PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA SANUVASIN
Sāṇavāsītherapetavatthu (Pv 27)
‘Sesepuh dari kota Kundi.’ Ini dikatakan ketika Sang Guru sedang berdiam di Hutan Bambu sehubungan dengan beberapa famili-peta dari bhikkhu thera Sanuvasin.
Dikatakan bahwa dahulu kala di Benares putra dari raja Kitava sedang dalam perjalanan pulang setelah berolahraga di taman hiburan. Dia melihat Paccekabuddha Sunetta meninggalkan kota setelah berkeliling mengumpulkan dana makanan.2 Mabuk karena kesombongan memiliki kekuasaan dan karena memang jelek akhlaknya, dia berpikir ‘Betapa beraninya si gundul itu lewat tanpa memberi hormat anjali padaku’. [178] Maka putra raja itu pun turun dari punggung gajah dan berkata pada bhikkhu itu, ‘Apakah engkau memperoleh dana makanan, saya ingin tahu?’Sambil berkata demikian, dia merampas mangkuk dari tangan bhikkhu tersebut, melemparkannya ke tanah dan menghancurkannya. Dicemoohnya bhikkhu itu, sementara thera tersebut (berdiri) memandang dengan bakti dihatinya dengan mata yang tertuju ke bawah, lembut, rileks dan menyebarkan cinta kasih,3tak terganggu karena telah mencapai Kesedemikianan4 di dalam segala situasi. Putra raja kemudian beranjak sambil berkata dengan pikiran yang dengki karena kebencian yang tidak pada tempatnya,’Tidakkah engkau tahu bahwa saya adalah putra raja Kitava? Apa manfaatmu bagiku hanya memandang (seperti itu)?’Tetapi begitu dia pergi, muncul energi yang amat panas di sekeliling tubuhnya, yang menyerupai panasnya api neraka. Dengan tubuh yang dikuasai oleh siksaan yang besar, dikuasai oleh perasaan sengsara yang luar biasa mencekam, dia mati dan muncul di Neraka Besar Avici. Di sana dia direbus selama 84.000 tahun sementara dia berdiri dan dibolak-balik dengan berbagai cara – ke sisi kanan, ke sisi kiri, telentang, tengkurap.5 Ketika jatuh dari sana , dia menjalani kesengsaraan karena kelaparan dan kehausan dan sebagainya selama jangka waktu yang tak terbatas di antara para peta. Ketika jatuh dari sana, dia muncul di suatu desa nelayan di dekat kota Kundi selama masa-Buddha ini. Di sana, muncul di dalam dirinya kemampuan untuk mengingat kehidupan-kehidupan lampaunya. Lewat sarana ini dia dapat mengingat kesengsaraan yang telah dijalaninya6 di masa lampau. Karena ketakutan akan tindakan-tindakan jahat, maka dia tidak mau pergi menangkap ikan bersama dengan sanak saudaranya, walaupun dia sudah cukup umur. Ketika mereka pergi, dia bersembunyi karena tidak mau membunuh ikan; sedangkan jika dia pergi,7 dia akan merusak jala atau mengambil ikan-ikan yang masih hidup8 untuk dilepaskan kembali ke dalam air. Karena tidak setuju9 akan tindakannya, sanak saudaranya pun mengusirnya dari rumah mereka. Tetapi ada satu saudara kandung lelaki yang amat menyayanginya.
Pada waktu itu, Y. M. Ananda sedang berdiam di Gunung Sanuvasin10 di dekat kota Kundi. Putra nelayan yang telah diusir sanak saudaranya itu berkelana kian kemari, dan sampai di tempat kediaman Y. M. Ananda. Dia menghampiri bhikkhu yang ketika itu sedang makan. Setelah Y. M. Ananda bertanya dan mengetahui bahwa dia membutuhkan makanan, beliau memberinya makanan. Setelah putra nelayan itu selesai makan [179] Y. M. Ananda menanyakan segala masalahnya. Melalui percakapan tentang Dhamma, Y M. Ananda mengetahui bahwa orang ini memiliki bakti di dalam hatinya (maka beliau bertanya), ‘Apakah engkau ingin meninggalkan keduniawian, sahabat?’ (dan dia menjawab), Ta, Tuan, saya ingin meninggalkan keduniawian.’Setelah mentahbiskannya sebagai samanera, Y M. Ananda kemudian pergi, bersama samanera itu, ke hadapan Sang Buddha. Sang Buddha berkata, ‘Ananda, engkau harus memiliki belas kasihan kepada samanera ini.’ Karena belum melakukan tindakan-tindakan yang berjasa di masa lampau, dia menerima hanya sedikit (dalam hal bahan makanan). Maka, Sang Guru, untuk membantu11, menyuruhnya mengisi pot-pot air untuk digunakan para bhikkhu. Ketika para umat awarn melihat hal ini, mereka memberinya banyak makanan secara rutin. Pada saatnya, dia menerima pentahbisan dan mencapai tingkatArahat. Setelah menjadi thera, beliau tinggal di Gunung Sanuvasin bersama duabelas bhikkhu. Sebanyak 500 sanak saudaranya, karena tidak mengumpulkan tindakan-tindakan yang bajik namun malahan mengumpulkan tindakan-tindakan yang jahat -seperti misalnya keegoisan dan sebagainya- mati dan muncul di antara para peta. Walaupun demikian, ibu dan ayahnya tidak mau mendekati sang Arahat karena mereka malu dengan pemikiran,’Ini adalah orang yang dulunya kita buang12 dari rumah’. Ibu dan ayahnya pun mengirimkan saudara lelaki yang mengasihinya. Saudaranya ini menampakkan dirinya pada saat thera tersebut memasuki desa mengumpulkan dana makanan. Dia berlutut13 dengan lutut kanan bertumpu di tanah dan memberi hormat ahjali, lalu berbicara menyampaikan syair-syair yang bermula: Ibu dan ayahmu, Tuan’. Tetapi lima syair yang bermula:’Thera dari kota Kundi’ dan sebagainya disisipkan oleh mereka yang membuat resensi Dhamma dengan tujuan untuk menunjukkan konteksnya.
1. Thera dari kota Kundi yang berdiam di Sanuvasin, yang bernama Potthapada, adalah seorang petapa dengan kemampuan-kemampuan yang telah berkembang.
2. lbu, ayah, dan saudara lelakinya telah pergi ke kehidupan yang sengsara di alam Yama. Karena telah melakukan tindakan-tindakan yang jahat, mereka telah pergi dari sini ke alam para peta.
3. Pergi ke kehidupan yang sengsara, ditusuk-jarum,14letih, telanjang dan kurus kering; ketakutan, di dalam kengerian yang besar dan bertangan penuh darah,15 sehingga mereka tidak mau menampakkan (dirinya sendiri).
4. [180] Saudara lelakinya, yang terpaku, telanjang, sendirian di jalur tunggal, membungkuk di atas kaki dan tangannya,16 menampakkan17 dirinya kepada thera itu.
5. Tetapi thera itu tidak memperhatikan18 dan lewat tanpa bicara, maka dia memberitahu sang thera, dengan mengatakan, “Saya adalah saudara lelakimu yang datang sebagai peta;
6. lbumu dan ayahmu, Tuan, telah pergi ke kehidupan yang sengsara di alam Yama. Karena telah melakukan tindakan-tindakan yang jahat, mereka telah pergi dari sini ke alam peta.
