PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA BERKEPALA GUNDUL
Khallāṭiyapetivatthu (Pv 10)
‘Siapakah engkau (yang tetap berada) di dalam istanamu?’ Demikian dikatakan ketika Sang Guru sedang berdiam di Savatthi, berkenaan dengan peti yang berkepala gundul.1
Dikatakan bahwa dahulu kala di Benares ada seorang pelacur yang amat cantik dan menarik dipandang mata. Dia amat elok dan beruntung memiliki kulit yang amat indah dan rambut ikal yang amat menawan. Rambutnya hitam dan panjang, lembut, halus, licin, dan ujungnya bergelombang. Bila dilepas dari gulungannya, rambutnya terurai sampai ke pinggang. Bila memandang rambutnya yang indah, hampir semua laki-laki yang ada di sana jatuh cinta kepada pelacur itu. Tak tahan melihat rambut yang indah itu, beberapa wanita yang dikuasai rasa dengki rasa dengki mengadakan pertemuan bersama2 dan kemudian menyuap pembantunya agar memberikan ramuan yang menyebabkan rambut wanita itu rontok. Dikatakan bahwa pembantunya menyiapkan ramuan itu di dalam serbuk mandinya yang kemudian diberikan pada waktu dia sedang mandi di sungai Gangga. Dia membasahi rambutnya sampai ke akar-akarnya dan kemudian membilasnya ke dalam air, [47] Tak lama setelah dia membilas rambutnya, rambut itu rontok di akarnya sehingga kepalanya mirip labu pahit.3 Maka, karena kepalanya gundul tanpa rambut sama sekali dan dia kelihatan amat tidak menarik bagaikan burung dara yang kepalanya dicabuti bulunya,4 dia merasa terlalu malu untuk masuk kota. Lalu dia menutupi kepalanya dengan sehelai kain dan pindah untuk berdiam di suatu tempat di luar kota. Setelah selang waktu beberapa hari, rasa malunya meninggalkan dia5 dan dia memeras biji wijen serta mencari nafkah dengan berdagang minyak dan minuman keras. Suatu ketika, ketika dua atau tiga pemabuk tertidur lelap, dia mencuri pakaian mereka yang sedang tergantung. Pada suatu hari dia melihat seorang Thera yang telah menghancurkan asava-asavanya berkeliling untuk mengumpulkan dana makanan. Dengan bakti di dalam hati, dia mengajak Thera itu ke rumahnya, mempersilakan bhikkhu itu duduk di tempat yang ditunjukkan dan kemudian memberinya kue-minyak yang terbuat dari biji wijen yang ditumbuk6 dan dicelup di dalam minyak. Thera tersebut, karena merasa kasihan padanya, menerima dan makan kue itu. Sementara itu, wanita itu berdiri dengan penuh rasa bakti sambil memegangi penghalang sinar matahari di atas bhikkhu itu. Sang Thera menunjukkan penghargaan yang menggembirakan7 hati wanita itu dan kemudian pergi. Ketika Thera itu menunjukkan penghargaannya, pada saat yang bersamaan wanita itu juga mengucapkan suatu harapan, ‘Semoga rambutku menjadi panjang, lembut, licin, halus dan bergelombang di ujungnya!’ Pada waktunya kemudian dia meninggal dan sebagai akibat dari perbuatan-perbuatannya yang baik dan buruk, dia lahir kembali sendirian di sebuah istana keemasan di tengah laut. Rambutnya persis seperti yang dia inginkan,8 tetapi dia telanjang karena telah mencuri pakaian-pakaian para pria. Berkali-kali dia muncul di istana keemasan itu dalam keadaan telanjang, dan melewatkan satu masa jeda-Buddha di sana. Kemudian ketika Sang Buddha Gotama muncul di dunia dan telah memutar Roda Dhamma yang Agung dan akhirnya tinggal di Savatthi, sebanyak seratus9 pedagang, penghuni Savatthi, pergi dengan kapal mengarungi lautan10 yang luas menuju ke Suvannabhumi.11 Kapal yang mereka tumpangi terombang-ambing karena dihempas angin yang keras dan hanyut ke sana kemari, sampai akhirnya tiba di tempat itu. Maka vimanapeti itu mengungkapkan diri dan istananya kepada mereka. Ketika ada pedagang senior yang melihat vimanapeti itu, dia mengucapkan syair ini untuk bertanya:
1. [48] ‘Siapakah kamu yang tetap berada di dalam istanamu, dan tidak keluar? Keluarlah, wahai sahabat, biarlah kami melihat kamu berdiri di luar.’12
1 Di sini siapakah kamu yang tetap tinggal di dalam istanamu? (ka nu anto vimanasmim titthanti): dia bertanya, ‘Siapakah kamu yang tetap berada di dalam istanamu? Apakah kamu manusia wanita atau bukan manusia?’ Tidak keluar (na upanikkhami): tidak meninggalkan istanamu. Keluarlah, wahai sahabat, biarlah kami melihat kamu berdiri di luar (upanikkhamassu bhadde tvam passama tam bahitthitam):12 wahai sahabat, biarlah kami melihatmu, kami ingin melihatmu berdiri di luar,12 kami mohon tinggalkanlah istanamu. Bacaan alternatifnya adalah ‘Salam bagimu! Keluarlah ! (upanikkhamassu bhaddan te), artinya, berkah ada bersamamu.
Peti itu kemudian mengucapkan syair yang menjelaskan mengapa dia tidak mampu keluar :
2. ‘Karena telanjang, aku (terlalu) sedih dan malu13 untuk keluar; aku tertutup (hanya) oleh rambutku – hanya sedikit perbuatan-perbuatan baik yang telah kulakukan.’
2 Di sini aku (terlalu) sedih (attiyami): karena telanjang, aku (terlalu) sedih dan sengsara untuk keluar. Malu (harayami) : malu. Aku tertutup (hanya) oleh rambutku (keseh’ amhi paticchanna): aku tertutup, tubuhku tersembunyi (hanya) oleh rambutku. Hanya sedikit perbuatan-perbuatan baik yang telah kulakukan (puññam me appakam katam): hanya sedikit, sepele, tidak banyak perbuatan-perbuatan baik yang telah kulakukan, pemberianku hanyalah (kue yang terbuat dari) biji14 wijen yang ditumbuk-demikianlah artinya.
