PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA AMBASAKKHARA
Ambasakkarapetavatthu (Pv 36)
‘Ada sebuah kota suku Vajji yang bernama Vesali.’ Inilah Cerita Peta Ambhasakkhara. Bagaimana asal mulanya?
Ketika Sang Buddha sedang berdiam di Hutan Jeta, raja Licchavi yang bernama Ambasakkhara -yang memiliki pandangan salah dan memegang doktrin natthika1– berkuasa di Vesali. Pada saat itu di kota Vesali ada hamparan lumpur di dekat toko seorang pedagang2 yang merepotkan banyak orang yang lewat3 di sana . Mereka harus melompatinya, sehingga beberapa terciprat lumpur itu. Ketika melihat hal ini, pedagang tersebut berpikir, ‘Orang-orang ini seharusnya tidak berjalan melalui lumpur.’Dia menyuruh mengambil tengkorak banteng4 -yang sudah tidak lagi berbau dan warnanya mirip. Induk kerang5– untuk diletakkan di sana . Pedagang ini sebenarnya bersifat luhur, tidak memiliki kecenderungan untuk marah, dan tutur katanya lembut. Dia biasa memuji keluhuran-keluhuran orang lain seperti apa adanya. 6Pada suatu hari ketika temannya sedang mandi dan tidak sedang memperhatikan, dia menyembunyikan pakaian temannya itu dengan tujuan untuk main-main menggoda. Dia memberikan pakaian itu (kembali hanya) setelah temannya kebingungan. Pedagang ini mempunyai keponakan yang mencuri barang-barang dari rumah-rumah lain dan meletakkan di tokonya. Para pemilik barang yang telah menelusuri (barang-barang mereka) itu menyeret pedagang itu dan keponakannya ke hadapan raja, bersama dengan barang-barang curian itu. Raja memerintahkan, ‘Penggal kepala orang ini, tetapi siksa keponakannya dengan tusukan!’ Pengawal raja melakukan seperti yang diperintahkan. Ketika pedagang itu meninggal, dia muncul di antara para dewa surgawi yang menerima kuda surgawi unggulan berwarna putih, yang bergerak secepat pikiran, sebagai akibat dari perbuatannya membuat jembatan dengan kepala banteng. [216] Wewangian surgawi menebar dari tubuhnya sebagai akibat dari ucapan-ucapannya memuji mereka yang memiliki keluhuran. Tetapi dia telanjang karena telah menyembunyikan pakaian. Ketika dia melilhat kebelakang pada tindakan-tindakan yang telah dilakukan di masa lalu, dia melihat keponakannya yang sedang disiksa. Hatinya tergugah dengan welas asih Dia pun menaiki kuda yang berlari secepat pikiran itu untuk pergi di tengah malam ke tempat (keponakannya) disiksa. Dia berdiri tidak jauh dari situ, dan setiap hari berkata, Tetaplah hidup, sahabatku, karena tetap hidup adalah lebih baik.’
