PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA NANDA
Nandāpetivatthu (Pv 16)
‘Hitam dan berpenampilan buruk engkau.’ Ini dikatakan ketika Sang Guru sedang berdiam di Hutan Jeta sehubungan dengan peti bernama Nanda.
Dikatakan bahwa di suatu desa tidak jauh dari Savatthi ada seorang umat awam bernama Nandasena yang memiliki keyakinan dan bakti. Namun, istrinya yang bernama Nanda tidak memiliki keyakinan maupun bakti. Dia juga jahat, cepat marah dan kata-katanya kasar. Terhadap suaminya, dia kurang menghormat dan tidak patuh. Terhadap ibu mertuanya, dia menghina serta mencaci maki dengan suara (sekeras) genderang. Ketika tiba waktunya, dia mati dan muncul di kandungan-peta yang tinggal tidak jauh dari desa yang sama [90]. Pada suatu hari dia menampakkan diri tidak jauh dari Nandasena si umat awam ketika Nandasena sedang meninggalkan desa itu. Ketika melihat peta itu, Nandasena menyapanya dengan syair ini:
1. ‘Hitam dan berpenampilan buruk engkau, kasar dan mengerikan untuk dipandang. Engkau (bermata) merah dan memiliki (gigi) panjang dan menonjol keluar. Saya pikir engkau bukanlah manusia.’
1 Di sini, hitam (kali): berkulit gelap; warna kulitnya mirip dengan batu arang yang hangus. Kasar (pharusa): tidak halus. Mengerikan untuk dipandang (bhirudassana): mengerikan, menakutkan bila dilihat. Bacaan alternatifnya bharudassana,1 berpenampilan seram,2 yang artinya tidak layak dipandang3 karena buruk dan sebagainya. Merah (pingala): bermata merah. Panjang, menonjol (kalara): gigi yang panjang dan menonjol ke depan. Saya pikir engkau bukanlah manusia (na tam maññami manusim): saya tidak berpikir bahwa engkau adalah manusia, saya pikir engkau hanyalah peti4 -beginilah artinya.
Ketika mendengar hal ini, peti tersebut mengucapkan syair yang menjelaskan siapa dia:
2. ‘Saya Nanda, Nandasena, saya dulu adalah istrimu di masa lalu. Karena telah melakukan suatu perbuatan yang jahat, saya telah pergi dari sini dan menuju ke alam peta.’
2 Di sini, saya Nanda, Nandasena (aham Nanda Nandasena): tuanku5 Nandasena, saya bernama Nanda. Saya dulu adalah istrimu di masa lalu (bhariya te pure ahum): saya dulu6 istrimu di dalam kelahiranku sebelumnya.
Sesudah ini umat awam tersebut bertanya:
3. Kalau demikian, perbuatan jahat apa yang telah dilakukan olehmu lewat tubuh, ucapan, atau pikiran? Sebagai akibat dari perbuatan yang manakah engkau telah pergi dari sini menuju alam peta?’
Nanda kemudian menjawab dengan mengatakan:
4. Saya dulu7 cepat marah dan kasar, dan saya juga kurang hormat terhadap engkau. Karena telah mengeluarkan kata-kata yang jahat kepadamu, saya telah pergi dari sini menuju alam peta.’
Nandasena berkata sekali lagi
5. ‘Ini, akan saya berikan mantelku: kenakanlah pakaian ini. Bila engkau telah memakai pakaian ini, kemudian kemarilah dan saya akan membawamu ke rumah.
6. [91] Pakaian, makanan dan minuman akan dapat engkau peroleh bila engkau telah pergi ke rumah. Dan engkau akan dapat melihat putra-putramu dan melihat menantu-menantumu.’8
Nanda kemudian menyampaikan dua syair ini kepada Nandasena:
7 – 8 ‘Apa yang diberikan lewat tanganmu ke dalam tanganku tidak bermanfaat bagiku. Tetapi tolong berilah makanan dan minuman kepada para bhikkhu yang memiliki moralitas, yang bebas dari nafsu dan yang telah mendengar banyak,9 dan kemudian tujukan dana itu kepadaku. Dengan demikian saya akan bahagia dan diperlengkapi secara melimpah dengan semua yang saya inginkan.’
