil mereka di daerah itu menjadi raja Bimbisara sedangkan bendahara mereka, putra perumah tangga itu, menjadi pedagang kaya Visakha yang beristrikan Dhammadina, putri seorang pedagang kaya. Orang-orang lainnya lahir kembali sebagai para pengawal raja.
Setelah Sang Buddha Gotama muncul di dunia dan melewatkan tujuh minggu (setelah pencerahan spiritual), pada waktunya Beliau tiba di Benares. Di situ Sang Buddha mulai memutar Roda Dhamma dan mengajar12 pertama-tama pada Kelompok Lima Petapa, lalu tiga petapa berambut-kumal dengan seribu pengikutnya, dan kemudian pergi ke Rajagaha. [22] Di sana Sang Buddha membuat raja Bimbisara memperoleh buah-sotapatti ketika mengunjungi Beliau pada hari itu juga, bersama dengan sebelas kelompok13 perumah tangga brahmana yang merupakan penduduk Anga-Magadha.14 Sang Buddha menerima undangan raja untuk makan di hari berikutnya, dan keesokan harinya Beliau memasuki Rajagaha, beserta Sakka, Raja para Dewa, yang menjelma menjadi seorang pemuda brahmana. Sakka berjalan di depan sambil memuji Beliau dengan syair-syair yang bermula dengan :
‘Yang terjinakkan dengan yang terjinakkan; yang terbebas dengan yang terbebas; Yang Mulia, cemerlang bagaikan permata emas, memasuki Rajagaha bersama para petapa yang dulunya berambut-kumal.’15
Di kediaman raja, Sang Buddha menerima dana makanan yang melimpah. Pada saat itu, para peta berdiri di sekeliling rumah sambil berpikir, ‘Sekarang raja akan mempersembahkan dana ini untuk kami’. Tetapi ketika memberikan dana makanan itu, raja hanya memikirkan tentang tempat untuk vihara Sang Buddha. Raja sibuk bertanya-tanya di dalam hati, ‘Di mana seharusnya Sang Buddha berdiam?’, sehingga dia tidak mempersembahkan dana itu bagi siapapun. Karena tidak memperoleh dana dengan cara ini, harapan para peta menjadi sirna. Malam itu mereka menjerit-jerit dalam kesedihan yang amat mencekam dan mengerikan di sekitar tempat tinggal raja. Raja Bimbisara menjadi gelisah, amat takut dan gemetaran. Ketika fajar menyingsing dia memberitahu Sang Buddha, ‘Saya mendengar suara mengerikan (tadi malam)! Apa yang akan terjadi pada saya, Bhante?’ Sang Buddha menjawab, ‘Janganlah takut, raja agung. Tidak ada hal buruk yang akan menimpamu – engkau akan baik-baik saja. Yang terjadi adalah bahwa16 sanak saudaramu di masa lampau telah lahir kembali di antara para peta. Mereka telah berkelana selama satu masa jeda-Buddha dengan harapan17 bahwa engkau akan memberikan dana kepada seorang Buddha dan kemudian mempersembahkan dana itu bagi mereka. Tetapi ketika memberikan dana kemarin,18 engkau tidak mempersembahkannya bagi mereka. Maka mereka merasa putus asa dan meratap dengan kesedihan yang amat mengerikan.’ ‘Yang Mulia, apakah mereka akan dapat menerimanya jika (dana) diberikan sekarang?’ (tanya raja itu). ‘Ya, raja agung.’ ‘Kalau demikian, sudilah kiranya Yang Mulia menerima (undangan) saya untuk hari ini,19 dan saya akan mempersembahkan dana itu bagi mereka.’ Sang Buddha menyetujui dengan berdiam diri. Raja pun kembali ke tempat tinggalnya untuk menyiapkan makanan yang melimpah. Setelah siap, kemudian dia memberitahu Sang Buddha. [23] Sang Buddha pergi ke ruang makan istana20 bersama dengan komunitas para bhikkhu dan duduk di tempat yang telah disediakan. Para peta itu berpikir, ‘Hari ini kita akan memperoleh sesuatu.’ Mereka pergi dan berdiri di luar dinding dll. Dengan kesaktiannya Sang Buddha membuat para peta dapat terlihat oleh raja. Ketika memberikan dana air, raja mempersembahkannya sambil berkata, ‘Biarlah ini untuk sanak saudaraku!’ Pada saat itu juga kolam-kolam teratai bermunculan bagi para peta itu, penuh dengan teratai21 dan lili air berwarna biru.22 Para peta mandi dan minum di dalam kolam-kolam itu. Dan karena kesedihan, keletihan dan kehausan mereka hilang,23 warna mereka pun berubah menjadi keemasan. Raja memberikan bubur-beras, makanan keras serta lunak, dan mempersembahkan semuanya. Pada saat itu juga bubur-beras surgawi dan makanan-makanan24 keras serta lunak pun bermunculan. Ketika memakannya, kemampuan batin para peta menjadi segar.25 Raja kemudian memberikan pakaian dan tempat tinggal dan mempersembahkan semua itu. Maka pakaian dan istana-istana surgawi yang penuh dengan berbagai macam perabot dan tempat duduk dan kain penutupnya dll.26 muncul bagi para peta itu. Segala kemuliaan mereka ini ditampakkan bagi raja karena Sang Buddha telah menetapkan bahwa memang seharusnya demikian. Ketika raja melihat hal ini, dia merasa amat bersukacita. Setelah selesai makan secukupnya, Sang Buddha menceritakan pada raja Bimbisara Cerita Peta di Luar Dinding untuk menunjukkan penghargaan Beliau :
1. ‘Mereka berdiri di luar dinding dan di persimpangan serta pertigaan-jalan; mereka pergi ke rumah mereka sendiri dan berdiri di tiang-tiang pintu.