7. Pergi ke kehidupan yang sengsara, ditusuk-jarum, letih, telanjang dan kurus kering; ketakutan, di dalam kengerian yang besar dan bertangan penuh darah, sehingga mereka tidak mau menampakkan (dirinya sendiri).
8. Engkau penuh kasih sayang; mohon berbelas-kasihanilah – ketika engkau telah memberi, limpahkanlah itu kepada kami (karena) lewat sarana makanan yang diberikan olehmu itulah maka tangan yang penuh darah ini dapat ditopang.’”
1 Di sini, thera dari kota Kundi (Kundinagariyo thero): thera yang terlahir dan besar di kota dengan nama itu. Bacaan alternatifnya adalah Kundikanigaro thero, tetapi ini sama artinya. Yang berdiam di Sanuvasin (Sanuvasinivasino): yang berdiam di Gunung Sanuvasin. Bernama Potthapada (potthapado ti namena): dikenal dengan nama Potthapada. Adalah seorang petapa (samano): telah menghentikan (semua) kejahatan.19 Dengan kemampuan-kemampuan yang telah berkembang (bhavitindriyo): dengan kernampuan keyakinan dan sebagainya yang telah berkembang melalui pengolahan jalan Ariya, yaitu seorang Arahat.
2 -nya (tassa): thera Sanuvasin. Telah pergi ke kehidupan yang sengsara (duggata): telah pergi ke keadaan kesengsaraan.
3 Ditusuk-jarum (sucik’ atta):20 menderita21 dengan tubuh22 yang kasar dan berbau tengik.23 Bacaan alternatifnya adalah ‘lenyap-jarum’ (sucigata).24 Mereka tertimpa, tertindas,25 oleh rasa lapar dan haus yang telah memperoleh nama jarum’ (sucika) dalam pengertian bahwa mereka itu menusuk.26 Beberapa terbaca bertenggorokan-jarum (sicikantha): yang artinya lubang mulut mereka bagaikan mata jarum.27 Letih (kilanta): lelah dalam pikiran dan tubuh. Telanjang (nagino): tidak berpakaian, penampilannya telanjang. Kurus kering (kisa): dengan tubuh yang kurus kering, karena mereka memiliki tubuh yang hanya terdiri dari kulit dan tulang. Ketakutan (uttasanta): mereka menjadi ngeri karena takut akan hukuman28 karena berpikir, ‘Petapa ini adalah anakkami.'[181] Di dalam kengerian yang besar (mahatasa): mereka dipenuhi ketakutan yang luar biasa karena tindakan-tindakan yang telah mereka lakukan sebelumnya. Tidak mau menampakkan (na dassenti): tidak mau menampakkan diri sendiri, tidak mau pergi menghadap dia. Bertangan penuh darah (kururino): bertindak dengan kejam.
4 Saudara lelakinya (tassa bhata): saudara laki-laki thera Sanuvasin. Terpaku: vitaritva=vitinno (bentuk tata bahasa alternatif), yang artinya ketakutan dan gemetaran karena ngeri dicela. Bacaan alternatifnya adalah bergegas (vituritva):29 terburu-buru, yaitu bergegas. Di jalur tunggal (ekapathe): pada jalan jalur tunggal. Sendirian (ekako): sendirian, tidak ditemani. Membungkuk di atas kaki dan tangannya (catukundiko bhavitvana): dia menggerakkan diri ke mana-mana dengan empat kaki-tangan yang tertekuk30 _ (berarti) tertekuk keempatnya; beristirahat31 dan pergi ke mana-mana di atas dua tangan dan dua lutut, yang artinya: sudah menjadi demikian rupa. Dia bertindak dengan cara ini, sehingga apa pun yang memalukan dapat tertutup dari depan. Menampakkan dirinya kepada thera itu (therassa dassayi tummam): membuat dirinya tampak, membiarkan dirinya tampak, di hadapan thera itu.32
5 Tidak memperhatikan (amanasikatva): tidak ada perhatian (amanasikaritva, bentuk tata bahasa alternatif), tidak memperhatikan dia itu mungkin siapa. Maka dia (so ca): maka peta itu. Saya adalah saudara lelakimu yang datang sebagai peta (bhata petagato aham): peta itu memberitahukan thera tersebut dengan mengatakan, ‘Saya adalah saudara lelakimu di dalam kehidupan lampau; dan sekarang saya datang ke sini sebagai peta’- dernikianlah hal ini harus dipahami. Tiga syair yang bermula: Ibu(mu) clan ayah(mu)’ dikatakan untuk menunjukkan cara dia memberitahukan hal ini.
6 Di sini, ibumu dan ayahmu: mata pita ca te=tava mata pita ca (tata bahasa alternatif).
8 Mohon berbelas-kasihaniah (anukampassu): tolong bantulah (kami), berbaik hatilah. Limpahkanlah (anvadisahi): berikanlah itu. Kepada kami: no=amhakam33 (bentuk tata bahasa alternatif). Yang diberikan olehmu: tava dinnena=taya dinena (bentuk tata bahasa alternatif).
(Mereka yang mengulang Dhamma) kemudian mengucapkan syair-syair ini untuk menunjukkan alur tindakan yang diambil34 oleh thera tersebut ketika beliau mendengar ini:
9. Ketika sang thera dan duabelas bhikkhu lain telah mengumpulkan dana makanan, mereka berkumpul di tempat yang sama dengan tujuan berbagi makanan tersebut.35
10. Sang thera berkata kepada mereka semua: ‘Berikanlah kepadaku sebagaimana telah diterima; saya akan mengubahnya menjadi makanan bagi Sahgha36 karena belas kasihan pada sanak saudaraku.”
11. [182] Mereka menyerahkannya kepada sang thera dan sang thera pun mengundang Sahgha. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya dengan mengatakan, Tiarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!”
12. Segera setelah beliau mempersembahkan ini, muncullah makanan-makanan – yang bersih, pilihan, disiapkan dengan baik, dan berbumbu kari dengan berbagai aroma; sesudah itu saudara lelakinya menampakkan dirinya, 37tampan, kuat clan bahagia, dan berkata,
13. Melimpah (adalah) makanan ini, tuan, tetapi liatlah bahwa kami masih telanjang. Tolong kerahkanlah usahamu, 38tuan, sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh pakaian.’
14. Sang thera mengumpulkan sobekan-sobekan kain dari tumpukan sampah. Setelah membuat kain perca itu menjadi jubah, beliau memberikannya kepada Sahgha di empat penjuru.
15. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya, dengan mengatakan, “Biarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!”
16. Segera setelah beliau mempersembahkan ini, muncullah pakaian-pakaian, sedangkan (saudara lelakinya) mengenakan pakaian yang bagus, menampakkan dirinya kepada sang thera dan mengatakan,
17. Sebagaimana banyaknya pakaian-pakaian yang ada seluruh kerajaan raja Nanda – masih lebih daripada itu, Yang Mulia, pakaian dan penutup kami,
18. Dari sutra dan wol, linen dan katun.39Banyak dan mahal pakaian itu adanya – mereka bahkan40 menggantung dari langit.
19. Dan kami tinggal mengenakan saja mana pun yang kami suka. Tolong kerahkanlah usahamu, tuan, sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh rumah.”
20. [183] Setelah sang thera membangun gubug dari dedaunan, beliau memberikannya kepada Sangha di empat penjuru. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya dengan mengatakan, Biarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!”
21. Segera setelah beliau mempersembahkan ini, muncullah rumah-rumah – tempat tinggal dengan pinakel41 yang dibagi menjadi bagian-bagian yang sama.