Tiga syair ini dikatakan oleh mereka yang mengulang teks:
9. ‘”Baiklah”, Nandasena menyetujui. Dia memberikan dana yang melimpah – makanan, minuman, makanan keras, pakaian10 dan tempat tinggal, tempat berteduh dari matahari, wewangian dan bunga-bungaan serta berbagai alas kaki kepada para bhikkhu yang memiliki moralitas, yang bebas dari nafsu dan yang telah mendengar banyak. Setelah mereka puas makan dan menujukan dana itu kepada peta tersebut.
10. Begitu Nandasena mempersembahkan ini, hasilnya langsung muncul, dalam bentuk makanan, pakaian dan minuman sebagai buah dari dana ini.
11. Maka Nanda menjadi murni, terbungkus pakaian yang bersih dan segar, mengenakan kain yang lebih halus dari kain Kasi. Dan, dengan berhiaskan berbagai pakaian dan perhiasan, dia mendekati suaminya.’
Selanjutnya inilah syair-syair percakapan antara umat awam dan peti tersebut:
12. ‘Engkau yang berdiri dengan kecantikan yang memukau, wahai devata, menerangi segala penjuru bagaikan Bintang Penyembuh,
13. Disebabkan oleh karena apakah kecantikanmu yang seperti itu? Disebabkan oleh apakah hal ini bisa dicapai olehmu di sini sehingga muncul kenikmatan-kenikmatan apa pun yang menyenangkan hatimu?
14. Saya bertanya kepadamu, devi nan amat agung, tindakan-tindakan berjasa apakah yang telah engkau lakukan ketika engkau menjadi manusia dulu? Disebabkan oleh apakah keagunganmu yang bersinar sedemikian ini11 dan kecantikanmu yang memancar ke segala penjuru?’
15. Saya Nanda, Nandasena, saya dulu adalah istrimu di masa lalu. Karena telah melakukan suatu perbuatan yang jahat, saya telah pergi dari sini menuju alam peta; tetapi sekarang melalui dana yang diberikan olehmu, saya dapat bersenang-senang, karena tidak memiliki rasa takut dari penjuru mana pun.
16. Semoga engkau berumur panjang, wahai perumah-tangga, bersama semua sanak saudaramu, [92] (dan semoga engkau mencapai) kediaman para Vasavatti, tempat yang bebas dari kesengsaraan dan polusi.
17. Berperilakulah di sini sesuai Dhamma dan berikanlah dana, wahai perumah-tangga; lenyapkan noda keegoisan beserta akarnya, dan pergilah tanpa cela menuju alam surgawi.’
9 Di sini, memberikan dana yang melimpah (danam vipulam akiri): memulai dana yang besar seolah-olah menebarkan benih-benih persembahan-jasa di ladang orang-orang yang pantas mendapat dana.
Bagian lainnya persis sama dengan cerita sebelum ini.
Setelah menjelaskan kepada Nandasena keelokan surgawinya beserta alasan untuk itu, devi itu pergi ke tempat tinggalnya sendiri. Nandasena mengemukakan hal tersebut kepada para bhikkhu dan para bhikkhu mengemukakannya kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengambil hal itu sebagai suatu kebutuhan yang muncul dan mengajarkan Dhamma kepada mereka yang berkumpul di sana. Ajaran itu bermanfaat bagi orang-orang tersebut.
Catataan:
1 Demikian Be; teks hanya mengulang bhirudassana; Se terbaca bhirudassaka. Bandingkan PvA 142 di bawah.
2 Terbaca bhariyadassana dengan Se Be untuk bhariya- pada teks.
3 Terbaca duddasika dengan Se Be untuk duddassika pada teks.
4 Terbaca petim eva ca tam dengan Se Be untuk petivacanam pada teks.
5 Terbaca sãmi dengan Se Be untuk sami pada teks.
6 Terbaca ahosim dengan Se Be untuk ahosi pada teks.
7 Terbaca c’asim dengan Se Be untuk c’asi pada teks.
8 Terbaca sunisayo dengan Se Be untuk sutisaye pada teks.
9 bahussute, sama dengan ‘dibaca dengan baik’ dalam suatu komunitas yang menyampaikan ajaran secara lisan.