Pada saat itu, raja Ambasakkhara sedang mengelilingi kota dari sebelah kanan sambil duduk di punggung gajah yang paling agung. Dia melihat seorang wanita di jendela terbuka suatu rumah, yang sedang mengamati keagungan kerajaan itu. Raja jatuh cinta padanya dan memberi kode pada seorang laki-laki yang duduk di dekat situ seolah-olah berkata, ‘Engkau melihat rumah dan wanita itu’. Setelah sampai ke tempat tinggal kerajaan, raja mengirimkan laki-laki tersebut dengan pesan, ‘Pergilah dan cari tahu, kuperintahkan, apakah wanita itu mempunyai suami atau tidak!’Pesuruh itu pergi dan mendapati bahwa wanita itu telah bersuami. Lalu dia memberitahu raja. Sang raja -karena memikirkan bagaimana caranya dia dapat mengambil wanita itu sebagai isterinya7– memanggil suami wanita itu dan berkata, ‘Kemarilah, kataku, dan masuklah menjadi pelayanku!’ Karena takut, dengan enggan suami itu setuju melayani raja. Dia berpikir bahwa jika dia tidak melakukan apa yang dikatakan oleh raja, maka raja akan menghukumnya. Jadi, setiap hari dia pergi untuk melayani raja. Raja menyuruh agar dia diberi makanan dan upah. Setelah beberapa hari berlalu, raja berkata kepada laki-laki itu ketika dia datang untuk bekerja di suatu pagi, ‘Engkau harus pergi, kuperintahkan, ke suatu tempat yang ada kolam teratainya. Dan dari sana ambillah sejumlah tanah liat merah dan lili air merah. Jilka engkau tidak kembali hari ini juga; engkau akan kehilangan hidupmu!’ Ketika laki-laki itu telah pergi, raja memberitahu penjaga gerbang, ‘Semua gerbang harus ditutup persis sebelum matahari terbenam.’ Walaupun kolam teratai itu terletak sedikitnya tiga yojana dari Vesali, tetapi -karena didorong oleh rasa takut akan kematian- dia sampai di kolam teratai dengan kecepatan angin sebelum tengah hari. Karena sebelumnya telah mendengar8 bahwa kolam teratai itu dihuni oleh makhluk-makhluk bukan-manusia, maka dengan rasa takut dia mengelilinginya sambil bertanya-tanya di dalam hati, ‘Apakah ada bahaya di sini ?'[217] Ketika melihatnya, mahluk penjaga 9kolam teratai itu merasa kasihan padanya. Dalam bentuk manusia dia mendekati laki-laki itu sambil berkata, ‘Dengan tujuan apa engkau datang ke sini, wahai manusia yang baik?’ Laki-laki itu pun menyampaikan kisahnya.’Jika demikian halnya, ambillah apa pun yang engkau butuhkan’, katanya. Setelah mengungkapkan bentuk surgawinya, makhluk itu lenyap. Laki-laki itu mengumpulkan tanah liat merah dan lili air merah di sana , dan sampai di gerbang kota persis sebelum matahari terbenam. Penjaga gerbang melihatnya dan menutup gerbang persis ketika laki-laki itu memanggil. Karena tidak dapat masuk melalui gerbang yang tertutup, dia memanggil laki-laki yang diikat di dekat gerbang untuk menjadi saksinya sambil berkata, ‘Ketika saya datang persis sebelum matahari terbenam, mereka menutup gerbang persis ketika saya memanggil. Engkau mengetahui bahwa saya datang persis pada waktunya, dan tidak ada kesalahan di pihak saya.’Ketika mendengar ini, orang yang diikat itu berkata, ‘Saya sedang menghadapi kematian -karena telah dihukum lewat siksa penusukan. Bagaimana saya bisa menjadi saksimu? Tetapi ada peta dengan kekuatan supra-natural yang besar, yang akan dating ke dekatku – engkau seharusnya memanggil dia sebagai saksimu.’ Tetapi bagaimana saya bisa melihatnya?’ ‘Jika engkau tetap di sini, engkau akan melihatnya sendiri.’Maka dia tetap berada di sana dan melihat peta itu datang pada bagian kedua malam itu. Laki-laki itu meminta dia sebagai saksinya. Pada saat matahari terbit, raja berkata, ‘Engkau tak mematuhi perintahku sebagai raja. Oleh karena itu, aku harus menghukummu’. Laki-laki itu berkata, ‘Paduka tuanku, saya bukannya tidak mematuhi perintahmu. Saya tiba di sini sebelum matahari terbenam.’ ‘Siapakah saksimu?’ Laki-laki itu menyatakan bahwa saksinya adalah peta telanjang yang datang di hadapan orang yang sedang menjalani hukuman siksa penusukan itu. Ketika raja berkata, ‘Bagaimana kami bias mempercayai hal ini?’, dia menjawab,’Malam ini juga, suruhlah seseorang yang Paduka percayai untuk pergi bersama saya.” Ketika mendengar ini, raja sendiri pergi bersama laki-laki itu dan berdiri di tempat itu. Ketika peta itu datang dan berkata, Tetaplah hidup, sahabatku, karena tetap hidup adalah lebih bak, raja pun bertanya dengan lima syair yang bermula: ‘Baginya tidak ada berbaring dan tidak ada duduk.’ Tetapi sebelum lima syair itu, disisipkan syair (yang bermula:) ‘ Ada sebuah kota suku Vajji yang bernama Vesali’oleh mereka yang mengulang teks dengan tujuan menunjukkan konteksnya.