Kemudian pedagang itu, karena ingin memberikan bajunya, mengucapkan syair ini:
3. ‘Kemarilah, aku akan memberi15 kamu bajuku- pakailah baju ini. Setelah kamu memakai baju ini, lalu keluarlah wahai gadis cantik. Keluarlah, sayang, biarlah kami melihat kamu berdiri di luar.’16
3 [49] Di sini kemarilah (handa) : ambillah ini. Baju (uttariyam): baju luar, pakaian paling luar yang berarti mantel luar. Aku akan memberi kamu : dadami te=tuyham dadami17 (bentuk tata bahasa alternatif). Pakailah baju ini (imam dussam nivasaya) : pakailah baju luar18 ku ini. Gadis cantik (sobhane) : gadisku yang cantik.
Sambil berkata demikian, dia mempersembahkan kepada peti itu baju luarnya. Peti itu mengucapkan dua syair ini untuk menunjukkan bahwa apa yang diberikan dengan cara seperti itu tidak akan memberi dia manfaat, serta menunjukkan cara agar barang-barang yang diberikan dapat memberikan manfaat baginya :
4. ‘Apa yang diberikan oleh tanganmu ke dalam tanganku tidak ada manfaatnya bagiku. Tetapi umat awam di sini ini memiliki keyakinan dan merupakan seorang savaka dari Buddha yang Sempurna;
5. Setelah memberikan pakaian kepada beliau, tujukanlah dana itu bagiku. Maka aku akan berbahagia dan dapat memperoleh apapun yang kuinginkan.’
4 Di sini apa yang diberikan oleh tanganmu ke dalam tanganku tidak akan bermanfaat bagiku (hatthena hatthe te dinnam na mayham upakappati): apa yang diberikan olehmu, tuan yang baik, oleh tanganmu ke dalam tanganku tidak ada manfaatnya bagiku, tidak akan menguntungkan bagiku, artinya tidak cocok untuk kegunaan19-ku. Tetapi umat awam di sini ini memiliki keyakinan (es’ etth’ upasako saddho) : tetapi di antara kelompok orang di sini ini ada umat awam yang telah pergi berlindung kepada Tiga Permata. Dia memiliki keyakinan karena dia yakin pada buah-buah perbuatan.
5 Setelah memberikan pakaian kepada beliau, tujukanlah dana itu bagiku (etam acchadayitvana mama dakkhinam adisa): berikanlah kepada umat awam ini baju yang tadi kamu berikan padaku, dan tujukanlah dana itu padaku, berikanlah (atas namaku) sesuatu yang ditentukan. Maka aku akan berbahagia (tadaham sukhita hessam) : ketika hal itu dilakukan, aku akan mencapai kebahagiaan dan akan berpakaian surgawi.
Mendengar hal ini, para pedagang kemudian memandikan dan meminyaki umat awam itu dan kemudian memberinya sepasang baju luar. Mereka yang mengulang teks itu kemudian mengucapkan tiga syair ini untuk menjelaskan perihal ini :
6. ‘Para pedagang itu memandikan dan meminyaki dia serta memberinya pakaian-pakaian itu dan menujukan dana itu kepada peti tersebut.
7. [50] Segera setelah mereka mempersembahkan20 ini, hasilnya pun menjelma – makanan, pakaian dan minuman yang merupakan buah dari dana ini.
8. Maka peti itu menjadi murni, terbungkus pakaian yang bersih dan segar, mengenakan pakaian yang lebih halus daripada pakaian Kasi dan meninggalkan istananya sambil tersenyum (untuk menunjukkan), “Inilah buah dari danamu”.’
6 Di sini dia (tam): umat awam itu; kata ca (tidak diterjemahkan) hanyalah partikel saja. Itu (te) harus dihubungkan dengan ‘pedagang’. Meminyaki (vilimpitvana) : meminyaki dengan bau-bauan lembut. Memberinya pakaian-pakaian itu (vattheh’ acchadayitvana): setelah memberinya makanan kare yang dilengkapi dengan penampilan yang indah, bau serta cita-rasa yang enak, mereka memberinya dua pakaian – pakaian dalam dan pakaian luar – yang artinya mereka memberinya dua (potong) pakaian. Menujukan dana itu kepada peti tersebut (tassa dakkhinam adisum) : memberikan dana demi peti itu.
7 Segera setelah mereka mempersembahkan ini (samanantaranuddhitthe): anu (tidak diterjemahkan) hanyalah sekedar partikel; begitu mereka mempersembahkan dana itu kepadanya. Hasilnya pun menjelma (vipako upapajjatha): hasil untuk peti tersebut, yaitu, buah dari dana ini, menjadi ada. Hasil macam apa? Peti itu berkata :21 makanan, pakaian dan minuman (bhojanacchadanapaniyam) : berbagai makanan yang mirip dengan makanan-makanan surgawi,12 berbagai pakaian berwarna yang memancarkan berbagai warna yang mirip dengan pakain-pakaian surgawi serta berbagai jenis minuman yang tak terhitung banyaknya – itulah buah dari dana tersebut yang menjelma-demikianlah hal ini harus ditafsirkan.
8 Maka (tato) : setelah menerima makanan yang telah disebutkan23 dll. Dia menjadi murni (suddha) : tubuhnya menjadi bersih karena mandi. Terbungkus pakaian yang bersih dan segar (sucivasana): mengenakan pakaian-pakaian yang bersih dan cerah. Mengenakan pakaian yang lebih halus daripada pakaian Kasi (kasikuttamadharini) : memakai pakaian yang lebih halus daripada pakaian yang terbuat dari kain Kasi. Sambil tersenyum (hasanti) : dia meninggalkan istananya sambil tersenyum untuk menunjukkan, ‘Lihatlah, wahai sahabat, buah danamu yang luar biasa.’
Ketika para pedagang itu melihat sendiri buah dari perbuatan baik mereka, hati mereka amat takjub dan heran, dan mereka dipenuhi dengan rasa hormat dan penghargaan kepada umat awam itu. Mereka pun memberikan penghormatan kepadanya dengan anjali. Umat awam itu membuat bakti mereka lebih dalam lagi lewat pembicaraan mengenai Dhamma dan memantapkan mereka ke dalam Peraturan dan Perlindungan.24 Kemudian mereka bertanya kepada vimanapeti tentang perbuatan yang telah dilakukannya lewat syair ini:
9. [51] ‘Istanamu yang dicat indah, yang berkilau tampak bersinar;25 Oh devata, kami mohon beritahukanlah kepada kami perbuatan apakah yang membuahkan ini.’