10 Terbaca vatthasenasanani dengan Se Be untuk vuttham sena- pada teks.
11 Terbaca evañjalitanubhava dengan Se Be untuk -bhava pada teks.
Dikatakan bahwa di suatu desa tidak jauh dari Savatthi ada seorang umat awam bernama Nandasena yang memiliki keyakinan dan bakti. Namun, istrinya yang bernama Nanda tidak memiliki keyakinan maupun bakti. Dia juga jahat, cepat marah dan kata-katanya kasar. Terhadap suaminya, dia kurang menghormat dan tidak patuh. Terhadap ibu mertuanya, dia menghina serta mencaci maki dengan suara (sekeras) genderang. Ketika tiba waktunya, dia mati dan muncul di kandungan-peta yang tinggal tidak jauh dari desa yang sama [90]. Pada suatu hari dia menampakkan diri tidak jauh dari Nandasena si umat awam ketika Nandasena sedang meninggalkan desa itu. Ketika melihat peta itu, Nandasena menyapanya dengan syair ini:
1. ‘Hitam dan berpenampilan buruk engkau, kasar dan mengerikan untuk dipandang. Engkau (bermata) merah dan memiliki (gigi) panjang dan menonjol keluar. Saya pikir engkau bukanlah manusia.’
1 Di sini, hitam (kali): berkulit gelap; warna kulitnya mirip dengan batu arang yang hangus. Kasar (pharusa): tidak halus. Mengerikan untuk dipandang (bhirudassana): mengerikan, menakutkan bila dilihat. Bacaan alternatifnya bharudassana,1 berpenampilan seram,2 yang artinya tidak layak dipandang3 karena buruk dan sebagainya. Merah (pingala): bermata merah. Panjang, menonjol (kalara): gigi yang panjang dan menonjol ke depan. Saya pikir engkau bukanlah manusia (na tam maññami manusim): saya tidak berpikir bahwa engkau adalah manusia, saya pikir engkau hanyalah peti4 -beginilah artinya.
Ketika mendengar hal ini, peti tersebut mengucapkan syair yang menjelaskan siapa dia:
2. ‘Saya Nanda, Nandasena, saya dulu adalah istrimu di masa lalu. Karena telah melakukan suatu perbuatan yang jahat, saya telah pergi dari sini dan menuju ke alam peta.’
2 Di sini, saya Nanda, Nandasena (aham Nanda Nandasena): tuanku5 Nandasena, saya bernama Nanda. Saya dulu adalah istrimu di masa lalu (bhariya te pure ahum): saya dulu6 istrimu di dalam kelahiranku sebelumnya.
Sesudah ini umat awam tersebut bertanya:
3. Kalau demikian, perbuatan jahat apa yang telah dilakukan olehmu lewat tubuh, ucapan, atau pikiran? Sebagai akibat dari perbuatan yang manakah engkau telah pergi dari sini menuju alam peta?’
Nanda kemudian menjawab dengan mengatakan:
4. Saya dulu7 cepat marah dan kasar, dan saya juga kurang hormat terhadap engkau. Karena telah mengeluarkan kata-kata yang jahat kepadamu, saya telah pergi dari sini menuju alam peta.’
Nandasena berkata sekali lagi
5. ‘Ini, akan saya berikan mantelku: kenakanlah pakaian ini. Bila engkau telah memakai pakaian ini, kemudian kemarilah dan saya akan membawamu ke rumah.
6. [91] Pakaian, makanan dan minuman akan dapat engkau peroleh bila engkau telah pergi ke rumah. Dan engkau akan dapat melihat putra-putramu dan melihat menantu-menantumu.’8
Nanda kemudian menyampaikan dua syair ini kepada Nandasena:
7 – 8 ‘Apa yang diberikan lewat tanganmu ke dalam tanganku tidak bermanfaat bagiku. Tetapi tolong berilah makanan dan minuman kepada para bhikkhu yang memiliki moralitas, yang bebas dari nafsu dan yang telah mendengar banyak,9 dan kemudian tujukan dana itu kepadaku. Dengan demikian saya akan bahagia dan diperlengkapi secara melimpah dengan semua yang saya inginkan.’