2. Walaupun makanan dan minuman yang melimpah – makanan yang keras dan lunak- disajikan, tak seorang pun mengingat makhluk-makhluk itu sebagai akibat dari perbuatan-perbuatan mereka.
3. Jadi mereka yang memiliki belas kasihan memberikan bagi sanak saudara mereka makanan serta minuman yang paling murni, yang pilihan, pada waktu yang tepat dan sesuai (sambil mengatakan), “Biarlah ini untuk sanak saudara kami! Semoga sanak saudara kami berbahagia!”
4. Dan sanak-saudara-peta yang telah berkumpul dan berkerumun di sana itu dengan penuh hormat akan menunjukkan penghargaan mereka untuk makanan dan minuman yang melimpah itu (sambil mengatakan),
5. “Umur panjang bagi sanak saudara kami. Karena lewat merekalah kami telah memperoleh (semua ini), karena penghormatan telah diberikan kepada kami, dan mereka yang memberi tidaklah mungkin tanpa buah!”
6. Karena tidak ada pengolahan di sana, tidak juga dikenal di sini27 kegiatan beternak; tidak juga ada hal-hal seperti perdagangan dan jual-beli emas – para peta, mereka yang telah meninggal,28 berada di sana ditopang oleh apa yang diberikan dari sini.29
7. Bagaikan air hujan dari dataran tinggi akan mengalir turun ke dataran rendah [24] demikian pula apa yang diberikan dari sini akan bermanfaat bagi para peta.
8. Bagaikan aliran-aliran air yang meluap akan memenuhi lautan, demikian pula apa yang diberikan dari sini akan bermanfaat bagi para peta.
9. “Dahulu dia memberi kepadaku, dahulu dia bekerja untukku, dahulu dia sanak saudara, sahabat dan teman bagiku” – (demikian) dengan mengingat apa yang dahulu mereka lakukan, orang seharusnya memberikan dana bagi para peta.
10. Tidak ada ratap-tangis, kesedihan dan kesusahan lain apapun yang dapat memberikan manfaat bagi para peta walaupun sanak saudara mereka tetap melakukan hal-hal itu.
11. Namun dana yang telah dilakukan dan dengan kokoh ditanamkan pada Sangha ini akan berbuah dengan segera, dan memberikan manfaat jangka panjang bagi mereka.
12. Nah, ini, tugas sanak saudara telah ditunjukkan dan penghormatan tertinggi telah diberikan kepada para peta; kekuatan telah diberikan kepada para bhikkhu dan tidak sia-sialah perbuatan berjasa yang dikejar olehmu.’
1 Di sini di luar dinding (tiro kuddesu): di sini sebelah luar dinding. Mereka berdiri (titthanti): ungkapan ini menekankan posisi berdiri mereka yang dibedakan dengan (postur-postur lain) seperti misalnya duduk dll.30 Artinya, mereka berdiri demikian di luar, di balik pagar yang mengelilingi rumah. Di persimpangan serta pertigaan-jalan: sandhisinghatakesu ca=sandhisu ca singhatakesu ca (ketetapan bentuk majemuk); tempat di mana empat jalan bertemu, pertemuan-rumah, pertemuan-dinding dan pertemuan-lampu31 yang disebut ‘persimpangan’, sedangkan pertigaan-jalan adalah tempat di mana tiga jalan bertemu.32 Berdiri di tiang-tiang pintu (dvarabahasu tithanti): berdiri bersandar pada tiang-tiang gerbang kota dan pintu rumah. Mereka pergi ke rumah mereka sendiri (agantvana sakam gharam): ‘rumah mereka sendiri’ bisa saja rumah sanak saudara dahulu atau rumah mereka sendiri di mana mereka berdiam sebagai pemilik. Karena menganggap dua tempat ini sebagai milik mereka sendiri, maka Sang Buddha mengatakan, ‘mereka pergi ke rumah mereka sendiri.’ Sang Buddha mengatakan syair (yang bermula dengan ? ‘Mereka berdiri di luar dinding’ untuk menunjukkan kepada raja, karena raja dapat melihat sendiri banyak makhluk peta yang amat buruk-rupa, cacat dan mengerikan, yang mengalami33 buah dari kedengkian dan keegoisan. Mereka berdiri di luar dinding dll. dan telah datang ke tempat tinggal raja Bimbisara karena telah menganggapnya sebagai rumah mereka sendiri, karena rumah itu milik seorang sanak saudara di masa lampau walaupun mereka sendiri tidak tinggal di sana di masa lampau.34 Beliau kemudian mengucapkan syair kedua (yang bermula dengan:) ‘Walaupun makanan dan minuman yang melimpah’ untuk menunjukkan jahatnya perbuatan yang telah mereka lakukan.