22. “Rumah-rumah seperti milik kami di sini tidak ditemukan di antara manusia; rumah-rumah seperti milik kami di sini bagaikan rumah-rumah yang ditemukan di antara para dewa;
23. Berkilau, mereka bersinar ke seluruh empat penjuru. Tolong kerahkanlah usahamu, tuan, sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh air.”
24. Setelah sang thera mengisi satu pot-air, beliau memberikannya kepada Sahgha di empat penjuru. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, saudara lelakinya, dengan mengatakan, Biarlah ini untuk sanak.saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!”
25. Segera setelah beliau mempersembahkan ini, muncullah air – kolam-kolam teratai yang dalam, bersudut empat, dan diatur dengan indah,42
26. Dengan air jernih dan tepian yang elok, sejuk dan harum, tertutup teratai dan lili air, airnya penuh dengan serabut-serabut teratai.
27. Setelah mandi dan minum dari kolam tersebut, mereka muncul di hadapan sang thera dengan mengatakan, “Melimpah (adalah) air (ini), tuan, tetapi kaki kami pecah-pecah dan sakit.
28. Berkelana kian kemari kami terpincang-pincang di atas kerikil dan rumput kusa43 yang berduri. Tolong kerahkanlah usahamu, tuan, sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh kendaraan.”
29. Setelah memperoleh sandal,44beliau memberikannya kepada Sangha di empat penjuru. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya dengan mengatakan, “Biarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!”
30. Segera setelah sang thera mempersembahkan ini, para peta itu pun datang dengan kereta, dan mengatakan, “Engkau telah menunjukkan belas kasihan, tuan, lewat makanan dan pakaian ini,
31. [184] Rumah dan pemberian air45 ini – lewat keduanya ini serta lewat pemberian kendaraan. Kami, tuan, telah datang untuk memberi hormat kepada petapa yang penuh welas asih di dunia.'”
9 Di sini, ketika sang thera telah mengumpulkan dana makanan (thero caritva pindaya): ketika sang thera telah pergi berkeliling untuk mengumpulkan bahan makanan.46 Dan dua belas bhikkhu lain (bhikkhu anne ca dvadasa): dan dua belas bhikkhu lain yang berdiam dengan sang thera berkumpul di tempat yang sama. Jika (seandainya ditanya:)’Dengan tujuan apa?’, dengan tujuan berbagi makanan tersebut (bhattavissaggakarana): dengan tujuan menyantap makanan mereka, demi untuk (makan) makanan itu.
10 Kepada mereka semua (te): kepada bhikkhu-bhikkhu itu. Sebagaimana telah diterima (yatha laddham): apa pun yang telah diterima. Berikanlah: dadatha=detha (bentuk tata bahasa alternatif)
11 Mereka menyerahkan(niyatayimsu): mereka memberikan. Mengundang Sangha (sangham nimantayi): mengundang dua belas bhikkhu untuk memberikan makanan itu dengan cara mengkhususkannya untuk Sahgha. Melimpahkan (anvadisi): menujukan;47untuk menunjukkan kepada siapa dia membagikan pada saat itu, maka dikatakan ‘Untuk ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya dengan mengatakan, ‘Biarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!”‘
12 Segera setelah beliau mempersembahkan ini: samanantaranudditthe=uddittha samanantaram eva48 (ketentuan bentuk majemuk). Muncullah makanan-makanan (bhojanam upapajjatha): makanan-makanan muncul bagi para peta itu. Seperti apa? Mereka mengatakan 49 ‘yang bersih’dan sebagainya. Di sini, berbumbu kari dengan berbagai aroma (anekarasavyanjanam): disiapkan dengan kari dari berbagai aroma; atau pilihan lainnya, dengan berbagai aroma dan berbagai kari. Sesudah itu (tato): sesudah menerima makanan itu. Saudara lelakinya menampakkan dirinya (uddassayi bhata): peta yang dulu saudara lakinya itu menampakkan diri kepada sang thera. Tampan, kuat dan bahagia (vannava balava sukhi): lewat sarana menerima makanan itu maka dia langsung memiliki keelokan, terberkahi dengan kekuatan dan merasa bahagia.
13 Melimpah makanan ini, tuan (pahutam bhojanam bhante): melalui keagungan pemberianmu, tuan, makanan yang melimpah dan banyak telah diterima oleh kami. Tetapi lihatlah bahwa kami masih telanjang (passa naggamhase): tetapi amatilah, bahwa kami masih telanjang. Oleh karenanya, tolong kerahkan usahamu, tuan, tolong berusahalah, untuk bertindak sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh pakaian (yatha vattham labhamhase): dengan mengusahakan sendiri lewat tindakan yang sedemikian sehingga [185] kami semua bisa memperoleh pakaian, yang artinya tolong berusahalah dengan cara ini.
14. Dari tumpukan sampah (sankarakutato): dari tumpukan debu ini dan itu. Mengumpulkan (uccinitvana): mengumpulkan lewat cara mencari. Sobekan-sobekan kain (nantake): potongan-potongan kain yang telah dibuang dan sobek di pinggirnya; ini disebut ‘kain buruk’ karena kain itu dalam potongan-potongan kecil. Sekarang sang thera telah membuat sebuah jubah dengan potongan-potongan kain ini dan memberikannya kepada Sahgha. Untuk alasan inilah mereka mengatakan, 49‘Setelah membuat kain perca itu menjadi jubah, beliau memberikannya pada Sangha di empat penjuru.’Di sini, beliau memberikannya kepada Sangha di empat penjuru (sanghe catuddise ada): beliau memberikannya kepada kelompok50 bhikkhu sekarang ini51 di empat penjuru. Ini merupakan bentuk lokatif dengan pengertian datif.52
16 Mengenakan pakaian yang bagus (suvatthavasano): mengenakan pakaian yang indah. Menampakkan dirinya kepada sang thera: therassa dassayi ‘tumam=therassa attanam dassayi dassesi (bentuk tata bahasa alternatif), dia menjadi terwujud.
17 ltu adalah’pakaian-pakaian’ (paticchada) karena dalam hal ini dia memakaikan pada dirinya (paticchadayati)53 (pakaian-pakaian itu).
21 Tempat tinggal dengan pinakel (kutagaranivesana): rumah-rumah berpinakel serta rumah-rumah lain yang dikenal sebagai tempat tinggal; ini diberikan dengan pemisahan gender.54 Dibagi(vibhatta): dibagi menjadi bentuk-bentuk yang teratur, segi empat, panjang, lingkaran, dan sebagainya. Menjadi bagian-bagian yang terukur.
22 Milik kami : no=amhakam (bentuk tata bahasa alternatif). Di sini (idha): di dunia peta ini. Di antara para dewa (api dibbesu): api (tidak diterjemahkan) hanyalah sekadar partikel; di alam-alam para dewa, yang artinya di devaloka.55
24 Pot-air (karakam): pot-air biasa.56 Diisi (puretva): diisi dengan air.
26 Airnya penuh dengan serabut-serabut teratai (varikinjakkhapurita): penuh, yang artinya seluruh permukaan air itu tertutup banyak bulu serabut teratai dan lili air dan sebagainya.
27 pecah-pecah (phalanti): kaki-kaki itu mengembang , yang artinya bagian pinggir tumit mereka pecah terbuka
28 Berkelana (ahindamana) : mengembara kian kemari. Kami terpincang-pincang ( khanjama): [186] kami kemana-mana tertatih-tatih. Diatas kerikil dan rumput kusa yang berduri (sakkhare kusakanthake): di hamparan tanah yang penuh kerikil dan rumput kusa yang berduri. Kendaraan (yanam): sarana apa pun, seperti misalnya kereta atau tandu dan sebagainya.