9 Di sini dicat indah (sucittarupam): indah dihiasi dengan lukisan-lukisan berupa dua gajah, kuda, pria, wanita, dll.26 dan juga rangkaian bunga dan tanaman rambat. Berkilau (ruciram) : menyenangkan dan indah dipandang. Perbuatan apakah yang membuahkan ini (kissa kammass’idam phalam): perbuatan seperti apa, maksudnya, apakah itu merupakan buah dari perbuatan yang didasarkan pada memberi atau dari perbuatan yang didasarkan pada perilaku luhur?
Ketika ditanya demikian, peti tersebut mengatakan tiga syair ini yang memberitahu mereka bahwa (istana) itu merupakan buah dari perbuatan baik sepele yang telah dilakukan, dan bahwa di masa depan, akan ada (buah) perbuatan tidak baik sebagaimana terdapat di neraka:27
10. ‘Kepada seorang bhikkhu pengembara yang lurus, aku, dengan hati yang tulus, telah memberikan kue minyak.28
11. Sebagai akibat dari perbuatan yang baik itu, untuk waktu yang lama aku bersenang-senang di dalam istana ini, tetapi sekarang hanya tinggal sedikit.
12. Setelah empat bulan kematianku akan tiba dan aku akan jatuh ke dalam neraka yang amat kejam dan mengerikan:
13. Bersudut empat dan dengan empat pintu, neraka terbagi menjadi bagian-bagian yang sama, dikelilingi oleh dinding besi dengan atap besi di atasnya;
14. Lantainya yang menyala terbuat dari besi yang membara – ke sekeliling sejauh seratus yojana lantai itu terbentang, selamanya berdiri.29
15. Di sana untuk waktu yang lama aku akan mengalami perasaan-perasaan yang menyakitkan sebagai buah dari perbuatan-perbuatan jahatku – karena alasan inilah aku merasa amat sedih.’30
10 Di sini kepada seorang bhikkhu yang mengembara (bhikkhuno caramanassa): kepada seorang bhikkhu yang telah memotong kekotoran-kekotoran batin31 dan yang berkelana mengumpulkan dana makanan. Kue minyak (doninimmajjanam): biji wijen yang ditumbuk sehingga mengeluarkan minyak.32 Lurus (ujubhutassa) : yang telah mencapai kelurusan karena tanpa kekotoran batin yang menghasilkan penyelewengan, kebohongan dan ketidakjujuran pikiran. [52] Dengan hati yang tulus (vippasannena cetasa): dengan bakti sejati di dalam hati karena keyakinan33 akan buah dari perbuatan-perbuatan.
11 Untuk waktu yang lama (digham antaram): kata-kata digham dan antaram terdengar harmonis dengan suku kata ma,34 yang artinya untuk waktu yang lama. Tetapi sekarang hanya tinggal sedikit (tañ ca dani parittakam): tetapi sekarang hanya tinggal sedikit, tetapi sekarang hanya sedikit yang tersisa dari tindakan tersebut – buah dari tindakan berjasa itu sudah matang dan telah sampai saatnya,35 yang artinya, aku akan jatuh dari sini tidak lama kemudian. Karena itulah dia mengatakan:
12. Setelah empat bulan kematianku akan tiba (uddañ catuhi masehi kalakiriya bhavissati): dia menunjukkan bahwa setelah empat bulan, empat bulan kemudian, di bulan kelima (dari sekarang) akan tiba saat kematiannya. Yang luar biasa kejam (ekantam katukam): amat sangat tidak diinginkan, artinya, amat sangat menyakitkan karena masuk ke enam bidang (indera).36 Mengerikan (ghoram): kejam. Neraka (nirayam): neraka disebut nir-ayam karena tidak ada apa-apa di sini (nir-, awalan negatif) yang dibuat untuk kemudahan (ayam), untuk kenyamanan. Aku akan jatuh: papatiss aham=papatissami aham (ketetapan bentuk majemuk).37 Dan karena ‘neraka’ di sini harus diapahami sebagai Neraka Avici yang Besar, dia mengatakan syair-syair yang bermula, ‘Bersudut empat’ yang menunjukkan bahwa itu mempunyai bentuk yang sama (seperti Avici).
13. Di sini bersudut empat (catukkannam): dengan empat sudut. Dengan empat pintu (catudvaram): dilengkapi dengan empat gerbang (dengan satu gerbang) di (masing-masing) empat arah. Terbagi (vibhattam): dibagi secara teratur. Menjadi bagian-bagian: bhagaso=bhagato (bentuk tata bahasa alternatif). Sama (mitam): sesuai. Dikelilingi oleh dinding besi (ayopakarapariyantam): dikelilingi oleh dinding yang terbuat dari besi. Dengan atap besi di atasnya (ayasa patikujjitam): ditutupi di atasnya oleh langit-langit dari besi.
14. Menyala (tejasayuta):38 kobaran-kobaran api terus-menerus menyatu menjadi nyala api yang besar, yang naik ke sekelilingnya. Ke sekeliling seratus yojana (samanta yojanasatam): sementara39 di sekeliling dan di luar demikianlah halnya, jadi di semua arah seratus yojana, dalam yojana ada seratus. Selamanya (sabbada):40 sepanjang waktu. Lantai itu terbentang (pharitva): lantai itu terhampar luas.