2 Di sini melimpah (pahute) : banyak, berlebihan, artinya, sebanyak yang dibutuhkan. [25] Boleh saja menggantikan suku kata pa dengan suku kata ba, [dengan demikian mengubah bahu menjadi pahu pada teks] seperti misalnya ‘Walaupun memiliki banyak, dia tidak menopang….’ (pahu santo na bharati).* Beberapa terbaca ‘melimpah’ (bahuke) tetapi ini merupakan bacaan yang ceroboh.35 Makanan dan minuman : annapanamhi=anne ca pane ca (ketetapan bentuk majemuk dalam bentuk tata bahasa alternatif). Makanan yang keras dan lunak: khajjabhojje=khajje ca bhojje ca (ketetapan bentuk majemuk); lewat (empat) hal ini, Sang Buddha menunjukkan empat jenis makanan: apa yang dimakan, diminum, dikunyah dan ditelan. Disajikan (upatthite): dimulai (upagamma) untuk diatur (thite), yang artinya diberikan, dipersiapkan. Tak seorangpun mengingat makhluk-makhluk itu (na tesam koci sarati sattanam): tak seorang pun, termasuk ibu, ayah, putra, cucu laki, yang mengingat makhluk-makhluk yang telah lahir kembali di alam peta itu. Mengapa demikian? Itulah akibat dari perbuatan-perbuatan mereka. Karena36 perbuatan mereka sendiri yang kikir, yang berdasarkan ketidak-mampuan memberi dan penyelewengan dana dll. – perbuatan mereka inilah37 yang membuat sanak saudara tidak mengingat mereka. Sang Buddha menunjukkan bahwa walaupun ada banyak makanan38 dan minuman dll., namun karena tindakan jahat mereka itu maka tidak sedikit pun terbersit di pikiran para sanak saudara untuk mengingat para peta yang menunggu dengan penuh harap untuk (memperoleh persembahan dari) sanak saudara mereka. Sesudah itu Sang Buddha mengucapkan syair ketiga (yang bermula dengan ? ‘(Maka mereka yang memiliki belas kasihan) memberikan bagi sanak saudara mereka.’ Beliau memuji dana yang diberikan39 atas nama sanak saudara yang telah lahir kembali di alam-peta.
* Sn 98.
3 Di sini jadi (evam) merupakan istilah perbandingan. Hal ini dapat ditafsirkan dengan dua cara: walaupun mereka tidak mengingat makhluk-makhluk itu sebagai buah perbuatan makhluk-makhluk itu, beberapa masih memberi untuk sanak saudara mereka, jadi mereka memiliki belas kasihan; dan mereka yang memiliki belas kasihan memberikan bagi sanak saudara makanan dan minuman yang paling murni, pilihan, tepat waktu dan cocok, seperti yang jadi diberikan dengan cara itu oleh engkau, wahai raja agung. Di sini memberi (dadanti): mempersembahkan, menyerahkan. Bagi sanak saudara mereka (ñatinam) : bagi mereka yang berhubungan dengan pihak keluarga ayah atau ibu. Yang (ye): putra yang manapun dll. Yang : honti =bhavanti (bentuk tata bahasa alternatif). Memiliki belas kasihan (anukampaka): menginginkan kesejahteraan mereka, yaitu orang-orang yang mencari kesejahteraan mereka. Yang paling murni (sucim): bersih, menarik, dan sesuai dengan Dhamma. Yang pilihan (panitam): yang terbaik. Pada waktu yang tepat (kalena) : pada waktu makan yang cocok40 bagi mereka yang pantas mendapatkan dana itu atau pada waktu sanak saudara mereka [26] telah datang dan berdiri di luar dinding. Sesuai (kappiyam): cocok, pantas, bernilai untuk dimakan para ariya. Makanan dan minuman : panabhojanam=panañ ca bhojanañ ca (keteetapan bentuk majemuk); lewat refrensi ini 41 Beliau di sini berbicara tentang semua persembahan jasa. Kemudian untuk menunjukkan cara memberikan persembahan-persembahan bagi para peta, Beliau mengatakan, ‘Biarlah ini untuk sanak saudara kami! Semoga sanak saudara kami berbahagia!’ Demikianlah penafsiran untuk separuh bagian pertama pada syair ketiga: ‘Jadi mereka yang memiliki belas kasihan memberikan bagi sanak saudara mereka, sambil mengatakan, “Biarlah ini untuk sanak saudara kami! Semoga sanak saudara kami berbahagia!” Dengan cara ini Sang Buddha memberikan petunjuk mengenai cara untuk memberikan42 dana itu. Di sini ini (idam) menunjukkan persembahan jasa. Vo (tidak diterjemahkan) hanyalah suatu partikel seperti dalam (bacaan misalnya) ‘Satu dari para ariya yang…’ (ye hi vo ariya).* Biarlah (ini) untuk sanak saudara kami! (ñatinam hotu): biarlah (ini) untuk sanak saudara kami yang telah terlahir di alam peta! Beberapa menuliskan sanak saudara kami : no ñatinam=amhakam ñatinam (bentuk tata bahasa alternatif).43 Semoga sanak saudara kami berbahagia! (sukhita hontu ñatayo) : semoga sanak saudara kami yang telah terlahir di alam peta itu berbahagia, mencapai kebahagiaan karena mengalami buah (pemberian) ini! Walaupun dikatakan, ‘Biarlah ini untuk sanak saudara kami!’, bukan berarti bahwa suatu perbuatan yang dilakukan seseorang akan memberikan buah bagi yang lain,44 melainkan bahwa apa-apa yang sedang diberikan atas nama mereka dengan cara ini akan menjadi kondisi bagi kerabat-peta45 itu (untuk melalukan perbuatan yang baik.46 Jadi, perbuatan baik inilah yang menghasilkan buahnya bagi mereka pada saat itu juga, sesuai dengan hal-hal itu. Untuk menunjukkan ini, Sang Buddha mengucapkan syair yang bermula dengan: ‘Dan (sanak saudara peta yang telah berkumpul dan berkerumun) di sana’.
* M i 17.
4 Di sini itu (te): sanak saudara peta itu. Di sana (tattha): di sana di mana dana diberikan. Yang telah berkumpul (samagantva) : yang telah berkumpul di sana untuk menunjukkan penghargaan mereka lewat pemikiran ‘Sanak saudara kami ini akan mempersembahkan dana demi kami.’ Untuk makanan dan minuman yang melimpah itu (pahute annapanamhi) : untuk makanan dan minuman yang melimpah itu,47 untuk dana yang hendak diberikan atas nama mereka. Dengan penuh hormat akan menunjukkan penghargaan mereka (sakkaccam anumodare) : karena memiliki keyakinan akan buah dari tindakan, tanpa meninggalkan rasa hormat mereka48 dan tanpa adanya kekacauan pikiran [27] mereka bersukacita, mereka menunjukkan penghargaan mereka dan menjadi penuh sukacita dan kebahagiaan karena berpikir, ‘Semoga dana ini bisa untuk kebahagiaan dan kesejahteraan kami49!’