Tiga syair ini dikatakan oleh mereka yang mengulang teks:
9. ‘”Baiklah”, Nandasena menyetujui. Dia memberikan dana yang melimpah – makanan, minuman, makanan keras, pakaian10 dan tempat tinggal, tempat berteduh dari matahari, wewangian dan bunga-bungaan serta berbagai alas kaki kepada para bhikkhu yang memiliki moralitas, yang bebas dari nafsu dan yang telah mendengar banyak. Setelah mereka puas makan dan menujukan dana itu kepada peta tersebut.
10. Begitu Nandasena mempersembahkan ini, hasilnya langsung muncul, dalam bentuk makanan, pakaian dan minuman sebagai buah dari dana ini.
11. Maka Nanda menjadi murni, terbungkus pakaian yang bersih dan segar, mengenakan kain yang lebih halus dari kain Kasi. Dan, dengan berhiaskan berbagai pakaian dan perhiasan, dia mendekati suaminya.’
Selanjutnya inilah syair-syair percakapan antara umat awam dan peti tersebut:
12. ‘Engkau yang berdiri dengan kecantikan yang memukau, wahai devata, menerangi segala penjuru bagaikan Bintang Penyembuh,
13. Disebabkan oleh karena apakah kecantikanmu yang seperti itu? Disebabkan oleh apakah hal ini bisa dicapai olehmu di sini sehingga muncul kenikmatan-kenikmatan apa pun yang menyenangkan hatimu?
14. Saya bertanya kepadamu, devi nan amat agung, tindakan-tindakan berjasa apakah yang telah engkau lakukan ketika engkau menjadi manusia dulu? Disebabkan oleh apakah keagunganmu yang bersinar sedemikian ini11 dan kecantikanmu yang memancar ke segala penjuru?’
15. Saya Nanda, Nandasena, saya dulu adalah istrimu di masa lalu. Karena telah melakukan suatu perbuatan yang jahat, saya telah pergi dari sini menuju alam peta; tetapi sekarang melalui dana yang diberikan olehmu, saya dapat bersenang-senang, karena tidak memiliki rasa takut dari penjuru mana pun.
16. Semoga engkau berumur panjang, wahai perumah-tangga, bersama semua sanak saudaramu, [92] (dan semoga engkau mencapai) kediaman para Vasavatti, tempat yang bebas dari kesengsaraan dan polusi.
17. Berperilakulah di sini sesuai Dhamma dan berikanlah dana, wahai perumah-tangga; lenyapkan noda keegoisan beserta akarnya, dan pergilah tanpa cela menuju alam surgawi.’
9 Di sini, memberikan dana yang melimpah (danam vipulam akiri): memulai dana yang besar seolah-olah menebarkan benih-benih persembahan-jasa di ladang orang-orang yang pantas mendapat dana.
Bagian lainnya persis sama dengan cerita sebelum ini.
Setelah menjelaskan kepada Nandasena keelokan surgawinya beserta alasan untuk itu, devi itu pergi ke tempat tinggalnya sendiri. Nandasena mengemukakan hal tersebut kepada para bhikkhu dan para bhikkhu mengemukakannya kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengambil hal itu sebagai suatu kebutuhan yang muncul dan mengajarkan Dhamma kepada mereka yang berkumpul di sana. Ajaran itu bermanfaat bagi orang-orang tersebut.
Catataan:
1 Demikian Be; teks hanya mengulang bhirudassana; Se terbaca bhirudassaka. Bandingkan PvA 142 di bawah.
2 Terbaca bhariyadassana dengan Se Be untuk bhariya- pada teks.
3 Terbaca duddasika dengan Se Be untuk duddassika pada teks.
4 Terbaca petim eva ca tam dengan Se Be untuk petivacanam pada teks.
5 Terbaca sãmi dengan Se Be untuk sami pada teks.
6 Terbaca ahosim dengan Se Be untuk ahosi pada teks.
7 Terbaca c’asim dengan Se Be untuk c’asi pada teks.
8 Terbaca sunisayo dengan Se Be untuk sutisaye pada teks.
9 bahussute, sama dengan ‘dibaca dengan baik’ dalam suatu komunitas yang menyampaikan ajaran secara lisan.
10 Terbaca vatthasenasanani dengan Se Be untuk vuttham sena- pada teks.
11 Terbaca evañjalitanubhava dengan Se Be untuk -bhava pada teks.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com