1. [218] ” Ada sebuah kota suku Vajji yang bernama Vesali; di sana Licchavi Ambasakkhara, setelah melihat peta di luar kota , menanyai dia persis di sana , karena ingin mengetahui alasannya.”
2. ‘Baginya tidak ada berbaring maupun duduk, juga tidak ada melangkah ke depan atau ke belakang; baginya10 bahkan tidak ada kesenangan menikmati pakaian dan (makanan yang) dimakan, diminum dan dikunyah.
3. Mereka yang di masa lalu adalah sanak saudaranya, teman-temannya yang memiliki belas kasihan, yang dulu terlihat dan terdengar bersamanya – mereka sekarang bahkan tidak dapat melihat dia, 11keadaannya adalah keadaan yang terbuang 12oleh orang-orang itu.
4. Mereka yang telah jatuh kini tidak mempunyai teman teman-teman meninggalkanmu ketika mereka tahu kekuranganmu;13tetapi mereka mengelilingimu ketika mereka melihat kesejahteraanmu – mereka yang berkembang mempunyai banyak teman.
5. Setelah kehilangan semua harta miliknya, dalam keputusasaan ‘14berlumuran dan dengan seluruh tubuhnya terkoyak, bagaikan tetes embun yang bergantung, 15akhir hidupnya (akan datang) hari ini atau besok.
6. Setelah sampai pada keputusasaan semacam itu, disiksa hukuman ditusuk di tiang pancang kayu nimba16 – maka yakkha, karena apa engkau bisa berkata, “Tetaplah hidup, sahabatku, karena tetap hidup adalah lebih baik”?’
1 Di sana (tatha): di Vesali itu. Di luar kota (nagarassa bahiram): yang berada di luar kota ; hal itu terjadi, muncul, mengambil tempat persis di luar kota Vesali. 17[219] Persis disana (tatth’eva): persis di tempat di mana raja melihat dia. Dia (tam): peta itu. Karena ingin mengetahui alasannya (karanatthiko): karena ingin mengetahui alasan mengapa dia mengatakan,18‘Tetaplah hidup, sahabatku, karena tetap hidup adalah lebih baik’
2 Baginya tidak ada berbaring maupun duduk (seyya nisajja nayimassa atthi): bagi orang yang diikat dalam penyiksaan itu tidak ada berbaring – dengan ciri yang menonjol untuk berbaring yaitu ditelentangkan di punggungnya,19maupun duduk – dengan ciri yang menonjol untuk duduk yaitu bersila dan sebagainya. Juga tidak ada melangkah ke depan atau ke belakang (abhikkamo n’atthi patikkamo va): juga tidak ada baginya bahkan gerakan yang terkecil sekalipun ‘20dengan ciri yang menonjol yaitu melangkah maju. Bahkan kesenangan (paricarika sa pi): 21baginya bahkan tidak ada kesenangan indera,22dengan ciri yang menonjol 23yaitu menikmati penggunaan pakaian dan (makanan) yang dimakan, diminum dan dikunyah24 dan sebagainya. (Bacaan)25 alternatifnya adalah bahkan perawatan (pariharana sa pi): baginya bahkan tidak ada perawatan untuk mempertahankan indera-inderanya22 dengan cara menikmati penggunaan (pakaian dan makanan) yang dimakan dan sebagainya, yang berarti26 dia terampas dari kehidupan. Beberapa terbaca ‘bahkan perhatian untuk’ (paricarana sa pi).