29 sandal (sipatikam): sandal dengan sol tunggal.
30 Datang dengan kereta: (rathena-m-agamum-rathena aggacchimsu (bentuk tata bahasa alternative); ( kata-kata itu) dihubungkan menurut bunyinya oleh kata ma.
31 Keduanya (ubhayam): lewat kedua persembahan ini – lewat persembahan empat kebutuhan akan makanan dan sebagainya, serta juga lewat dana kebutuhan kendaraan. Dana obat-obatan juga tercakup di dalam pemberian air di sini. Yang lainnya sudah cukup jelas57 karena sudah diberikan di atas.
Sang thera mengajukan persoalan itu ke hadapan Sang Buddha. Sang Buddha menganggap hal itu sebagai kebutuhan yang muncul dengan mengatakan, ‘Sebagaimana juga di sini, begitu juga di dalam kehidupan persis sebelum ini engkau merupakan peta yang mengalami kesengsaraan yang besar.’ Dan, ketika dimohon oleh sang thera, Sang Buddha mengkisahkan Cerita Peta Benang58 dan mengajarkan Dhamma kepada mereka yang berkumpul di sana . Ketika mendengar hal ini, orang-orang itu dipenuhi kegelisahan, dan menjadi cenderung melakukan tindakan-tindakan berjasa – seperti misalnya kebajikan memberikan dana dan sebagainya.
Catatan
Cerita ini dapat dibandingkan dengan versi yang muncul di J ii 194 dst.
Terbaca caritvarnagarato pada Se Be untuk caritvana gharato pada teks.
Terbaca karunavippharasommasomanassanayananipatitapasannacittam pada Se untuk karunavippharasomanassanipatitapasannacitam ( Be-nipata-) pada teks.
tadibhavappattiya
bandingkan IV 78
Terbaca anubhtapubbam pada Se Be untuk anurupam bhutam pada teks.
Terbaca gato pada Be untuk tato pada teks Se.
Terbaca jivante va pada Se Be untuk jivante pada teks.
Terbaca arocanta pada Se Be untuk arocenta pada teks.
Secara literal, tempat kediaman (vasin) Saturn (Sanu).
Lihat PvA 196.
Terbaca nikkaddhito pada Se Be untuk nikkaddito pada teks.
Terbaca patitthapetva pada Se Be untuk patitthapetva pada teks.
Terbaca sucik’ atta pada Se Be untuk sucikattha.
Bukan, sebagaimana diusulkan Gehman,’mereka tidak kelihatan kejam’, seperti yang dijelaskan kitab kornentar.
Bukan, sebagaimana dijelaskan Gehman,’seperti bejana air’.
Terbaca dassayi pada Se Be untuk dassayi pada teks.
Se menuliskan persis kebalikannya di sini – thero ca manasikatva – yang menyarankan bahwa sang thera justru memperhatikan.
Perbaikan etimologi mengenai samana, petapa; lihat juga Dhp 265 dan DhpA iii 84.
Banyak perbedaan di seluruh bacaan, dan agak tidak pasti. Saya telah memilih yang kelihatannya paling masuk akal.
Terbaca attita seperti yang direkomendasikan PED sv atthika pada teks; Be terbaca attaka dan Se attika.
Terbaca lukhagatta pada Be untuk lukhavantadina pada teks;Se terbaca lukhavatthadina, mungkin dengan kain kasar dan sebagainya, walaupun sebelumnya mereka dikatakan telanjang, sebuah fakta yang juga ditegaskan lagi.
Putina, demikian teks dan Be; Se terbaca suicina.
Terbaca suciggata,Be menghilangkannya; artinya tidakjelas.
Terbaca atta pilita pada Be untuk ajjhacipilita pada teks; Se terbaca attita pilita.
Vijjhanatthena, Be menghilangkannya.
Semua teks.
ottappena; mengenai pembahasan tentang topik ini, lihat Buddhist Psych. Ethics hal. 20 n. 1
Terbaca vituritva ti va patho pada Se Be untuk vitaritva ti va pada teks.
Terbaca kundeti pada Se Be untuk kundo ti pada teks.
Terbaca titthanto ca pada Be (Se titthanto ti) untuk ti ca pada teks.
therassa attanam uddisayi uddisesi; demikian teks dan Se. Be memiliki … uddisayi dassesi. CPD sv ud-dasseti merekomendasikan penulisan … uddassayi uddassesi.
Terbaca Anvadisahi ti adissa. No ti amhakam pada Se Be untuk Anvadisahi no ti adisa no ti amhakam pada teks ‘
Terbaca yatha patipajji tam dassetum pada Se Be untuk gatha patipaji. Tam dassetum … pada teks.
Terbaca bhattavissaggakarana pada Se Be untuk-vissatta-pada teks; bandingkan PED sv bhatta.
sanghabhattam karissami; lihat Vin I 58 dimana hal ini dibedakan dari makanan untuk orang khusus, makanan sisa dan makanan orang-orang yang mendapat undangan khusus dan sebagainya; bandingkan PvA 81 dan v 14 di bawah. Hal ini kelihatan merupakan kasus lain untuk memberikan persembahan sanghika.
Terbaca uddassayi pada Be untuk uddissati pada teks; Se menuliskan uddissayi.
Parakkama, tidak memaksakan keinginan, sebagaimana diusulkan Gehman, tetapi dari para + vkram; bandingkan PED sv.
Terbaca khomakappasikani pada Se Be dan II 1 17 untuk kappasiyani pada teks.
Terbaca p’akase pada Se Be dan II 1 18 untuk c’akase pada teks
Terbaca kutagaranivesana pada Se Be untuk kutagara nivesana pada teks.
Terbaca sunimmita pada Se Be dan II 1 19 untuk sanimmita pada teks.
Poa cynosuroides.
Terbaca sipatikam pada Se Be untuk sipatikam pada teks; lihat PED sv sipatika yang salah mengutip komentar di sini dan harus diubah untuk terbaca ekapatalam upahanam.
Terbaca paniyadanena pada Be dan komentar di bawah untuk Se panadanena pada teks.
Terbaca thero pindapatacarikaya caritva pada Se Be untuk pindapataccarikaya pada teks.
Terbaca Anvadisi ti adisi; tattha … pada Se Be untuk Anvadisi ti tattha…. pada teks.
Demikian Se Be dan PvA 50 untuk uddissa samanantaram eva ca pada teks.
Semua teks menuliskan aha, dia berkata, di sini.
Sahgha.
Bandingkan CPD sv agata dan Vin i 305, ii 147,164; J i 93.
Bandingkan PvA 174.
Terbaca Paticchadayati ettha ti paticchada pada Se Be untuk Paticchada ti paticchadayati pada teks; bandingkan komentar di PvA 76. Arti biasa dari kata ini adalah menutupi, menyembunyikan clan sebagainya.
Bentuk jamak maskulin / feminim untuk bentuk jamak netral.
Terbaca dibbesu bhavanesu devalokesu ti attho pada Se untuk dibbesu ti etesu devalokesu ti attho pada teks; Be terbaca devalokesu ti attho.
dhammakarakam, peraturan untuk pot-air bagi para bhikkhu yang dilengkapi dengan saringan (parissavana) untuk mencegah menyakiti makhluk hidup; lihat Vin i 209 , ii 118 dst., 177, 302.