5 Umur panjang! (ciram jivantu): semoga mereka berumur panjang, semoga mereka hidup lama! Bagi sanak saudara kami (no ñati): untuk sanak saudara kami. Lewat mereka (yesam hetu) : karena mereka, tergantung pada mereka. Kami telah memperoleh (labhamase) : kami telah memperoleh kemuliaan seperti ini. Hal ini menunjukkan cara bagaimana pujian terhadap sanak saudara mereka (ditunjukkan) oleh para peta yang mengalami kemuliaan lewat bakti mereka. Suatu dana dengan segera akan menghasilkan buahnya jika ada tiga faktor: berhasilnya pencapaian spiritual dari mereka yang pantas memperoleh dana, bakti dari si pemberi, dan penghargaan dari para peta. Dari hal-hal itu, si pemberi adalah sarana khusus; untuk inilah mereka mengatakan, ‘Lewat merekalah kami telah memperoleh (semua ini).’ Karena penghormatan telah diberikan kepada kami (amhakañ ca kata puja): karena penghormatan telah diberikan kepada kami oleh mereka yang memberi, yang mempersembahkan (dana-dana itu) demikian: ‘Biarlah ini untuk sanak saudara kami!’ Dan mereka yang memberi tidaklah mungkin tanpa buah (dayaka ca anipphala): karena perbuatan itu (yang dilandasi perbuatan memberi)50 menghasilkan buahnya51 di sana dan pada saat itu bagi mereka yang berniat melakukan perbuatan itu di hati. Di sini bisa dipertanyakan,52 ‘Bagaimanakah halnya, apakah hanya53 mereka yang terlahir di alam peta saja yang memperoleh kemuliaan ini lewat sarana sanak saudara mereka, atau apakah yang lain juga (memperolehnya)?’ Tak ada yang perlu kami katakan di sini karena hal ini telah dijelaskan sebagai berikut* oleh Sang Buddha sendiri:
* A v 269-271
“Yang Mulia Gotama, kami para brahmana memberikan dana dan melakukan ritual-ritual sraddha54 dengan mengatakan, ‘Semoga dana-dana ini bisa bermanfaat bagi para peta yang dahulu adalah sanak saudara dan saudara-sedarah kami! Semoga sanak-saudara-peta dan saudara-sedarah kami menikmati dana-dana ini!’ Yang Mulia Gotama, apakah dana itu memang benar-benar bermanfaat bagi para peta yang dahulunya adalah sanak saudara dan saudara-sedarah kami? Apakah sanak-saudara-peta dan saudara-sedarah itu benar-benar menikmati dana itu?”
“Jika mereka ada di tempat (yang sesuai), wahai brahmana, dana itu akan bermanfaat (bagi mereka); jika mereka tidak berada di tempat (yang) (sesuai), dana itu tidak akan bermanfaat.”
“Tetapi tempat apakah yang (sesuai) itu, Yang Mulia Gotama, dan tempat apakah yang tidak (sesuai) itu?”
“‘Di sini, wahai brahmana, seseorang menghancurkan makhluk hidup (mengambil apa yang tidak diberikan, berperilaku salah berkenaan dengan nafsu-nafsu indera, berbicara bohong,55 dan berbicara memfitnah, berucap kasar, berbicara yang tak ada gunanya, tamak, jahat pikirannya dan)56 berpandangan salah. Pada saat tubuhnya hancur setelah kematian, dia lahir kembali di neraka. Dia menopang dirinya sendiri di sana, dengan apapun yang merupakan makanan bagi makhluk-makhluk di neraka. Wahai brahmana, inilah tempat yang tidak (cocok) itu; dana-dana itu tidak akan bermanfaat bagi mereka yang berada di sana.
“Wahai brahmana, di sini, seseorang menghancurkan makhluk hidup … berpandangan salah. Pada saat tubuhnya hancur setelah kematian, [28] dia lahir kembali di rahim binatang. Dia menopang dirinya sendiri di sana, mempertahankan dirinya sendiri di sana, dengan apapun yang merupakan makanan bagi makhluk-makhluk di dalam rahim binatang. Wahai brahmana, inilah tempat yang tidak (cocok) itu; dana-dana itu tidak akan bermanfaat bagi mereka yang berada di sana.
“Wahai brahmana, di sini, seseorang mengendalikan diri agar tidak menghancurkan makhluk hidup (tidak mengambil apa yang tidak diberikan, tidak berperilaku salah berkenaan dengan nafsu-nafsu indera, tidak berbicara bohong, tidak berbicara memfitnah, tidak berucap kasar, tidak berbicara yang tak ada gunanya, tidak tamak, tidak jahat pikirannya, dan) berpandangan benar. Pada saat tubuhnya hancur setelah kematian, dia lahir kembali di antara manusia. Dia menopang dirinya sendiri di sana, dia mempertahankan dirinya di sana, dengan apapun yang merupakan makanan bagi manusia. Wahai brahmana, inilah tempat yang tidak (sesuai) itu; dana-dana itu tidak akan bermanfaat bagi orang yang berada di sana.
“Wahai brahmana, di sini, seseorang mengendalikan diri agar tidak menghancurkan makhluk hidup … berpandangan benar. Pada saat tubuhnya hancur (setelah kematian),57 dia lahir kembali di antara para dewa. Dia menopang dirinya sendiri di sana, dia mempertahankan dirinya di sana, dia menopang dirinya sendiri di sana, dengan apapun yang merupakan makanan bagi dewa. Wahai brahmana, inilah58 tempat yang tidak (sesuai) itu; dana-dana itu tidak akan bermanfaat bagi yang berada di sana.