15 Di sana (tattha): di Neraka Besar itu. Saya akan mengalami: vedissam=vedissami (bentuk tata bahasa alternatif); aku akan menjalani. Sebagai buah dari perbuatan-perbuatan jahatku (phalañ ca papakammassa): artinya, pengalaman menjadi (perasaan-perasaan) menyakitkan seperti ini akan merupakan buah dari tindakan-tindakan jahat yang dilakukan olehku sendiri.41
Setelah peti itu menjelaskan tentang buah dari perbuatannya serta kehidupannya di masa mendatang di neraka [53], hati umat awam itu tergugah dengan welas asih, dan karena berpikir bahwa dia mungkin dapat menjadi (sarana) penopang bagi peti itu, dia berkata, ‘Hanya dengan satu pemberian saja kepadaku, O devata, engkau akan dapat memiliki secara melimpah segala yang engkau inginkan dan bersatu dengan kemuliaan yang agung ini. Jika sekarang engkau memberikan hadiah kepada umat-umat awam ini dan mengingat kembali keluhuran-keluhuran Sang Guru, engkau akan terbebas dari keharusan muncul di neraka.’ Peti itu amat gembira dan mengatakan, ‘Baiklah’, dan membuat mereka kenyang dengan makanan dan minuman surgawi serta memberi mereka pakaian-pakaian surgawi dan berbagai jenis permata. Kemudian peti itu menyerahkan jubah surgawi khusus untuk Sang Buddha dan menyampaikan penghormatan ini. ‘Jika kalian sampai di Savatthi, tolong sampaikan hormatku kepada Sang Guru dengan pesan ini dariku: ‘Bhante, satu makhluk vimanapeti menghormat Yang Mulia dengan kepalanya di kaki Yang Mulia.’ Lalu peti itu membawa kapal mereka ke pelabuhan yang mereka inginkan pada hari itu juga lewat kekuatan supranormal dan kehebatannya. Dari pelabuhan itu akhirnya para pedagang sampai ke Savatthi dan masuk ke hutan Jeta. Mereka memberikan kepada Sang Buddha sepasang jubah itu dan setelah mereka menyampaikan pesan dari peti itu mereka mengajukan seluruh persoalan itu dari awalnya. Sang Buddha menganggap persoalan itu sebagai munculnya kebutuhan dan mengajarkan Dhamma secara rinci kepada kelompok yang berkumpul di sana. Ajaran itu bermanfaat bagi orang-orang yang berkumpul di sana. Pada hari berikutnya para umat awam itu memberikan dana makanan melimpah kepada Sangha bhikkhu dengan Sang Buddha sebagai pimpinannya dan kemudian menujukan dana ini kepada peti itu. Ketika peti itu jatuh dari alam peta, dia lahir spontan di istana keemasan di alam Tiga Puluh Tiga Dewa, dilengkapi dengan berbagai permata dan dengan seribu bidadari sebagai pengiring.
Catatan
Demikian Se Be untuk Khalatiya- pada teks.
Terbaca sammantetva dengan Se untuk samantetva pada teks. Be terbaca mantetva.
Terbaca tittakalabu dengan Be (Se -lapu) untuk tintakalabu pada teks; bandingkan PED sv tintaka.
Terbaca luñcitamatthaka dengan Se Be untuk luñcitapamatta pada teks; bandingkan juga PED sv pamatta di mana disarankan luñcitapakkhika, yang diikuti Gehman.
Be menambahkan tato nivattetva, dia kembali dari sana, di sini.
Terbaca doninimmajjanam piññakam dengan Se (Be doninimmajjanim p.) untuk doninimmijjanam miñjakam pada teks; bandingkan komentar tentang v 2 di bawah.
sampahamsanto, secara harafiah membuat dia bergejolak dengan sukacita; bandingkan PvA 31 di mana terjemahan yang terakhir dipakai. Gehman menyarankan secara salah bahwa hati Thera itulah yang gembira.
Terbaca patthitakarayeva dengan Se Be untuk patthita kara yeva pada teks.
Be terbaca sattasata, tujuh ratus, di sini.
Lihat catatan pada PvA 137; samudera yang besar ini adalah yang ketujuh dari Gunung Meru dan di samudera inilah terdapat empat benua, yang salah satunya adalah India.
Secara harafiah Tanah Keemasan dan biasanya diidentifikasikan dengan Burma bagian bawah; lihat DPPN ii 1262 dst.
Terbaca bahitthitam dengan Be untuk Se mahiddhikam pada teks; yang terakhir ini artinya meminta peti itu untuk menunjukkan kesaktiannya yang besar.
Terbaca harayami dengan Se be untuk harayami pada teks.
piññaka-; bandingkan n.6.
Terbaca dadami dengan Se Be dan seperti di II 45 untuk dami pada teks.
Lihat n. 12.
Demikian Se Be; teks menghapusnya.
Terbaca uttarisatakam dengan Be (Se uttara-) dan sesuai dengan dua kalimat sebelumnya dan juga kalimat yang mengikuti, untuk uttariyam satakam pada teks.
Terbaca upabhogayoggam dengan Se Be untuk upabhogayoyam pada teks.
Terbaca samanantaranudditthe dengan Se Be untuk -uditthe pada teks, baik di sini maupun di II 18, 29, 327, 410, III 212, 216, 221, 225, 230 dan IV 346.
Teks ini diberi tanda baca secara buruk di sini dan harus dibaca dengan Se: Kidiso ti? Peti aha …; tetapi dapat dicatat bahwa Dhammapala sebelumnya menunjukkan syair-syair ini kepada mereka yang mengulang teks.
Terbaca dibbabhojanasadisam dengan Se Be untuk dibbhojana- pada teks.
Terbaca yathavuttabhojanadi dengan Se Be untuk yathavuttha- pada teks.
Yaitu lima peraturan yang mengikat umat awam serta tiga perlindungan kepada Buddha, Dhamma dan Sangha; dengan mengambil ini, mereka secara langsung menjadi umat awam sendiri. Namun tidak seperti umat awam di sini, mereka bukanlah savaka Buddha.
Terbaca pabhasati dengan Se Be untuk ca bhasati pada teks.
Terbaca hatthi-assa-itthipurisadivasena dengan Se Be untuk atthi assa itthi- pada teks.
Sebelumnya kita dibuat beranggapan bahwa pencurian baju itu sudah dihukum dengan ketelanjangannya.
Terbaca doninimmajjanam dengan Se (Be -jjanim) untuk doninimmiñjanam pada teks; bandingkan n. 6.
Bandingkan M iii 167; A i 141 dst.; J v 266.
Terbaca socam’ aham bhusam dengan Se Be dan IV 340 untuk socamidam bhutam pada teks; II 715 terbaca socam’ ahabbhusam dalam Pv.
bhinnakilesassa.
Terbaca vissandamanatelam piññakam dengan Se Be untuk vissandamanatelamiñjakam pada teks.
Terbaca kammaphalasaddhaya dengan Se Be untuk -sandhaya pada teks.
Maka teks ini harus diubah agar terbaca digha-m-antaram.
Terbaca vipakkavipakatta dengan Se Be untuk vipakatta pada teks.
Bandingkan S iv 126 untuk penjelasan hal ini.
Teks mempunyai tanda baca yang jelek di sini dan harus diubah agar terbaca dengan Be: Papatiss’ ahan ti papatissami aham. Nirayan ti …
Demikian syairnya; tetapi teks (Se) (salah) mengutip sebagai tejasayutta (tejasayutam) di sini dan menjelaskan samayutta jala (samayuttajalam) sementara Be terbaca tejasayutta dan samayutajala.
terbaca evam pana dengan Se Be untuk evam puna pada teks.