Terbaca uttanam pada Se Be untuk vuttanam pada teks.
II 11
Dikatakan bahwa dahulu kala di Benares putra dari raja Kitava sedang dalam perjalanan pulang setelah berolahraga di taman hiburan. Dia melihat Paccekabuddha Sunetta meninggalkan kota setelah berkeliling mengumpulkan dana makanan.2 Mabuk karena kesombongan memiliki kekuasaan dan karena memang jelek akhlaknya, dia berpikir ‘Betapa beraninya si gundul itu lewat tanpa memberi hormat anjali padaku’. [178] Maka putra raja itu pun turun dari punggung gajah dan berkata pada bhikkhu itu, ‘Apakah engkau memperoleh dana makanan, saya ingin tahu?’Sambil berkata demikian, dia merampas mangkuk dari tangan bhikkhu tersebut, melemparkannya ke tanah dan menghancurkannya. Dicemoohnya bhikkhu itu, sementara thera tersebut (berdiri) memandang dengan bakti dihatinya dengan mata yang tertuju ke bawah, lembut, rileks dan menyebarkan cinta kasih,3tak terganggu karena telah mencapai Kesedemikianan4 di dalam segala situasi. Putra raja kemudian beranjak sambil berkata dengan pikiran yang dengki karena kebencian yang tidak pada tempatnya,’Tidakkah engkau tahu bahwa saya adalah putra raja Kitava? Apa manfaatmu bagiku hanya memandang (seperti itu)?’Tetapi begitu dia pergi, muncul energi yang amat panas di sekeliling tubuhnya, yang menyerupai panasnya api neraka. Dengan tubuh yang dikuasai oleh siksaan yang besar, dikuasai oleh perasaan sengsara yang luar biasa mencekam, dia mati dan muncul di Neraka Besar Avici. Di sana dia direbus selama 84.000 tahun sementara dia berdiri dan dibolak-balik dengan berbagai cara – ke sisi kanan, ke sisi kiri, telentang, tengkurap.5 Ketika jatuh dari sana , dia menjalani kesengsaraan karena kelaparan dan kehausan dan sebagainya selama jangka waktu yang tak terbatas di antara para peta. Ketika jatuh dari sana, dia muncul di suatu desa nelayan di dekat kota Kundi selama masa-Buddha ini. Di sana, muncul di dalam dirinya kemampuan untuk mengingat kehidupan-kehidupan lampaunya. Lewat sarana ini dia dapat mengingat kesengsaraan yang telah dijalaninya6 di masa lampau. Karena ketakutan akan tindakan-tindakan jahat, maka dia tidak mau pergi menangkap ikan bersama dengan sanak saudaranya, walaupun dia sudah cukup umur. Ketika mereka pergi, dia bersembunyi karena tidak mau membunuh ikan; sedangkan jika dia pergi,7 dia akan merusak jala atau mengambil ikan-ikan yang masih hidup8 untuk dilepaskan kembali ke dalam air. Karena tidak setuju9 akan tindakannya, sanak saudaranya pun mengusirnya dari rumah mereka. Tetapi ada satu saudara kandung lelaki yang amat menyayanginya.
Pada waktu itu, Y. M. Ananda sedang berdiam di Gunung Sanuvasin10 di dekat kota Kundi. Putra nelayan yang telah diusir sanak saudaranya itu berkelana kian kemari, dan sampai di tempat kediaman Y. M. Ananda. Dia menghampiri bhikkhu yang ketika itu sedang makan. Setelah Y. M. Ananda bertanya dan mengetahui bahwa dia membutuhkan makanan, beliau memberinya makanan. Setelah putra nelayan itu selesai makan [179] Y. M. Ananda menanyakan segala masalahnya. Melalui percakapan tentang Dhamma, Y M. Ananda mengetahui bahwa orang ini memiliki bakti di dalam hatinya (maka beliau bertanya), ‘Apakah engkau ingin meninggalkan keduniawian, sahabat?’ (dan dia menjawab), Ta, Tuan, saya ingin meninggalkan keduniawian.’Setelah mentahbiskannya sebagai samanera, Y M. Ananda kemudian pergi, bersama samanera itu, ke hadapan Sang Buddha. Sang Buddha berkata, ‘Ananda, engkau harus memiliki belas kasihan kepada samanera ini.’ Karena belum melakukan tindakan-tindakan yang berjasa di masa lampau, dia menerima hanya sedikit (dalam hal bahan makanan). Maka, Sang Guru, untuk membantu11, menyuruhnya mengisi pot-pot air untuk digunakan para bhikkhu. Ketika para umat awarn melihat hal ini, mereka memberinya banyak makanan secara rutin. Pada saatnya, dia menerima pentahbisan dan mencapai tingkatArahat. Setelah menjadi thera, beliau tinggal di Gunung Sanuvasin bersama duabelas bhikkhu. Sebanyak 500 sanak saudaranya, karena tidak mengumpulkan tindakan-tindakan yang bajik namun malahan mengumpulkan tindakan-tindakan yang jahat -seperti misalnya keegoisan dan sebagainya- mati dan muncul di antara para peta. Walaupun demikian, ibu dan ayahnya tidak mau mendekati sang Arahat karena mereka malu dengan pemikiran,’Ini adalah orang yang dulunya kita buang12 dari rumah’. Ibu dan ayahnya pun mengirimkan saudara lelaki yang mengasihinya. Saudaranya ini menampakkan dirinya pada saat thera tersebut memasuki desa mengumpulkan dana makanan. Dia berlutut13 dengan lutut kanan bertumpu di tanah dan memberi hormat ahjali, lalu berbicara menyampaikan syair-syair yang bermula: Ibu dan ayahmu, Tuan’. Tetapi lima syair yang bermula:’Thera dari kota Kundi’ dan sebagainya disisipkan oleh mereka yang membuat resensi Dhamma dengan tujuan untuk menunjukkan konteksnya.
1. Thera dari kota Kundi yang berdiam di Sanuvasin, yang bernama Potthapada, adalah seorang petapa dengan kemampuan-kemampuan yang telah berkembang.
2. lbu, ayah, dan saudara lelakinya telah pergi ke kehidupan yang sengsara di alam Yama. Karena telah melakukan tindakan-tindakan yang jahat, mereka telah pergi dari sini ke alam para peta.
3. Pergi ke kehidupan yang sengsara, ditusuk-jarum,14letih, telanjang dan kurus kering; ketakutan, di dalam kengerian yang besar dan bertangan penuh darah,15 sehingga mereka tidak mau menampakkan (dirinya sendiri).
4. [180] Saudara lelakinya, yang terpaku, telanjang, sendirian di jalur tunggal, membungkuk di atas kaki dan tangannya,16 menampakkan17 dirinya kepada thera itu.
5. Tetapi thera itu tidak memperhatikan18 dan lewat tanpa bicara, maka dia memberitahu sang thera, dengan mengatakan, “Saya adalah saudara lelakimu yang datang sebagai peta;
6. lbumu dan ayahmu, Tuan, telah pergi ke kehidupan yang sengsara di alam Yama. Karena telah melakukan tindakan-tindakan yang jahat, mereka telah pergi dari sini ke alam peta.
7. Pergi ke kehidupan yang sengsara, ditusuk-jarum, letih, telanjang dan kurus kering; ketakutan, di dalam kengerian yang besar dan bertangan penuh darah, sehingga mereka tidak mau menampakkan (dirinya sendiri).