“Wahai brahmana, di sini, seseorang menghancurkan makhluk hidup … berpandangan salah. Pada waktu tubuhnya hancur setelah kematian, dia lahir kembali di alam peta.59 Dia menopang dirinya sendiri di sana, dia mempertahankan dirinya sendiri di sana, dengan apapun yang merupakan bagi makhluk-makhluk alam peta. Atau dia menopang dirinya sendiri di sana, dia mempertahankan dirinya di sana, dengan apapun yang dipersembahkan dari sini oleh sahabat-sahabat, teman-teman, atau sanak saudara serta saudara-sedarahnya.60 Wahai para brahmana, inilah tempat yang (cocok) itu; dana-dana itu akan bermanfaat bagi mereka yang berada di sana.”
“Tetapi, Yang Mulia Gotama, jika peta yang dahulunya sanak saudara dan saudara-sedarah kami tidak lahir di tempat itu, siapakah yang akan menikmati dana-dana ini?”
“Peta-peta lain, wahai brahmana, yang dahulu adalah sanak saudaramu dan saudara-sedarahmu yang telah lahir di tempat itu – mereka akan menikmati dana-dana itu.”
“Tetapi, Yang Mulia Gotama, jika peta yang dahulu adalah sanak saudara dan saudara-sedarah itu tidak berada di tempat itu, dan peta-peta lain yang dahulu adalah sanak saudara dan saudara-sedarah juga tidak berada di tempat itu – siapakah yang akan menikmati dana-dana itu?”
“Hal ini61 tidaklah mungkin, wahai brahmana. Tidak mungkin terjadi bahwa dalam kurun waktu yang amat lama tempat itu kosong dari para peta yang dahulu adalah sanak saudara dan saudara-sedarahmu. Lagi pula, wahai brahmana, mereka yang memberi tidaklah mungkin tanpa buah.”62
Kemudian, untuk menunjukkan bahwa mereka yang telah muncul di alam peta ditopang oleh apa yang diberikan dari sini karena tidak ada (sumber) lain seperti misalnya pengolahan dan peternakan dan sebagainya yang dapat menyebabkan mereka memperoleh kemuliaan maka disebutkanlah (syair) yang bermula dengan : ‘Karena tidak (ada).’
6 Di sini karena tidak ada pengolahan di sana (na hi tattha kasi atthi): karena tidak ada kegiatan bercocok tanam di alam peta yang membuat para peta dapat hidup secara nyaman. Tidak juga dikenal di sini kegiatan beternak (gorakkh’ ettha na vijjati): di sini, di alam peta ini, bukan saja tidak ada pengolahan, tetapi juga tidak ada kegiatan beternak yang dikenal [29] yang menyebabkan para peta itu dapat hidup secara nyaman. Tidak juga ada hal-hal seperti perdagangan (vanijja tadisi n’atthi): tidak juga ada perdagangan yang mungkin dapat menyebabkan mereka memperoleh kemuliaan. Dan jual-beli emas (hiraññena kayakkayam): dan tidak ada kegiatan seperti misalnya menjual dan membeli emas yang bisa menyebabkan mereka memperoleh kemuliaan. Para peta, mereka yang telah meninggal, berada di sana ditopang oleh apa yang diberikan dari sini (ito dinnena yapenti peta kalagata tahim): mereka ditopang, mereka melanjutkan keberadaan mereka, sepenuhnya tergantung pada apa yang diberikan dari sini oleh sanak saudara atau sahabat-sahabat dan teman-teman mereka. Para peta (peta) : makhluk-makhluk yang telah lahir di alam peta. Mereka yang telah meninggal (kalagata): mereka yang telah meninggal karena tiba waktunya bagi kematian mereka. Pilihan lain adalah mereka yang telah mati (kalakata): mereka yang telah menghabiskan waktu (karma) mereka,63 mereka yang telah menjalani kematian, mereka yang telah mencapai kematian. Di sana (tahim) : di alam peta itu. Sang Buddha kemudian mengucapkan dua syair (yang bermula dengan:) ‘Bagaikan air hujan dari dataran tinggi’ untuk melukiskan lewat perumpamaan arti dari apa yang baru saja dikatakan.
7-8 Beginilah artinya : sebagaimana air yang dicurahkan oleh awan di dataran tinggi, di tanah atas, di tanah yang tinggi, akan mengalir turun ke dataran rendah, menuju tempat-tempat bercelah, menuju bagian tanah yang letaknya rendah, demikian juga dana-dana yang diberikan dari sini akan memberikan manfaat bagi para peta, akan terkumpul bagi mereka bersama munculnya buah dana-dana itu. Dunia peta -di mana dana akan memberikan manfaat- bagaikan tempat yang rendah ke mana air mengalir turun. Beliau mengatakan demikian, ‘Inilah,64 wahai para brahmana, tempat yang (cocok) itu; dana-dana itu akan bermanfaat bagi yang berada di sana.’ Dan sebagaimana aliran air, sungai-sungai besar -yang meluap dipenuhi air yang turun dari rongga dan celah gunung, dari selokan dan jurang, dari kolam dan danau besar- akan memenuhi lautan, demikian pula dana-dana yang diberikan dari sini akan memberikan manfaat bagi para peta dengan cara yang telah disebutkan sebelumnya. Para peta yang pergi ke rumah sanak saudara mereka amat berharap untuk bisa memperoleh sesuatu dari sana, namun mereka tidak bisa memohon, ‘Tolong berikan ini kepada kami!’ Karena itu Sang Buddha mengucapkan syair (yang bermula dengan ? ‘Dahulu dia memberi kepadaku’ untuk menunjukkan bahwa putra dari keluarga itu harus memberikan dana sambil mengingat kesempatan-kesempatan yang berkesan berkenaan dengan para peta.