3 Mereka yang di masa lalu adalah teman-temannya yang memliki belas kasihan, yang dulu terlihat dan terdengar bersamanya (ditthasuta suhajja anukampaka yassa ahesum pubbe): mereka yang di masa lalu adalah teman-temannya yang berbaik-hati, yaitu mereka yang dilihat bersama dengan dia atau pun teman-teman yang tidak terlihat (demikian). Bahkan melihat (datthum pi): yang artinya bahwa mereka ini bahkan tidak dapat melihat27 (dia), apalagi berdiam (bersamanya). Keadaannya adalah keadaan yang terbuang (virajitatto): kondisinya adalah kondisi karena telah ditolak. Oleh orang-orang itu (janena tena): oleh orang-orang yang dulunya adalah sanak saudaranya dan sebagainya.
4 Mereka yang telah jatuh kini tidak mempunyai teman (na oggatattassa bhavanti mitta): mereka yang telah mati, mereka yang kesadarannya telah pergi, memang tidak mempunyai teman karena mereka telah pergi ke luar batas kemampuan yang dapat dilakukan oleh teman-teman mereka. Teman-teman meninggalkanmu ketika mereka tahu kekuranganmu (jahanti mitta vikalam viditva): teman-teman meninggalkanmu sambil berpikir, Tidak ada apa pun yang dapat diperoleh dari orang ini’, ketika mereka tahu bahwa dia tidak memiliki harta sekalipun ketika masih hidup, apalagi ketika sudah mati. Tetapi mereka mengelilingimu ketika mereka melihat kesejahteraanmu (atthan ca disva parivarayanti): tetapi mereka mengelilingimu dengan percakapan-percakapan yang penuh kasih sayang dan memandang setiap penampilanmu28 ketika mereka melihat kekayaan, kesejahteraan, dan kemakmuranmu. Mereka yang berkembang mempunyai banyak teman (bahu mitta uggatattassa honti): [220] mereka yang memiliki kekayaan, yang mempunyai sifat berkembang, dan yang sukses memiliki banyak teman, yang artinya inilah hukum di dunia.
5 Setelah kehilangan semua harta miliknya (nihinattho sabbabhogehi): telah menjadi kurang dalam hal kepemilikan, baik besar maupun kecil. Dalam keputus-asaan (kiccho): dalam kesengsaraan.29Berlumuran (sammakkhito): dengan tubuh yang dilumuri darah. Dengan seluruh tubuhnya terkoyak (samparibhinnagatto): dengan tubuhnya yang robek di dalam karena tertusuk tiang pancang. Bagaikan tetes embun yang bergantung (ussavabindu va palimpamino): mirip tetes embun yang bergantung di ujung bilah rumput. Hari ini atau besok (ajja suve): akhir, berhentinya, kehidupan orang ini (akan) sungguh-sungguh (datang) hari ini atau besok, yang artinya kehidupannya akan berhenti berlanjut setelah ini.
6 Ditusuk (uttasitam):diikat, dipasang. Di tiang pancang kayu nimba (picumandassa sule): di tiang pancang yang terbuat dari batang pohon nimba. Karena apa (kena vannena): untuk alas an apa? Tetaplah hidup, sahabatku, karena tetap hidup adalah lebih baik (jiva bho jivitam eva seyyo): tetaplah hidup, sahabatku yang baik Mengapa? Karena tetap hidup bagimu walaupun dihukum tusuk di sini, masih saja seratus kali, seribu kali, lebih bak lebih bagus daripada kehidupan (yang menunggumu) setelah engkau jatuh dari sini.
Ketika ditanya demikian oleh raja, peta itu menyampaikan empat syair untuk menjelaskan apa yang dimaksudkannya:
7. ‘Dahulu dia adalah saudara-sedarah saya, saya ingat, di dalam kehidupanku sebelumnya. Ketika melihat dia, saya memiliki kasih sayang untuknya dengan pemikiran, “Jangan biarkan watak yang jahat itu jatuh ke dalam neraka.”
8. Ketika dia jatuh dari sini, O Licchavi, laki-laki ini, pelaku tindakan-tindakan yang jahat ini, 30akan muncul di neraka yang penuh sesak dan mengerikan, yang amat panas, kejam, dan menakutkan.
9. Tiang pancang ini sungguh berkali-kali tak terhitung banyaknya jauh lebih baik daripada neraka. Jangan biarkan dia jatuh ke dalam neraka yang amat menyengsarakan, kejam dan menakutkan, yang amat sangat menyakitkan.