8. Engkau penuh kasih sayang; mohon berbelas-kasihanilah – ketika engkau telah memberi, limpahkanlah itu kepada kami (karena) lewat sarana makanan yang diberikan olehmu itulah maka tangan yang penuh darah ini dapat ditopang.’”
1 Di sini, thera dari kota Kundi (Kundinagariyo thero): thera yang terlahir dan besar di kota dengan nama itu. Bacaan alternatifnya adalah Kundikanigaro thero, tetapi ini sama artinya. Yang berdiam di Sanuvasin (Sanuvasinivasino): yang berdiam di Gunung Sanuvasin. Bernama Potthapada (potthapado ti namena): dikenal dengan nama Potthapada. Adalah seorang petapa (samano): telah menghentikan (semua) kejahatan.19 Dengan kemampuan-kemampuan yang telah berkembang (bhavitindriyo): dengan kernampuan keyakinan dan sebagainya yang telah berkembang melalui pengolahan jalan Ariya, yaitu seorang Arahat.
2 -nya (tassa): thera Sanuvasin. Telah pergi ke kehidupan yang sengsara (duggata): telah pergi ke keadaan kesengsaraan.
3 Ditusuk-jarum (sucik’ atta):20 menderita21 dengan tubuh22 yang kasar dan berbau tengik.23 Bacaan alternatifnya adalah ‘lenyap-jarum’ (sucigata).24 Mereka tertimpa, tertindas,25 oleh rasa lapar dan haus yang telah memperoleh nama jarum’ (sucika) dalam pengertian bahwa mereka itu menusuk.26 Beberapa terbaca bertenggorokan-jarum (sicikantha): yang artinya lubang mulut mereka bagaikan mata jarum.27 Letih (kilanta): lelah dalam pikiran dan tubuh. Telanjang (nagino): tidak berpakaian, penampilannya telanjang. Kurus kering (kisa): dengan tubuh yang kurus kering, karena mereka memiliki tubuh yang hanya terdiri dari kulit dan tulang. Ketakutan (uttasanta): mereka menjadi ngeri karena takut akan hukuman28 karena berpikir, ‘Petapa ini adalah anakkami.'[181] Di dalam kengerian yang besar (mahatasa): mereka dipenuhi ketakutan yang luar biasa karena tindakan-tindakan yang telah mereka lakukan sebelumnya. Tidak mau menampakkan (na dassenti): tidak mau menampakkan diri sendiri, tidak mau pergi menghadap dia. Bertangan penuh darah (kururino): bertindak dengan kejam.
4 Saudara lelakinya (tassa bhata): saudara laki-laki thera Sanuvasin. Terpaku: vitaritva=vitinno (bentuk tata bahasa alternatif), yang artinya ketakutan dan gemetaran karena ngeri dicela. Bacaan alternatifnya adalah bergegas (vituritva):29 terburu-buru, yaitu bergegas. Di jalur tunggal (ekapathe): pada jalan jalur tunggal. Sendirian (ekako): sendirian, tidak ditemani. Membungkuk di atas kaki dan tangannya (catukundiko bhavitvana): dia menggerakkan diri ke mana-mana dengan empat kaki-tangan yang tertekuk30 _ (berarti) tertekuk keempatnya; beristirahat31 dan pergi ke mana-mana di atas dua tangan dan dua lutut, yang artinya: sudah menjadi demikian rupa. Dia bertindak dengan cara ini, sehingga apa pun yang memalukan dapat tertutup dari depan. Menampakkan dirinya kepada thera itu (therassa dassayi tummam): membuat dirinya tampak, membiarkan dirinya tampak, di hadapan thera itu.32
5 Tidak memperhatikan (amanasikatva): tidak ada perhatian (amanasikaritva, bentuk tata bahasa alternatif), tidak memperhatikan dia itu mungkin siapa. Maka dia (so ca): maka peta itu. Saya adalah saudara lelakimu yang datang sebagai peta (bhata petagato aham): peta itu memberitahukan thera tersebut dengan mengatakan, ‘Saya adalah saudara lelakimu di dalam kehidupan lampau; dan sekarang saya datang ke sini sebagai peta’- dernikianlah hal ini harus dipahami. Tiga syair yang bermula: Ibu(mu) clan ayah(mu)’ dikatakan untuk menunjukkan cara dia memberitahukan hal ini.
6 Di sini, ibumu dan ayahmu: mata pita ca te=tava mata pita ca (tata bahasa alternatif).
8 Mohon berbelas-kasihaniah (anukampassu): tolong bantulah (kami), berbaik hatilah. Limpahkanlah (anvadisahi): berikanlah itu. Kepada kami: no=amhakam33 (bentuk tata bahasa alternatif). Yang diberikan olehmu: tava dinnena=taya dinena (bentuk tata bahasa alternatif).
(Mereka yang mengulang Dhamma) kemudian mengucapkan syair-syair ini untuk menunjukkan alur tindakan yang diambil34 oleh thera tersebut ketika beliau mendengar ini:
9. Ketika sang thera dan duabelas bhikkhu lain telah mengumpulkan dana makanan, mereka berkumpul di tempat yang sama dengan tujuan berbagi makanan tersebut.35
10. Sang thera berkata kepada mereka semua: ‘Berikanlah kepadaku sebagaimana telah diterima; saya akan mengubahnya menjadi makanan bagi Sahgha36 karena belas kasihan pada sanak saudaraku.”
11. [182] Mereka menyerahkannya kepada sang thera dan sang thera pun mengundang Sahgha. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya dengan mengatakan, Tiarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!”
12. Segera setelah beliau mempersembahkan ini, muncullah makanan-makanan – yang bersih, pilihan, disiapkan dengan baik, dan berbumbu kari dengan berbagai aroma; sesudah itu saudara lelakinya menampakkan dirinya, 37tampan, kuat clan bahagia, dan berkata,
13. Melimpah (adalah) makanan ini, tuan, tetapi liatlah bahwa kami masih telanjang. Tolong kerahkanlah usahamu, 38tuan, sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh pakaian.’
14. Sang thera mengumpulkan sobekan-sobekan kain dari tumpukan sampah. Setelah membuat kain perca itu menjadi jubah, beliau memberikannya kepada Sahgha di empat penjuru.
15. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya, dengan mengatakan, “Biarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!”
16. Segera setelah beliau mempersembahkan ini, muncullah pakaian-pakaian, sedangkan (saudara lelakinya) mengenakan pakaian yang bagus, menampakkan dirinya kepada sang thera dan mengatakan,
17. Sebagaimana banyaknya pakaian-pakaian yang ada seluruh kerajaan raja Nanda – masih lebih daripada itu, Yang Mulia, pakaian dan penutup kami,
18. Dari sutra dan wol, linen dan katun.39Banyak dan mahal pakaian itu adanya – mereka bahkan40 menggantung dari langit.
19. Dan kami tinggal mengenakan saja mana pun yang kami suka. Tolong kerahkanlah usahamu, tuan, sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh rumah.”
20. [183] Setelah sang thera membangun gubug dari dedaunan, beliau memberikannya kepada Sangha di empat penjuru. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya dengan mengatakan, Biarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!”
21. Segera setelah beliau mempersembahkan ini, muncullah rumah-rumah – tempat tinggal dengan pinakel41 yang dibagi menjadi bagian-bagian yang sama.