9 Beginilah artinya : dia telah memberiku kekayaan dan butir-butir benih itu; dia sendiri telah bekerja untukku dan sepenuhnya dia telah melakukan apa yang harus dikerjakan; karena orang itu ada hubungan keluarga dengan ibuku atau ayahku maka dia adalah sanakku;65 [30] karena dia bisa memberikan perlindungan66 dalam hal kasih sayang maka dia adalah seorang sahabat; sedangkan karena orang itu adalah temanku ketika bermain membuat kue dari lumpur maka dia adalah temanku. Sambil mengingat semua inilah seseorang harus memberikan dana bagi para peta, seseorang harus menyerahkan dana itu (kepada mereka). Pilihan lain adalah suatu dana harus diberikan (dakkhina dajja): sambil mengingat, dengan mengingat,67 apa yang dahulu mereka lakukan dengan cara ini, dengan ini. ‘Dahulu dia memberi kepadaku dan sebagainya, suatu dana harus diberikan bagi para peta – inilah yang dikatakan. Ini adalah kasus akusatif (mengingat, anussaram) dengan lingkup instrumental (dengan mengingat, anussarata).67
10-11 Sang Buddha mengucapkan syair (yang bermula dengan:) ‘Tidak ada ratap tangis’ untuk menunjukkan bahwa walaupun para makhluk terus menerus meratap dan bersedih hati dan sebagainya68 pada saat kematian sanak saudara, semua itu tidak ada manfaatnya. Ratap tangis dan kesedihan dll. ini malahan sepenuhnya menyiksa-diri sendiri69 dan tidak akan memberikan manfaat apapun bagi para peta. Beliau kemudian mengucapkan suatu syair (yang bermula dengan:) ‘Namun (dana) ini’ untuk menunjukkan kegunaan dari dana yang diberikan oleh raja Magadha. Arti hal-hal ini sama dengan yang diberikan di atas.70
12 Sang Buddha kemudian mengucapkan syair penutup (yang bermula dengan:) ‘Nah, (ini), tugas sanak saudara’ dan memuji raja karena kemurnian sifat-sifat ini, yaitu : dengan raja memberi dana, dengan melakukan apa yang harus dilakukan oleh sanak saudara bagi yang lain,71 maka kewajiban bagi sanak saudara telah ditunjukkan, telah dimaklumkan72 kepada banyak orang. Beliau menunjukkan dan membuat mereka mengetahui bahwa mereka juga harus memenuhi tugas terhadap sanak saudara dengan cara yang sama. Dan dengan menyebabkan para peta dapat memiliki kemuliaan surgawi berarti penghormatan tertinggi telah diberikan kepada para peta. Dengan memberikan makanan dan minuman dll. secukupnya kepada komunitas para bhikkhu yang dipimpin Sang Buddha berarti kekuatan telah diberikan kepada para bhikkhu. Dan dengan memunculkan niat kedermawanan yang dibarengi dengan sifat belas kasihan dll. maka tidak sia-sialah perbuatan berjasa yang dikejar. Di sini tugas sanak saudara (ñatidhammo): melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh sanak saudara kepada yang lain. Tertinggi (ulara) : bermanfaat, besar. Kekuatan (balam) : kekuatan fisik. Dikejar (pasutam) : dikumpulkan. Sekarang, di sini, lewat (pernyataan) ‘Nah, ini, tugas sanak saudara telah ditunjukkan’, Sang Buddha mengajarkan73 kepada raja lewat pembicaraan mengenai Dhamma karena petunjuk74 tentang kewajiban sanak saudara di sini merupakan suatu instruksi.75 Lewat (pertanyaan) ‘Dan penghormatan tertinggi telah diberikan kepada para peta’ Sang Buddha membangkitkan semangat raja karena pujiannya sebagai ‘tertinggi’ di sini merupakan dorongan agar memberikan penghormatan berulang-ulang.76 Lewat (pernyataan) ‘Kekuatan telah diberikan kepada para bhikkhu,’ Sang Buddha memberikan semangat kepada raja karena memberikan kekuatan kepada para bhikkhu. Di sini hal ini berarti dorongan untuk meningkatkan usahanya dalam memberikan kekuatan dengan cara khusus itu.77 [31] Lewat (pernyataan) ‘Dan tidak sia-sialah perbuatan berjasa yang dikejar olehmu’ Sang Buddha membuat raja meremang karena sukacita. Pujian bagi upaya mengejar perbuatan-perbuatan berjasa di sini membuat bulu kuduk raja meremang karena sukacita78 ketika mendengar penjelasan Sang Buddha mengenai sifat-sifat mulianya.79 Beginilah hal ini harus ditafsirkan di sini, beginilah hal ini harus dipahami.
Pada akhir ajaran ini, muncullah pandangan terang ke dalam Dhamma pada delapan puluh empat ribu makhluk melalui usaha yang benar. Hati mereka tersentak karena penjelasan tentang keadaan yang menyedihkan80 mengenai kemunculan makhluk di alam peta. Juga pada hari(-hari) selanjutnya Sang Buddha membabarkan ajaran yang sama perihal Khotbah Di Luar Dinding ini kepada para dewa dan manusia selama tujuh hari sehingga muncul pula pandangan terang ke dalam Dhamma.
Catatan
Cerita ini juga ditemukan, dengan perbedaan-perbedaan kecil, pada KhpA 201-216, diterjemahkan dalam Bacaan Minor dan Ilustrator hal. 223-241
Terbaca ‘etam thapetva aññam …’ dengan Se Be untuk etam thapetva ‘aññam…’ pada teks.
Terbaca lekham dengan Be KhpA untuk likhapannam pada teks (Se likhitapannam); bandingkan dengan PED sv likha.
Terbaca danam pavattapesi dengan Be KhpA untuk Se danavatthum pesesi pada teks.