10. [221] Seandainya saja sekarang ini dia mendengar kata-kataku ini, dia akan menjadi menderita dan mungkin melepaskan nafas kehidupannya. Oleh karena itulah saya tidak berbicara di hadapannya – kalau-kalau akhir hidupnya (datang) hanya melalui saja semata.’
7 Di sini, saudara_darah (salohito): karena memiliki darah yang sama, terhubung lewat kelahiran, artinya seorang saudara. Di dalam kehidupanku sebelumnya (purimaya jatiya): di dalam keberadaanku sebelum ini. Jangan biarkan watak yang jahat itu jatuh ke dalam neraka (ma papadhammo nirayam patayam): ketika melihat dia, muncullah kasih sayang saya untuknya, dan saya berpikir, ‘Jangan biarkan laki-laki berwatak jahat ini jatuh ke dalam neraka, jangan biarkan dia muncul di neraka’ – demikianlah hal ini harus dipahami.
8 Penuh sesak (sattussadam): dipenuhi makhluk yang merupakan pelaku-pelaku tindakan jahat. Atau, pilihan lain artinya, ditumpuk-tumpuk satu sama lain, dengan31 tujuh siksaan menyedihkan yang bermula dengan tusukan berunsur lima, yaitu, tusukan berunsur lima,32penuangan tembaga yang membara ke dalam mulut,33diletakkan di gunung dengan bara-bara api yang hidup,34dilempar ke dalam Kawah Besi,35dibuang masuk ke Hutan Berdaun Pedang 36harus turun ke Vetarani,37dan kemudian dilempar kembali ke dalam Neraka Besar. Amat panas (mahabhitapam): disiksa dipanasi oleh api yang besar. Kejam (katukam): tidak menyenangkan. Menakutkan (bhayanakam): menyebabkan rasa takut.
9 Berkali-kali tak terhitung banyaknya (anekabhagena gunena): berkali-kali tak terhitung (lebih) untuk keuntunganmu. Tiang pancang ini … daripada neraka (ayam eva sulo nirayena tena): yang ini lebih baik dari neraka yang merupakan tempat dia akan muncul setelah ini. Ini merupakan bentuk instrumental dalam (pengertian) ablatif. Amat sangat menyakitkan (ekantatippam): yang artinya kesengsaraan yang akut dan berlebihan, kesengsaraan yang sungguh besar
10 Seandainya saja sekarang ini dia mendengar kata-kataku ini (idan ca sutva vacanam mam’eso): apa yang dia katakan, yang bermula dengan, ‘Ketika dia jatuh dari sini’; seandainya saja dia mendengar kata-kata saya ini, maka laki-laki ini akan dibuat sengsara, akan menjadi seolah-olah dibuat mengalami kesengsaraan neraka oleh kata-kata saya ini. Mungkin melepaskan nafas kehidupannya (vijaheyya panam): mungkin meninggalkan38 kehidupannya. Oleh karena itulah (tasma): untuk alasan itu. Kalau-kalau hanya melalui saya semata (ma m’ekato): saya tidak mengucapkan kata-kata ini di hadapannya karena khawatir kalau akhir dari kehidupan laki-laki ini (akan datang) melalui saya saja. [222] Karena itu, saya hanya mengatakan, ‘Tetaplah hidup, sahabatku, karena tetap hidup adalah lebih baik- demikianlah artinya.
Ketika peta tersebut sudah menjelaskan apa yang dia maksudkan, raja menyampaikan syair yang meminta izin untuk bertanya kepada peta itu sekali lagi mengenai hal itu:
11. ‘Kenyataan-kenyataan tentang laki-laki ini telah diketahui; kami ingin bertanya padamu juga tentang hal-hal lain. Jika engkau mau memberikan izinmu, kami akan bertanya padamu, tetapi janganlah engkau menjadi marah kepada kami.’
12. Tentu saya telah memberikan persetujuan saya39 tadi – tidak ada diskusi40 dengan orang yang tidak dipercaya. Dengan berat hati saya mengganggap engkau sebagai orang yang kata-katanya dapat dipercaya. Dengan bertindak demikian, engkau boleh menanyai saya apa yang engkau inginkan dan jika mungkin (saya akan menjawab).’