Teks salah mengeja sabbada di sini.
Terbaca eva dengan Be untuk Se evam pada teks.
Dikatakan bahwa dahulu kala di Benares ada seorang pelacur yang amat cantik dan menarik dipandang mata. Dia amat elok dan beruntung memiliki kulit yang amat indah dan rambut ikal yang amat menawan. Rambutnya hitam dan panjang, lembut, halus, licin, dan ujungnya bergelombang. Bila dilepas dari gulungannya, rambutnya terurai sampai ke pinggang. Bila memandang rambutnya yang indah, hampir semua laki-laki yang ada di sana jatuh cinta kepada pelacur itu. Tak tahan melihat rambut yang indah itu, beberapa wanita yang dikuasai rasa dengki rasa dengki mengadakan pertemuan bersama2 dan kemudian menyuap pembantunya agar memberikan ramuan yang menyebabkan rambut wanita itu rontok. Dikatakan bahwa pembantunya menyiapkan ramuan itu di dalam serbuk mandinya yang kemudian diberikan pada waktu dia sedang mandi di sungai Gangga. Dia membasahi rambutnya sampai ke akar-akarnya dan kemudian membilasnya ke dalam air, [47] Tak lama setelah dia membilas rambutnya, rambut itu rontok di akarnya sehingga kepalanya mirip labu pahit.3 Maka, karena kepalanya gundul tanpa rambut sama sekali dan dia kelihatan amat tidak menarik bagaikan burung dara yang kepalanya dicabuti bulunya,4 dia merasa terlalu malu untuk masuk kota. Lalu dia menutupi kepalanya dengan sehelai kain dan pindah untuk berdiam di suatu tempat di luar kota. Setelah selang waktu beberapa hari, rasa malunya meninggalkan dia5 dan dia memeras biji wijen serta mencari nafkah dengan berdagang minyak dan minuman keras. Suatu ketika, ketika dua atau tiga pemabuk tertidur lelap, dia mencuri pakaian mereka yang sedang tergantung. Pada suatu hari dia melihat seorang Thera yang telah menghancurkan asava-asavanya berkeliling untuk mengumpulkan dana makanan. Dengan bakti di dalam hati, dia mengajak Thera itu ke rumahnya, mempersilakan bhikkhu itu duduk di tempat yang ditunjukkan dan kemudian memberinya kue-minyak yang terbuat dari biji wijen yang ditumbuk6 dan dicelup di dalam minyak. Thera tersebut, karena merasa kasihan padanya, menerima dan makan kue itu. Sementara itu, wanita itu berdiri dengan penuh rasa bakti sambil memegangi penghalang sinar matahari di atas bhikkhu itu. Sang Thera menunjukkan penghargaan yang menggembirakan7 hati wanita itu dan kemudian pergi. Ketika Thera itu menunjukkan penghargaannya, pada saat yang bersamaan wanita itu juga mengucapkan suatu harapan, ‘Semoga rambutku menjadi panjang, lembut, licin, halus dan bergelombang di ujungnya!’ Pada waktunya kemudian dia meninggal dan sebagai akibat dari perbuatan-perbuatannya yang baik dan buruk, dia lahir kembali sendirian di sebuah istana keemasan di tengah laut. Rambutnya persis seperti yang dia inginkan,8 tetapi dia telanjang karena telah mencuri pakaian-pakaian para pria. Berkali-kali dia muncul di istana keemasan itu dalam keadaan telanjang, dan melewatkan satu masa jeda-Buddha di sana. Kemudian ketika Sang Buddha Gotama muncul di dunia dan telah memutar Roda Dhamma yang Agung dan akhirnya tinggal di Savatthi, sebanyak seratus9 pedagang, penghuni Savatthi, pergi dengan kapal mengarungi lautan10 yang luas menuju ke Suvannabhumi.11 Kapal yang mereka tumpangi terombang-ambing karena dihempas angin yang keras dan hanyut ke sana kemari, sampai akhirnya tiba di tempat itu. Maka vimanapeti itu mengungkapkan diri dan istananya kepada mereka. Ketika ada pedagang senior yang melihat vimanapeti itu, dia mengucapkan syair ini untuk bertanya:
1. [48] ‘Siapakah kamu yang tetap berada di dalam istanamu, dan tidak keluar? Keluarlah, wahai sahabat, biarlah kami melihat kamu berdiri di luar.’12
1 Di sini siapakah kamu yang tetap tinggal di dalam istanamu? (ka nu anto vimanasmim titthanti): dia bertanya, ‘Siapakah kamu yang tetap berada di dalam istanamu? Apakah kamu manusia wanita atau bukan manusia?’ Tidak keluar (na upanikkhami): tidak meninggalkan istanamu. Keluarlah, wahai sahabat, biarlah kami melihat kamu berdiri di luar (upanikkhamassu bhadde tvam passama tam bahitthitam):12 wahai sahabat, biarlah kami melihatmu, kami ingin melihatmu berdiri di luar,12 kami mohon tinggalkanlah istanamu. Bacaan alternatifnya adalah ‘Salam bagimu! Keluarlah ! (upanikkhamassu bhaddan te), artinya, berkah ada bersamamu.
Peti itu kemudian mengucapkan syair yang menjelaskan mengapa dia tidak mampu keluar :
2. ‘Karena telanjang, aku (terlalu) sedih dan malu13 untuk keluar; aku tertutup (hanya) oleh rambutku – hanya sedikit perbuatan-perbuatan baik yang telah kulakukan.’
2 Di sini aku (terlalu) sedih (attiyami): karena telanjang, aku (terlalu) sedih dan sengsara untuk keluar. Malu (harayami) : malu. Aku tertutup (hanya) oleh rambutku (keseh’ amhi paticchanna): aku tertutup, tubuhku tersembunyi (hanya) oleh rambutku. Hanya sedikit perbuatan-perbuatan baik yang telah kulakukan (puññam me appakam katam): hanya sedikit, sepele, tidak banyak perbuatan-perbuatan baik yang telah kulakukan, pemberianku hanyalah (kue yang terbuat dari) biji14 wijen yang ditumbuk-demikianlah artinya.