Terbaca pavarita dengan Be (KhpA pavarite) untuk Se saparivara te hi pada teks; upacara Pavarana menandai akhir dari berdiam di suatu tempat selama musim hujan.
Terbaca paccagamimsu dengan Se Be untuk agamimsu pada teks.
Kalpa yang sekarang ini dianggap menjanjikan keberuntungan dalam pengertian bahwa di kalpa ini akan terdapat tidak kurang dari lima Buddha, yaitu : Kakusandha, Konagamana, Kassapa, Gotama kita ini, dan Metteya yang merupakan Buddha yang akan datang; lihat untuk contohnya Dial ii 6 dst. tentang daftar para Buddha di mana Kakusandha telah didahului oleh tiga Buddha sebelumnya, yang dimulai dengan Vippasi sembilan puluh satu kalpa yang lalu. Daftar ini selanjutnya diperluas dalam teks-teks seperti Buddhavamsa dan Thupavamsa di mana Phussa dikatakan telah muncul pada kalpa sebelum kalpa munculnya Vippasi, atau, seperti yang dinyatakan di dalam teks kita, sembilan puluh dua kalpa yang lalu, dan bahwa Phussa sendiri didahului oleh tujuh belas Buddha sebelumnya.
Jeda-Buddha, tidak seperti kalpa, bukan merupakan periode khusus karena walaupun kalpa yang menjanjikan keberuntungan ini akan melihat lima Buddha, namun ada rentang waktu selama enam puluh kalpa penuh di antara Buddha Vippasi dan penerusnya Sikhi.
Terbaca brahmanakule dengan Se Be KhpA untuk -kulesu pada teks.
Jatila; lihat Vin i 24 untuk penjelasan rinci tentang ketiganya ini.
Ditandai dengan Malalasekera sebagai bukit yang agak ke arah barat daya Gaya yang sekarang dikenal sebagai Brahmayoni dan merupakan tempat yang penting untuk ziarah umat Hindu (DPPN i 753). Ada satu mata air (yoni) di dekat puncak yang dianggap berhubungan dengan pemandian air hangat Brahmakund di Rajgir (Rajagaha) yang tidak jauh dari situ. Kelihatannya mungkin sekali Brahmakund yang sekarang ini terletak di tempat yang sama di mana taman Tapoda pernah ada – bandingkan KS i 14 n. 5 dan DPPN i 992.
vinetva
nahuta
Anga dan Magadha dulunya merupakan dua negera terpisah yang tampaknya menjadi satu pada saat teks ini ditulis.
Syair-syair ini dapat ditemukan secara utuh di Vin i 38.
Terbaca api ca kho dengan Se Be KhpA untuk atha kho pada teks.
Terbaca paccasimsanta dengan Se Be untuk paccasimsanta pada teks.
hiyo, tidak terdaftar dalam PED.
Terbaca ajjatanaya dengan Se Be KhpA untuk svatanaya pada teks, hari berikutnya.
Lihat A v 81-82 untuk sepuluh resiko yang ditanggung oleh bhikkhu yang pergi ke sana untuk mengumpulkan dana makanan.
kalama, Nelumbrium.
kuvalaya
Terbaca patippassaddhadaratha- dengan Se Be untuk patippassaddha daratha- pada teks.
Terbaca -bhojjani dengan Se Be untuk -bhajjani pada teks.
Terbaca pinitindriya dengan Se KhpA untuk pi nindiya pada teks (Be pinindriya); bandingkan dengan PED sv nindiya.
Terbaca dibbavatthapasadapaccattharanaseyyadi-alankaravidhayo dengan Se Be untuk diccavattha dibbapasada seyyapaccattharanalankaravidhayo pada teks.
Terbaca ettha dengan Se Be dan komentar di bawah untuk etta pada teks.
Terbaca kalagata dengan Be KhpA untuk Se kalakata pada teks; bandingkan dengan komentar di bawah.
Terbaca 7 a b seperti 6 e f pada teks seperti yang dibutuhkan oleh komentar di bawah.
Pada A ii 244 postur para peta dikatakan terbaring mendatar pada punggung mereka.
Terbaca gharasandhibhittisandhi-alokasandhiyo dengan Se Be KhpA untuk gharansandhi bhittisandhi alokasandhiyo pada teks; yang dimaksud ‘persimpangan-rumah’ adalah celah-celah dan sudut di rumah, yang dimaksud dengan ‘persimpangan-dinding’ adalah pertemuan atau lubang di dinding, sedangkan yang dimaksud ‘persimpangan-lampu’ adalah celah untuk melihat keluar.
Terbaca singhataka ti tikonaraccha dengan Be KhpA (Se singhatakan ti) untuk singhatake ti konaraccha pada teks.
Lihat diskusi pada Minor Readings and Illustrator hal.228 n.4
Terbaca anajjhavutthapubbam dengan Se Be KhpA untuk anajjhavutthe pubbam pada teks.
Sebaliknya, KhpA 207 menyatakan bahwa pahute (bacaan teks kami) adalah bacaan yang ceroboh untuk pahute walaupun Se Be teks kami sepakat di sini.
Terbaca karanabhavato dengan Se Be untuk karanabhavato pada teks.
Terbaca tam hi dengan Se Be KhpA untuk tahim pada teks.
Terbaca anappake pi dengan Se Be untuk anappakeci pada teks.
Se Be menambahkan rañña, oleh raja, di sini.
Terbaca paribhogayoggakalena dengan Se Be untuk -yogya- pada teks.
Terbaca tadupadesena dengan Be untuk tadupadesena pada teks (Se tadapadesen’)
Terbaca databbakaranidassanam dengan Se Be KhpA untuk – karadassanan pada teks.
Yaitu dengan no, milik kami, sebagai ganti sekadar partikel vo.
Terbaca na aññassa phaladam hoti dengan Se Be untuk aññassa phalam dinnam hoti pada teks.