Syair-syair ini adalah percakapan antara raja dengan peta itu.
11 Di sini, diketahui (annato): dipahami. Kami ingin: icchimase=icchama (bentuk tata bahasa alternatif). Kami: no=amhakam (bentuk tata bahasa alternatif). Tetapi janganlah engkau menjadi marah (na ca kujjhitabbam): engkau jangan menjadi marah karena berpikir, ‘Apakah hal yang ditanyakan oleh orang-orang ini?’
12 Tentu (addha): pasti. Saya telah memberikan persetujuan saya (patinna me): saya telah memberikan persetujuan dengan mengatakan engkau boleh meminta informasi, yang artinya saya telah memberikan izin saya.41Tadi (tada ahu): pada waktu pertama kali saya melihatmu. Tidak ada diskusi dengan orang yang tidak dipercaya (nacikhana42 appasannassa hoti): tidak ada percakapan dengan orang yang tidak dipercaya. Yang dipercaya hanya akan membicarakan segala sesuatu dengan yang mereka percaya. Tetapi tadi engkau tidak memiliki kepercayaan terhadapku, dan aku juga tidak percaya kepadamu. Untuk alasan inilah, karena telah mengakui hal ini, tidak ada keinginan untuk berbicara. 43Tetapi sekarang, dengan berat hati saya menganggap engkau sebagai orang yang kata- katanya dapat dipercaya, dengan enggan saya beranggapan bahwa apa yang engkau ucapkan adalah untuk dipercaya. Dengan bertindak demikian (iti katva): untuk alasan ini. [223] Engkau boleh menanyai saya apa yang engkau inginkan dan jika mungkin (pucchassu mam kamam yatha visayham): engkau boleh bertanya kepada saya mengenai persoalan yang engkau inginkan, dan jika mungkin -jika saya benar-benar bias maka saya akan menjawab sesuai dengan batas pengetahuan saya – demikianlah artinya.
Setelah diberi izin demikian oleh Peta itu, raja bertanya dengan syair ini:
13. ‘Apa pun yang bisa saya lihat dengan mata saya – semoga saya mempercayai semua itu. Kalaupun saya melihat sesuatu dan tetap masih tidak mempercayainya41 maka engkau harus membantu45 saya, wahai yakkha.’
13 Demikianlah artinya: apa pun yang bisa saya lihat dengan mata saya, semoga saya percaya, semoga saya akui, semuanya seperti apa adanya. Tetapi, seandainya saya melilhat sesuatu dan masih saja tidak mempercayai apa yang engkau katakan, maka engkau harus membantuku, yakkha, engkau harus menegur46 saya. Atau pilihan lain, apa pun yang mungkin saya lihat dengan mata saya (yam kincaham cakkhuna passissami): apa pun yang mungkin saya lihat dengan mata saya, karena mereka yang tanpa mata tidak dapat melihat. Semoga saya mempercayai semua itu (sabbam pi taham abhisaddaheyyam): semoga saya mempercayai semua yang saya lihat, yang saya dengar, atau yang saya ketahui, karena demikianlah kepercayaan yang saya miliki terhadap engkau – demikianlah artinya. Dan arti dari (2) baris terakhir adalah persis seperti yang dinyatakan.
Ketika mendengar ini, peta tersebut mengucapkan syair ini:47
14. ‘Biarlah saya mendapatkan janjimu yang khidmat – bahwa setelah mendengarkan Dhamma, engkau akan memperoleh bakti yang benar. 48Karena engkau ingin mengetahui dan hatimu tidak bejat, saya akan menyatakan semua Dhamma, persis seperti yang dipahami, tak peduli apakah engkau telah mendengarnya atau belum.49
[224] Dari sini dan seterusnya50 adalah syair-syair percakapan antara mereka berdua:
15. ‘Di punggung kuda putih yang dihias, engkau pergi menuju orang yang disiksa hukuman ditusuk; binatang tunggangan ini sungguh hebat dan elok dipandang – tindakan manakah yang menghasilkan ini?’