22. “Rumah-rumah seperti milik kami di sini tidak ditemukan di antara manusia; rumah-rumah seperti milik kami di sini bagaikan rumah-rumah yang ditemukan di antara para dewa;
23. Berkilau, mereka bersinar ke seluruh empat penjuru. Tolong kerahkanlah usahamu, tuan, sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh air.”
24. Setelah sang thera mengisi satu pot-air, beliau memberikannya kepada Sahgha di empat penjuru. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, saudara lelakinya, dengan mengatakan, Biarlah ini untuk sanak.saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!”
25. Segera setelah beliau mempersembahkan ini, muncullah air – kolam-kolam teratai yang dalam, bersudut empat, dan diatur dengan indah,42
26. Dengan air jernih dan tepian yang elok, sejuk dan harum, tertutup teratai dan lili air, airnya penuh dengan serabut-serabut teratai.
27. Setelah mandi dan minum dari kolam tersebut, mereka muncul di hadapan sang thera dengan mengatakan, “Melimpah (adalah) air (ini), tuan, tetapi kaki kami pecah-pecah dan sakit.
28. Berkelana kian kemari kami terpincang-pincang di atas kerikil dan rumput kusa43 yang berduri. Tolong kerahkanlah usahamu, tuan, sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh kendaraan.”
29. Setelah memperoleh sandal,44beliau memberikannya kepada Sangha di empat penjuru. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya dengan mengatakan, “Biarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!”
30. Segera setelah sang thera mempersembahkan ini, para peta itu pun datang dengan kereta, dan mengatakan, “Engkau telah menunjukkan belas kasihan, tuan, lewat makanan dan pakaian ini,
31. [184] Rumah dan pemberian air45 ini – lewat keduanya ini serta lewat pemberian kendaraan. Kami, tuan, telah datang untuk memberi hormat kepada petapa yang penuh welas asih di dunia.'”
9 Di sini, ketika sang thera telah mengumpulkan dana makanan (thero caritva pindaya): ketika sang thera telah pergi berkeliling untuk mengumpulkan bahan makanan.46 Dan dua belas bhikkhu lain (bhikkhu anne ca dvadasa): dan dua belas bhikkhu lain yang berdiam dengan sang thera berkumpul di tempat yang sama. Jika (seandainya ditanya:)’Dengan tujuan apa?’, dengan tujuan berbagi makanan tersebut (bhattavissaggakarana): dengan tujuan menyantap makanan mereka, demi untuk (makan) makanan itu.
10 Kepada mereka semua (te): kepada bhikkhu-bhikkhu itu. Sebagaimana telah diterima (yatha laddham): apa pun yang telah diterima. Berikanlah: dadatha=detha (bentuk tata bahasa alternatif)
11 Mereka menyerahkan(niyatayimsu): mereka memberikan. Mengundang Sangha (sangham nimantayi): mengundang dua belas bhikkhu untuk memberikan makanan itu dengan cara mengkhususkannya untuk Sahgha. Melimpahkan (anvadisi): menujukan;47untuk menunjukkan kepada siapa dia membagikan pada saat itu, maka dikatakan ‘Untuk ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya dengan mengatakan, ‘Biarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!”‘
12 Segera setelah beliau mempersembahkan ini: samanantaranudditthe=uddittha samanantaram eva48 (ketentuan bentuk majemuk). Muncullah makanan-makanan (bhojanam upapajjatha): makanan-makanan muncul bagi para peta itu. Seperti apa? Mereka mengatakan 49 ‘yang bersih’dan sebagainya. Di sini, berbumbu kari dengan berbagai aroma (anekarasavyanjanam): disiapkan dengan kari dari berbagai aroma; atau pilihan lainnya, dengan berbagai aroma dan berbagai kari. Sesudah itu (tato): sesudah menerima makanan itu. Saudara lelakinya menampakkan dirinya (uddassayi bhata): peta yang dulu saudara lakinya itu menampakkan diri kepada sang thera. Tampan, kuat dan bahagia (vannava balava sukhi): lewat sarana menerima makanan itu maka dia langsung memiliki keelokan, terberkahi dengan kekuatan dan merasa bahagia.
13 Melimpah makanan ini, tuan (pahutam bhojanam bhante): melalui keagungan pemberianmu, tuan, makanan yang melimpah dan banyak telah diterima oleh kami. Tetapi lihatlah bahwa kami masih telanjang (passa naggamhase): tetapi amatilah, bahwa kami masih telanjang. Oleh karenanya, tolong kerahkan usahamu, tuan, tolong berusahalah, untuk bertindak sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh pakaian (yatha vattham labhamhase): dengan mengusahakan sendiri lewat tindakan yang sedemikian sehingga [185] kami semua bisa memperoleh pakaian, yang artinya tolong berusahalah dengan cara ini.
14. Dari tumpukan sampah (sankarakutato): dari tumpukan debu ini dan itu. Mengumpulkan (uccinitvana): mengumpulkan lewat cara mencari. Sobekan-sobekan kain (nantake): potongan-potongan kain yang telah dibuang dan sobek di pinggirnya; ini disebut ‘kain buruk’ karena kain itu dalam potongan-potongan kecil. Sekarang sang thera telah membuat sebuah jubah dengan potongan-potongan kain ini dan memberikannya kepada Sahgha. Untuk alasan inilah mereka mengatakan, 49‘Setelah membuat kain perca itu menjadi jubah, beliau memberikannya pada Sangha di empat penjuru.’Di sini, beliau memberikannya kepada Sangha di empat penjuru (sanghe catuddise ada): beliau memberikannya kepada kelompok50 bhikkhu sekarang ini51 di empat penjuru. Ini merupakan bentuk lokatif dengan pengertian datif.52
16 Mengenakan pakaian yang bagus (suvatthavasano): mengenakan pakaian yang indah. Menampakkan dirinya kepada sang thera: therassa dassayi ‘tumam=therassa attanam dassayi dassesi (bentuk tata bahasa alternatif), dia menjadi terwujud.
17 ltu adalah’pakaian-pakaian’ (paticchada) karena dalam hal ini dia memakaikan pada dirinya (paticchadayati)53 (pakaian-pakaian itu).
21 Tempat tinggal dengan pinakel (kutagaranivesana): rumah-rumah berpinakel serta rumah-rumah lain yang dikenal sebagai tempat tinggal; ini diberikan dengan pemisahan gender.54 Dibagi(vibhatta): dibagi menjadi bentuk-bentuk yang teratur, segi empat, panjang, lingkaran, dan sebagainya. Menjadi bagian-bagian yang terukur.
22 Milik kami : no=amhakam (bentuk tata bahasa alternatif). Di sini (idha): di dunia peta ini. Di antara para dewa (api dibbesu): api (tidak diterjemahkan) hanyalah sekadar partikel; di alam-alam para dewa, yang artinya di devaloka.55
24 Pot-air (karakam): pot-air biasa.56 Diisi (puretva): diisi dengan air.
26 Airnya penuh dengan serabut-serabut teratai (varikinjakkhapurita): penuh, yang artinya seluruh permukaan air itu tertutup banyak bulu serabut teratai dan lili air dan sebagainya.
27 pecah-pecah (phalanti): kaki-kaki itu mengembang , yang artinya bagian pinggir tumit mereka pecah terbuka
28 Berkelana (ahindamana) : mengembara kian kemari. Kami terpincang-pincang ( khanjama): [186] kami kemana-mana tertatih-tatih. Diatas kerikil dan rumput kusa yang berduri (sakkhare kusakanthake): di hamparan tanah yang penuh kerikil dan rumput kusa yang berduri. Kendaraan (yanam): sarana apa pun, seperti misalnya kereta atau tandu dan sebagainya.