Kemudian pedagang itu, karena ingin memberikan bajunya, mengucapkan syair ini:
3. ‘Kemarilah, aku akan memberi15 kamu bajuku- pakailah baju ini. Setelah kamu memakai baju ini, lalu keluarlah wahai gadis cantik. Keluarlah, sayang, biarlah kami melihat kamu berdiri di luar.’16
3 [49] Di sini kemarilah (handa) : ambillah ini. Baju (uttariyam): baju luar, pakaian paling luar yang berarti mantel luar. Aku akan memberi kamu : dadami te=tuyham dadami17 (bentuk tata bahasa alternatif). Pakailah baju ini (imam dussam nivasaya) : pakailah baju luar18 ku ini. Gadis cantik (sobhane) : gadisku yang cantik.
Sambil berkata demikian, dia mempersembahkan kepada peti itu baju luarnya. Peti itu mengucapkan dua syair ini untuk menunjukkan bahwa apa yang diberikan dengan cara seperti itu tidak akan memberi dia manfaat, serta menunjukkan cara agar barang-barang yang diberikan dapat memberikan manfaat baginya :
4. ‘Apa yang diberikan oleh tanganmu ke dalam tanganku tidak ada manfaatnya bagiku. Tetapi umat awam di sini ini memiliki keyakinan dan merupakan seorang savaka dari Buddha yang Sempurna;
5. Setelah memberikan pakaian kepada beliau, tujukanlah dana itu bagiku. Maka aku akan berbahagia dan dapat memperoleh apapun yang kuinginkan.’
4 Di sini apa yang diberikan oleh tanganmu ke dalam tanganku tidak akan bermanfaat bagiku (hatthena hatthe te dinnam na mayham upakappati): apa yang diberikan olehmu, tuan yang baik, oleh tanganmu ke dalam tanganku tidak ada manfaatnya bagiku, tidak akan menguntungkan bagiku, artinya tidak cocok untuk kegunaan19-ku. Tetapi umat awam di sini ini memiliki keyakinan (es’ etth’ upasako saddho) : tetapi di antara kelompok orang di sini ini ada umat awam yang telah pergi berlindung kepada Tiga Permata. Dia memiliki keyakinan karena dia yakin pada buah-buah perbuatan.
5 Setelah memberikan pakaian kepada beliau, tujukanlah dana itu bagiku (etam acchadayitvana mama dakkhinam adisa): berikanlah kepada umat awam ini baju yang tadi kamu berikan padaku, dan tujukanlah dana itu padaku, berikanlah (atas namaku) sesuatu yang ditentukan. Maka aku akan berbahagia (tadaham sukhita hessam) : ketika hal itu dilakukan, aku akan mencapai kebahagiaan dan akan berpakaian surgawi.
Mendengar hal ini, para pedagang kemudian memandikan dan meminyaki umat awam itu dan kemudian memberinya sepasang baju luar. Mereka yang mengulang teks itu kemudian mengucapkan tiga syair ini untuk menjelaskan perihal ini :
6. ‘Para pedagang itu memandikan dan meminyaki dia serta memberinya pakaian-pakaian itu dan menujukan dana itu kepada peti tersebut.
7. [50] Segera setelah mereka mempersembahkan20 ini, hasilnya pun menjelma – makanan, pakaian dan minuman yang merupakan buah dari dana ini.
8. Maka peti itu menjadi murni, terbungkus pakaian yang bersih dan segar, mengenakan pakaian yang lebih halus daripada pakaian Kasi dan meninggalkan istananya sambil tersenyum (untuk menunjukkan), “Inilah buah dari danamu”.’
6 Di sini dia (tam): umat awam itu; kata ca (tidak diterjemahkan) hanyalah partikel saja. Itu (te) harus dihubungkan dengan ‘pedagang’. Meminyaki (vilimpitvana) : meminyaki dengan bau-bauan lembut. Memberinya pakaian-pakaian itu (vattheh’ acchadayitvana): setelah memberinya makanan kare yang dilengkapi dengan penampilan yang indah, bau serta cita-rasa yang enak, mereka memberinya dua pakaian – pakaian dalam dan pakaian luar – yang artinya mereka memberinya dua (potong) pakaian. Menujukan dana itu kepada peti tersebut (tassa dakkhinam adisum) : memberikan dana demi peti itu.
7 Segera setelah mereka mempersembahkan ini (samanantaranuddhitthe): anu (tidak diterjemahkan) hanyalah sekedar partikel; begitu mereka mempersembahkan dana itu kepadanya. Hasilnya pun menjelma (vipako upapajjatha): hasil untuk peti tersebut, yaitu, buah dari dana ini, menjadi ada. Hasil macam apa? Peti itu berkata :21 makanan, pakaian dan minuman (bhojanacchadanapaniyam) : berbagai makanan yang mirip dengan makanan-makanan surgawi,12 berbagai pakaian berwarna yang memancarkan berbagai warna yang mirip dengan pakain-pakaian surgawi serta berbagai jenis minuman yang tak terhitung banyaknya – itulah buah dari dana tersebut yang menjelma-demikianlah hal ini harus ditafsirkan.
8 Maka (tato) : setelah menerima makanan yang telah disebutkan23 dll. Dia menjadi murni (suddha) : tubuhnya menjadi bersih karena mandi. Terbungkus pakaian yang bersih dan segar (sucivasana): mengenakan pakaian-pakaian yang bersih dan cerah. Mengenakan pakaian yang lebih halus daripada pakaian Kasi (kasikuttamadharini) : memakai pakaian yang lebih halus daripada pakaian yang terbuat dari kain Kasi. Sambil tersenyum (hasanti) : dia meninggalkan istananya sambil tersenyum untuk menunjukkan, ‘Lihatlah, wahai sahabat, buah danamu yang luar biasa.’
Ketika para pedagang itu melihat sendiri buah dari perbuatan baik mereka, hati mereka amat takjub dan heran, dan mereka dipenuhi dengan rasa hormat dan penghargaan kepada umat awam itu. Mereka pun memberikan penghormatan kepadanya dengan anjali. Umat awam itu membuat bakti mereka lebih dalam lagi lewat pembicaraan mengenai Dhamma dan memantapkan mereka ke dalam Peraturan dan Perlindungan.24 Kemudian mereka bertanya kepada vimanapeti tentang perbuatan yang telah dilakukannya lewat syair ini:
9. [51] ‘Istanamu yang dicat indah, yang berkilau tampak bersinar;25 Oh devata, kami mohon beritahukanlah kepada kami perbuatan apakah yang membuahkan ini.’