16. ‘Di pusat kota Vesali dulu ada lubang di jalan yang berlumpur; dengan bakti di hati saya mengambil kepala banteng putih51 dan meletakkannya di lubang itu.
17. Dengan menaruh kaki di atasnya, kami dan orang-orang lain dapat melewatinya; binatang tunggangan ini, yang hebat dan elok dipandang – inilah hasil dari tindakan yang sama itu.’
18. Kini kulitmu cemerlang ke semua arah dan keharumanmu menebar ke semua arah; engkau memiliki keagungan yang besar dan telah mencapai kekuatan supranormal yakkha, tetapi engkau telanjang – tindakan manakah yang menghasilkan ini?’
19. ‘Bebas dari kemarahan dan dengan bakti secara terus menerus di hati, saya mendekati orang-orang dengan tutur kata yang halus; kulit surgawi saya ini terus-menerus cemerlang – inilah hasil dari tindakan yang sama itu.’
20. Ketika saya melihat kemasyhuran dan ketenaran mereka yang mantap di dalam Dhamma, saya mengelukan (mereka) dengan bakti di hati saya; keharuman surgawi saya ini terus-menerus menyebar – inilah hasil dari tindakan yang sama itu.
21. Sementara teman-teman saya mandi di tempat permandian, secara main-main dan tanpa pikiran yang bejat, saya mengambil pakaian mereka dan menyembunyikannya di gundukan tanah – untuk alasan inilah saya telanjang dan menjalani kehidupan yang penuh kesulitan”.
22. [225] ‘Bagi orang yang menjalankan tindakan jahat untuk kesenangan, demikianlah hasil dari tindakannya itu; tetapi bagi orang yang melakukannya bukan untuk kesenangan, apa yang mereka katakan merupakan hasil dari tindakannya itu?’
23. ‘Orang-orang yang memiliki tujuan dan pikiran yang bejat serta ternoda dalam tubuh dan ucapan – kelompok mereka itu, pada saat tubuhnya hancur, tak diragukan lagi akan menuju ke neraka.
24. Tetapi mereka yang lain, yang -karena merindukan keadaan yang bahagia- senang berdana dan memiliki sifat yang simpatik52 – kelompok mereka itu, pada saat tubuhnya hancur, tak diragukan lagi akan menuju keadaan yang bahagia
14 Di sini, biarlah saya mendapatkan janjimu yang khidmat (saccappatinna tava me sa hotu): buatlah agar janjimu kepadaku ini adalah janji yang serius. Bahwa setelah mendengarkan Dhamma, engkau akan memperoleh bakti yang benar (sutvana dhammam labha suppasadam): bahwa setelah mendengar Dhamma yang telah saya sampaikan ini, engkau akan memperoleh bakti yang sejati. Ingin mengetahui (annatthiko): ingin memahami. Persis seperti yang dipahami (yatha pajanam): persis seperti yang lain juga akan memahaminya; atau, pilihan lain, persis seperti yang dipahami (yatha pajanam): artinya persis seperti yang telah direalisasikan olehku.
15 Tindakan manakah yang menghasilkan ini (kiss’etam kammassa ayam vipako): dari apakah ini, sesungguhnya ini dari apa? Dari tindakan apa hasil ini muncul? Atau, pilihan lain etam (tidak diterjemahkan) hanyalah partikel; dari tindakan apa – demikianlah hal ini harus dipahami.53Beberapa terbaca kissa te (artinya tetap tidak berubah).
16 Di jalan yang berlumpur (cikkhallamagge):54di jalan yang penuh lumpur. Lubang (narakam): tempat berlubang. Saya (mengambil): ekaham=eka aham (ketetapan bentuk majemuk). Meletakkannya di lubang itu (narakasmim, nikkhipim): menurunkannya di lubang yang berlumpur itu sehingga lumpurnya tidak perlu diinjak.
17 Dari itu (tasa): dari membuat jembatan dengan kepala banteng itu.
20 Mereka yang mantap di dalam Dhamma (Dhamme thitaham): dari mereka yang merupakan pejalan-Dhamma, dari mereka yang merupakan pejalan yang mantap. 55Saya mengelukan (mantemi): saya berbicara tentang, saya merayakan.