29 sandal (sipatikam): sandal dengan sol tunggal.
30 Datang dengan kereta: (rathena-m-agamum-rathena aggacchimsu (bentuk tata bahasa alternative); ( kata-kata itu) dihubungkan menurut bunyinya oleh kata ma.
31 Keduanya (ubhayam): lewat kedua persembahan ini – lewat persembahan empat kebutuhan akan makanan dan sebagainya, serta juga lewat dana kebutuhan kendaraan. Dana obat-obatan juga tercakup di dalam pemberian air di sini. Yang lainnya sudah cukup jelas57 karena sudah diberikan di atas.
Sang thera mengajukan persoalan itu ke hadapan Sang Buddha. Sang Buddha menganggap hal itu sebagai kebutuhan yang muncul dengan mengatakan, ‘Sebagaimana juga di sini, begitu juga di dalam kehidupan persis sebelum ini engkau merupakan peta yang mengalami kesengsaraan yang besar.’ Dan, ketika dimohon oleh sang thera, Sang Buddha mengkisahkan Cerita Peta Benang58 dan mengajarkan Dhamma kepada mereka yang berkumpul di sana . Ketika mendengar hal ini, orang-orang itu dipenuhi kegelisahan, dan menjadi cenderung melakukan tindakan-tindakan berjasa – seperti misalnya kebajikan memberikan dana dan sebagainya.
Catatan
Cerita ini dapat dibandingkan dengan versi yang muncul di J ii 194 dst.
Terbaca caritvarnagarato pada Se Be untuk caritvana gharato pada teks.
Terbaca karunavippharasommasomanassanayananipatitapasannacittam pada Se untuk karunavippharasomanassanipatitapasannacitam ( Be-nipata-) pada teks.
tadibhavappattiya
bandingkan IV 78
Terbaca anubhtapubbam pada Se Be untuk anurupam bhutam pada teks.
Terbaca gato pada Be untuk tato pada teks Se.
Terbaca jivante va pada Se Be untuk jivante pada teks.
Terbaca arocanta pada Se Be untuk arocenta pada teks.
Secara literal, tempat kediaman (vasin) Saturn (Sanu).
Lihat PvA 196.
Terbaca nikkaddhito pada Se Be untuk nikkaddito pada teks.
Terbaca patitthapetva pada Se Be untuk patitthapetva pada teks.
Terbaca sucik’ atta pada Se Be untuk sucikattha.
Bukan, sebagaimana diusulkan Gehman,’mereka tidak kelihatan kejam’, seperti yang dijelaskan kitab kornentar.
Bukan, sebagaimana dijelaskan Gehman,’seperti bejana air’.
Terbaca dassayi pada Se Be untuk dassayi pada teks.
Se menuliskan persis kebalikannya di sini – thero ca manasikatva – yang menyarankan bahwa sang thera justru memperhatikan.
Perbaikan etimologi mengenai samana, petapa; lihat juga Dhp 265 dan DhpA iii 84.
Banyak perbedaan di seluruh bacaan, dan agak tidak pasti. Saya telah memilih yang kelihatannya paling masuk akal.
Terbaca attita seperti yang direkomendasikan PED sv atthika pada teks; Be terbaca attaka dan Se attika.
Terbaca lukhagatta pada Be untuk lukhavantadina pada teks;Se terbaca lukhavatthadina, mungkin dengan kain kasar dan sebagainya, walaupun sebelumnya mereka dikatakan telanjang, sebuah fakta yang juga ditegaskan lagi.
Putina, demikian teks dan Be; Se terbaca suicina.
Terbaca suciggata,Be menghilangkannya; artinya tidakjelas.
Terbaca atta pilita pada Be untuk ajjhacipilita pada teks; Se terbaca attita pilita.
Vijjhanatthena, Be menghilangkannya.
Semua teks.
ottappena; mengenai pembahasan tentang topik ini, lihat Buddhist Psych. Ethics hal. 20 n. 1
Terbaca vituritva ti va patho pada Se Be untuk vitaritva ti va pada teks.
Terbaca kundeti pada Se Be untuk kundo ti pada teks.
Terbaca titthanto ca pada Be (Se titthanto ti) untuk ti ca pada teks.
therassa attanam uddisayi uddisesi; demikian teks dan Se. Be memiliki … uddisayi dassesi. CPD sv ud-dasseti merekomendasikan penulisan … uddassayi uddassesi.
Terbaca Anvadisahi ti adissa. No ti amhakam pada Se Be untuk Anvadisahi no ti adisa no ti amhakam pada teks ‘
Terbaca yatha patipajji tam dassetum pada Se Be untuk gatha patipaji. Tam dassetum … pada teks.
Terbaca bhattavissaggakarana pada Se Be untuk-vissatta-pada teks; bandingkan PED sv bhatta.
sanghabhattam karissami; lihat Vin I 58 dimana hal ini dibedakan dari makanan untuk orang khusus, makanan sisa dan makanan orang-orang yang mendapat undangan khusus dan sebagainya; bandingkan PvA 81 dan v 14 di bawah. Hal ini kelihatan merupakan kasus lain untuk memberikan persembahan sanghika.
Terbaca uddassayi pada Be untuk uddissati pada teks; Se menuliskan uddissayi.
Parakkama, tidak memaksakan keinginan, sebagaimana diusulkan Gehman, tetapi dari para + vkram; bandingkan PED sv.
Terbaca khomakappasikani pada Se Be dan II 1 17 untuk kappasiyani pada teks.
Terbaca p’akase pada Se Be dan II 1 18 untuk c’akase pada teks
Terbaca kutagaranivesana pada Se Be untuk kutagara nivesana pada teks.
Terbaca sunimmita pada Se Be dan II 1 19 untuk sanimmita pada teks.
Poa cynosuroides.
Terbaca sipatikam pada Se Be untuk sipatikam pada teks; lihat PED sv sipatika yang salah mengutip komentar di sini dan harus diubah untuk terbaca ekapatalam upahanam.
Terbaca paniyadanena pada Be dan komentar di bawah untuk Se panadanena pada teks.
Terbaca thero pindapatacarikaya caritva pada Se Be untuk pindapataccarikaya pada teks.
Terbaca Anvadisi ti adisi; tattha … pada Se Be untuk Anvadisi ti tattha…. pada teks.
Demikian Se Be dan PvA 50 untuk uddissa samanantaram eva ca pada teks.
Semua teks menuliskan aha, dia berkata, di sini.
Sahgha.
Bandingkan CPD sv agata dan Vin i 305, ii 147,164; J i 93.
Bandingkan PvA 174.
Terbaca Paticchadayati ettha ti paticchada pada Se Be untuk Paticchada ti paticchadayati pada teks; bandingkan komentar di PvA 76. Arti biasa dari kata ini adalah menutupi, menyembunyikan clan sebagainya.
Bentuk jamak maskulin / feminim untuk bentuk jamak netral.
Terbaca dibbesu bhavanesu devalokesu ti attho pada Se untuk dibbesu ti etesu devalokesu ti attho pada teks; Be terbaca devalokesu ti attho.
dhammakarakam, peraturan untuk pot-air bagi para bhikkhu yang dilengkapi dengan saringan (parissavana) untuk mencegah menyakiti makhluk hidup; lihat Vin i 209 , ii 118 dst., 177, 302.
Terbaca uttanam pada Se Be untuk vuttanam pada teks.
II 11
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com