9 Di sini dicat indah (sucittarupam): indah dihiasi dengan lukisan-lukisan berupa dua gajah, kuda, pria, wanita, dll.26 dan juga rangkaian bunga dan tanaman rambat. Berkilau (ruciram) : menyenangkan dan indah dipandang. Perbuatan apakah yang membuahkan ini (kissa kammass’idam phalam): perbuatan seperti apa, maksudnya, apakah itu merupakan buah dari perbuatan yang didasarkan pada memberi atau dari perbuatan yang didasarkan pada perilaku luhur?
Ketika ditanya demikian, peti tersebut mengatakan tiga syair ini yang memberitahu mereka bahwa (istana) itu merupakan buah dari perbuatan baik sepele yang telah dilakukan, dan bahwa di masa depan, akan ada (buah) perbuatan tidak baik sebagaimana terdapat di neraka:27
10. ‘Kepada seorang bhikkhu pengembara yang lurus, aku, dengan hati yang tulus, telah memberikan kue minyak.28
11. Sebagai akibat dari perbuatan yang baik itu, untuk waktu yang lama aku bersenang-senang di dalam istana ini, tetapi sekarang hanya tinggal sedikit.
12. Setelah empat bulan kematianku akan tiba dan aku akan jatuh ke dalam neraka yang amat kejam dan mengerikan:
13. Bersudut empat dan dengan empat pintu, neraka terbagi menjadi bagian-bagian yang sama, dikelilingi oleh dinding besi dengan atap besi di atasnya;
14. Lantainya yang menyala terbuat dari besi yang membara – ke sekeliling sejauh seratus yojana lantai itu terbentang, selamanya berdiri.29
15. Di sana untuk waktu yang lama aku akan mengalami perasaan-perasaan yang menyakitkan sebagai buah dari perbuatan-perbuatan jahatku – karena alasan inilah aku merasa amat sedih.’30
10 Di sini kepada seorang bhikkhu yang mengembara (bhikkhuno caramanassa): kepada seorang bhikkhu yang telah memotong kekotoran-kekotoran batin31 dan yang berkelana mengumpulkan dana makanan. Kue minyak (doninimmajjanam): biji wijen yang ditumbuk sehingga mengeluarkan minyak.32 Lurus (ujubhutassa) : yang telah mencapai kelurusan karena tanpa kekotoran batin yang menghasilkan penyelewengan, kebohongan dan ketidakjujuran pikiran. [52] Dengan hati yang tulus (vippasannena cetasa): dengan bakti sejati di dalam hati karena keyakinan33 akan buah dari perbuatan-perbuatan.
11 Untuk waktu yang lama (digham antaram): kata-kata digham dan antaram terdengar harmonis dengan suku kata ma,34 yang artinya untuk waktu yang lama. Tetapi sekarang hanya tinggal sedikit (tañ ca dani parittakam): tetapi sekarang hanya tinggal sedikit, tetapi sekarang hanya sedikit yang tersisa dari tindakan tersebut – buah dari tindakan berjasa itu sudah matang dan telah sampai saatnya,35 yang artinya, aku akan jatuh dari sini tidak lama kemudian. Karena itulah dia mengatakan:
12. Setelah empat bulan kematianku akan tiba (uddañ catuhi masehi kalakiriya bhavissati): dia menunjukkan bahwa setelah empat bulan, empat bulan kemudian, di bulan kelima (dari sekarang) akan tiba saat kematiannya. Yang luar biasa kejam (ekantam katukam): amat sangat tidak diinginkan, artinya, amat sangat menyakitkan karena masuk ke enam bidang (indera).36 Mengerikan (ghoram): kejam. Neraka (nirayam): neraka disebut nir-ayam karena tidak ada apa-apa di sini (nir-, awalan negatif) yang dibuat untuk kemudahan (ayam), untuk kenyamanan. Aku akan jatuh: papatiss aham=papatissami aham (ketetapan bentuk majemuk).37 Dan karena ‘neraka’ di sini harus diapahami sebagai Neraka Avici yang Besar, dia mengatakan syair-syair yang bermula, ‘Bersudut empat’ yang menunjukkan bahwa itu mempunyai bentuk yang sama (seperti Avici).
13. Di sini bersudut empat (catukkannam): dengan empat sudut. Dengan empat pintu (catudvaram): dilengkapi dengan empat gerbang (dengan satu gerbang) di (masing-masing) empat arah. Terbagi (vibhattam): dibagi secara teratur. Menjadi bagian-bagian: bhagaso=bhagato (bentuk tata bahasa alternatif). Sama (mitam): sesuai. Dikelilingi oleh dinding besi (ayopakarapariyantam): dikelilingi oleh dinding yang terbuat dari besi. Dengan atap besi di atasnya (ayasa patikujjitam): ditutupi di atasnya oleh langit-langit dari besi.
14. Menyala (tejasayuta):38 kobaran-kobaran api terus-menerus menyatu menjadi nyala api yang besar, yang naik ke sekelilingnya. Ke sekeliling seratus yojana (samanta yojanasatam): sementara39 di sekeliling dan di luar demikianlah halnya, jadi di semua arah seratus yojana, dalam yojana ada seratus. Selamanya (sabbada):40 sepanjang waktu. Lantai itu terbentang (pharitva): lantai itu terhampar luas.