Terbaca tam vatthu ñatipetanam dengan Se Be untuk vuttapetanam pada teks.
Cukup aneh bahwa kecuali petunjuk pada PvA 69 di bawah bahwa beberapa peta mungkin mampu membuat sejumlah kecil jasa namun hal ini tidak disebutkan di tempat lain di seluruh kitab komentar ini tentang apa yang kelihatannya merupakan pokok doktrin yang sangat penting. Orang lebih sering dibuat percaya bahwa para peta -seperti juga semua peta di dalam tiga gati yang lebih rendah- tidak mampu berbuat jasa dan tidak mampu memperoleh kesejahteraan-Brahma. Mungkin Dhammapala di sini mengambil ide dari KhpA.
Se Be menghilangkannya
Terbaca avijahanta dengan Se Be KhapA untuk vijjamana padda teks.
Terbaca no dengan Se Be KhpA untuk vo pada teks.
Se Be KhpA menambahkan pariccagamayam di sini.
Terbaca phaladanato dengan Se Be KhpA untuk phaladanato pada teks.
Terbaca etth’aha dengan Be KhpA untuk ettha hi pada teks; Se terbaca tattha hi.
Terbaca eva dengan Se Be KhpA untuk evam pada teks.
saddhani – demikian A v 269, KhpA dan vl pada teks kami, sedangkan teks, Se Be semuanya menggantikan puññani yang tidak begitu disenangi karena konteks ritual yang bersifat Brahmanik.
Dihilangkan, mungkin karena kesalahan, di GS v 181.
Demikian A v 269; teks Se Be KhpA semuanya menyingkat baik di sini maupun di bawah.
Demikian A v 270; teks menyingkatnya dan harus diubah agar terbaca dengan Se Be KhpA manussanam sahavyatam uppajjati – pe- devanam sahavyatam uppajjati.
Terbaca idam pi kho dengan Se Be KhpA untuk idam kho pada teks.
pettivisayam; demikian juga A v 270 Se Be. KhpA terbaca pittivisayam sebagaimana vll pada teks kami dan A c 270. Lihat berikut.
Jelas dari sebagian besar cerita-cerita ini bahwa makanan makhluk alam peta adalah zat yang memuakkan seperti misalnya tahi dan air kencing, nanah dan darah, atau, mungkin mereka malahan lebih sering kekurangan makanan sama sekali. Lagi pula, ketika dana-dana ditentukan untuk peta ini atau peta itu kita dapati bahwa yang terjadi bukanlah mereka -sebagai peta- tertopang oleh persembahan-persembahan semacam itu. Yang terjadi adalah, lewat persembahan-persembahan seperti itu, mereka berubah menjadi yakkha atau devata yang memiliki vimana. Sebaliknya ini dapat menjelaskan berbagai bacaan dari catatan sebelumnya karena peta ditopang oleh persembahan dari sanak saudara dll. yang kira-kira lebih dekat dengan pitr Brahmanik (atau preta perantara) dan bukannya peta Buddhis (yang menderita). Di dalam bacaan Anguttara ini, ‘peta’ bisa berarti tidak lebih dari sekedar ‘yang telah meninggal’.
Terbaca etam dengan Se Be KhpA untuk tam pada teks.
Di sini berakhirlah kutipan Anguttara.
Terbaca Peta ti pettivisayupapanna satta. Kalagata ti attano maranakalena gata. Kalakata ti va patho, katakala …dengan Be KhpA untuk peta pettivisayuppanna kalakata attano maranakalena gata pada teks. Kalagata ti va patho. Katakala … Se menyerupai teks kami tetapi dengan tanda baca yang superior.
Terbaca idam kho dengan A v 270 Be KhpA untuk Se idam pada teks.
Terbaca ñati sinehavasena dengan Se Be untuk ñati sinehavasena pada teks.
Terbaca tanasamatthataya dengan Se Be KhpA untuk tthana pada teks.
Terbaca anussarata dengan Se Be KhpA untuk anussarana pada teks.
Terbaca runnasokadipara dengan Se Be KhpA untuk runnasokadivara pada teks.
Terbaca attaparitapanamattam dengan Se Be untuk attaparitapanam pada teks.
PvA 18-19
Terbaca ñatinam ñatihi dengan Se Be KhpA untuk ñatihi pada teks; lihat juga komentar di bawah.
Terbaca pakato kato dengan Be untuk pakato pada teks.
sandassesi; tidak terdaftar oleh PED. Ini dan ketiga kata kerja berikutnya -disemangati, didorong, membuat dia meremang karena sukacita- ditemukan di tempat lain dalam bacaan-bacaan yang mirip, yang melukiskan proses yang membimbing seseorang menuju pandangan terang; lihat misalnya D ii 42 dan bandingkan M ii 48, D i 126 dll. S v 162, kemampuan itu dikaitkan dengan Sariputta.
Terbaca ñatidhammadassanam dengan Be untuk Se ñatidhammasandassanam pada teks; KhpA terbaca -nidassanam, menunjukkan, yang sesuai dengan syairnya sehingga lebih disukai.
Terbaca h’ettha sandassanam dengan Be KhpA untuk Se hetusandassanam pada teks.
Terbaca punappuna pujakarane samadapanam dengan Se Be KhpA untuk punappunapujakaranasamadapanam pada teks.
Terbaca evam vidhanam balanuppadane dengan Se Be untuk eva ‘va vidhanatthabalanuppadane ti pada teks.
Terbaca sampahamsanam dengan Be untuk sampahamsam pada teks.
Terbaca -samvannanabhavena dengan Se Be KhpA untuk -samvannanataya pada teks.
Terbaca pettivisayupapatti-adinavasamvannanena dengan Be KhpA (Se) untuk pettivisayuppattiya adinam ‘va samvannanena pada teks.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com