15 Di sana (tattha): di Neraka Besar itu. Saya akan mengalami: vedissam=vedissami (bentuk tata bahasa alternatif); aku akan menjalani. Sebagai buah dari perbuatan-perbuatan jahatku (phalañ ca papakammassa): artinya, pengalaman menjadi (perasaan-perasaan) menyakitkan seperti ini akan merupakan buah dari tindakan-tindakan jahat yang dilakukan olehku sendiri.41
Setelah peti itu menjelaskan tentang buah dari perbuatannya serta kehidupannya di masa mendatang di neraka [53], hati umat awam itu tergugah dengan welas asih, dan karena berpikir bahwa dia mungkin dapat menjadi (sarana) penopang bagi peti itu, dia berkata, ‘Hanya dengan satu pemberian saja kepadaku, O devata, engkau akan dapat memiliki secara melimpah segala yang engkau inginkan dan bersatu dengan kemuliaan yang agung ini. Jika sekarang engkau memberikan hadiah kepada umat-umat awam ini dan mengingat kembali keluhuran-keluhuran Sang Guru, engkau akan terbebas dari keharusan muncul di neraka.’ Peti itu amat gembira dan mengatakan, ‘Baiklah’, dan membuat mereka kenyang dengan makanan dan minuman surgawi serta memberi mereka pakaian-pakaian surgawi dan berbagai jenis permata. Kemudian peti itu menyerahkan jubah surgawi khusus untuk Sang Buddha dan menyampaikan penghormatan ini. ‘Jika kalian sampai di Savatthi, tolong sampaikan hormatku kepada Sang Guru dengan pesan ini dariku: ‘Bhante, satu makhluk vimanapeti menghormat Yang Mulia dengan kepalanya di kaki Yang Mulia.’ Lalu peti itu membawa kapal mereka ke pelabuhan yang mereka inginkan pada hari itu juga lewat kekuatan supranormal dan kehebatannya. Dari pelabuhan itu akhirnya para pedagang sampai ke Savatthi dan masuk ke hutan Jeta. Mereka memberikan kepada Sang Buddha sepasang jubah itu dan setelah mereka menyampaikan pesan dari peti itu mereka mengajukan seluruh persoalan itu dari awalnya. Sang Buddha menganggap persoalan itu sebagai munculnya kebutuhan dan mengajarkan Dhamma secara rinci kepada kelompok yang berkumpul di sana. Ajaran itu bermanfaat bagi orang-orang yang berkumpul di sana. Pada hari berikutnya para umat awam itu memberikan dana makanan melimpah kepada Sangha bhikkhu dengan Sang Buddha sebagai pimpinannya dan kemudian menujukan dana ini kepada peti itu. Ketika peti itu jatuh dari alam peta, dia lahir spontan di istana keemasan di alam Tiga Puluh Tiga Dewa, dilengkapi dengan berbagai permata dan dengan seribu bidadari sebagai pengiring.
Catatan
Demikian Se Be untuk Khalatiya- pada teks.
Terbaca sammantetva dengan Se untuk samantetva pada teks. Be terbaca mantetva.
Terbaca tittakalabu dengan Be (Se -lapu) untuk tintakalabu pada teks; bandingkan PED sv tintaka.
Terbaca luñcitamatthaka dengan Se Be untuk luñcitapamatta pada teks; bandingkan juga PED sv pamatta di mana disarankan luñcitapakkhika, yang diikuti Gehman.
Be menambahkan tato nivattetva, dia kembali dari sana, di sini.
Terbaca doninimmajjanam piññakam dengan Se (Be doninimmajjanim p.) untuk doninimmijjanam miñjakam pada teks; bandingkan komentar tentang v 2 di bawah.
sampahamsanto, secara harafiah membuat dia bergejolak dengan sukacita; bandingkan PvA 31 di mana terjemahan yang terakhir dipakai. Gehman menyarankan secara salah bahwa hati Thera itulah yang gembira.
Terbaca patthitakarayeva dengan Se Be untuk patthita kara yeva pada teks.
Be terbaca sattasata, tujuh ratus, di sini.
Lihat catatan pada PvA 137; samudera yang besar ini adalah yang ketujuh dari Gunung Meru dan di samudera inilah terdapat empat benua, yang salah satunya adalah India.
Secara harafiah Tanah Keemasan dan biasanya diidentifikasikan dengan Burma bagian bawah; lihat DPPN ii 1262 dst.
Terbaca bahitthitam dengan Be untuk Se mahiddhikam pada teks; yang terakhir ini artinya meminta peti itu untuk menunjukkan kesaktiannya yang besar.
Terbaca harayami dengan Se be untuk harayami pada teks.
piññaka-; bandingkan n.6.
Terbaca dadami dengan Se Be dan seperti di II 45 untuk dami pada teks.
Lihat n. 12.
Demikian Se Be; teks menghapusnya.
Terbaca uttarisatakam dengan Be (Se uttara-) dan sesuai dengan dua kalimat sebelumnya dan juga kalimat yang mengikuti, untuk uttariyam satakam pada teks.
Terbaca upabhogayoggam dengan Se Be untuk upabhogayoyam pada teks.
Terbaca samanantaranudditthe dengan Se Be untuk -uditthe pada teks, baik di sini maupun di II 18, 29, 327, 410, III 212, 216, 221, 225, 230 dan IV 346.
Teks ini diberi tanda baca secara buruk di sini dan harus dibaca dengan Se: Kidiso ti? Peti aha …; tetapi dapat dicatat bahwa Dhammapala sebelumnya menunjukkan syair-syair ini kepada mereka yang mengulang teks.
Terbaca dibbabhojanasadisam dengan Se Be untuk dibbhojana- pada teks.
Terbaca yathavuttabhojanadi dengan Se Be untuk yathavuttha- pada teks.
Yaitu lima peraturan yang mengikat umat awam serta tiga perlindungan kepada Buddha, Dhamma dan Sangha; dengan mengambil ini, mereka secara langsung menjadi umat awam sendiri. Namun tidak seperti umat awam di sini, mereka bukanlah savaka Buddha.
Terbaca pabhasati dengan Se Be untuk ca bhasati pada teks.
Terbaca hatthi-assa-itthipurisadivasena dengan Se Be untuk atthi assa itthi- pada teks.
Sebelumnya kita dibuat beranggapan bahwa pencurian baju itu sudah dihukum dengan ketelanjangannya.
Terbaca doninimmajjanam dengan Se (Be -jjanim) untuk doninimmiñjanam pada teks; bandingkan n. 6.
Bandingkan M iii 167; A i 141 dst.; J v 266.
Terbaca socam’ aham bhusam dengan Se Be dan IV 340 untuk socamidam bhutam pada teks; II 715 terbaca socam’ ahabbhusam dalam Pv.
bhinnakilesassa.
Terbaca vissandamanatelam piññakam dengan Se Be untuk vissandamanatelamiñjakam pada teks.
Terbaca kammaphalasaddhaya dengan Se Be untuk -sandhaya pada teks.
Maka teks ini harus diubah agar terbaca digha-m-antaram.
Terbaca vipakkavipakatta dengan Se Be untuk vipakatta pada teks.
Bandingkan S iv 126 untuk penjelasan hal ini.
Teks mempunyai tanda baca yang jelek di sini dan harus diubah agar terbaca dengan Be: Papatiss’ ahan ti papatissami aham. Nirayan ti …
Demikian syairnya; tetapi teks (Se) (salah) mengutip sebagai tejasayutta (tejasayutam) di sini dan menjelaskan samayutta jala (samayuttajalam) sementara Be terbaca tejasayutta dan samayutajala.
terbaca evam pana dengan Se Be untuk evam puna pada teks.
Teks salah mengeja sabbada di sini.
Terbaca eva dengan Be untuk Se evam pada teks.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com