21 [226] Secara main-main (khiddatthiko): bermaksud sebagai gurauan. Dan tanpa pikiran yang bejat (no ca padutthacitto): tidak ada kejahatan pikiran pada pemilik pakaian, yang artinya tidak ada niat mencuri mau pun niat yang menyebabkan kehilangan.56
22 Tidak untuk kesenangan (akilamano): tidak bermaksud untuk main-main, dengan kejahatan pikiran yang disebabkan oleh keserakahan57 dan sebagainya. Apa yang mereka katakana merupakan hasil dari tindakannya itu? (kim tassa kammassa vipikam ahu): menurut para bijaksana, seberapa parahnya kesengsaraan yang dihasilkan dari tindakan jahatnya yang dilakukan dengan cara itu?58
23 Yang memiliki tujuan dan pikiran yang bejat (dutthasankappamana): dengan pemikiran yang dengki karena berbagai tujuan yang melibatkan nafsu indera dan sebagainya. Dengan cara ini dia berbicara tentang perilaku pikiran yang jahat. Serta ternoda dalam tubuh dan ucapan (kayena vacaya ca sankilittha): ternoda dalam tubuh dan ucapan karena menghancurkan makhluk hidup dan sebagainya.
24 Merindukan (asamana): berharap, menginginkan.
Setelah buah dari tindakan-tindakan itu secara ringkas dipertunjukkan dengan analisa oleh peta itu, raja mengucapkan syair ini karena tidak mempercayai apa yang telah didengarnya:
25. ‘Bagairnana saya dapat mengetahui hal ini secara pasti, bahwa ini adalah hasil dari tindakan-tindakan bajik dan jahat? Atau dari apa yang telah saya lihat, mana yang harus saya percayai? Atau bahkan, siapa yang bisa membuat saya mempercayai hal ini?’
25 Di sini, bagaimana saya dapat mengetahui hal ini secara pasti (tam kin ti janeyyam aham anecca): bagaimana, untuk alasan apa, saya dapat mempercayai -secara pasti, tanpa harus bergantung atas orang lain- hasil dari tindakan-tindakan yang bajik dan jahat yang dikatakan mengenai engkau dan dianalisa olehmu melalui, ‘Orang-orang yang memiliki tujuan dan pikiran yang bejat serta ternoda dalam tubuh dan ucapan’ dan seterusnya dan ‘Tetapi mereka yang lain, yang -karena merindukan keadaan yang bahagia’ dan seterusnya. Atau dari apa yang telah saya lihat, mana yang harus saya percayai (kim va ‘ham disva abhisaddaheyyam): atau dari bukti yang telah saya lihat dengan mata saya sendiri, mana yang harus saya setujui? Atau bahkan, siapa yang bisa membuat saya mempercayai hal ini? (ko va pi mam saddahapeyya etam): atau orang terpelajar mana, manusia bijaksana mana, yang bias membuat saya percaya pada hal ini, yang artinya tolong beritahukan padaku tentang hal ini.
[227] Ketika mendengar ini, peta tersebut menyampaikan syair-syair yang menjelaskan hal itu kepadanya dengan cara yang nalar:
26. ‘Setelah engkau melihat dan mendengar, engkau harus percaya bahwa ini adalah hasil dari tindakan-tindakan yang bajik dan jahat; seandainya saja tindakan-tindakan yang bajik maupun jahat keduanya tidak ada, bagaimanakah para makhluk bisa memiliki kehidupan yang bahagia atau sengsara?
27. Dan seandainya saja manusia tidak melakukan tindakan-tindakan di sini -yaitu tindakan-tindakan yang bajik dan jahat di alam manusia- maka tidak akan ada makhluk yang memiliki kehidupan yang bahagia atau sengsara, (tidak ada) yang rendah dan tinggi di alam manusia.
28. Tetapi karena manusia memang melakukan tindakan-tindakan -yaitu tindakan-tindakan yang bajik dan jahat di alam manusia- maka (ada) makhluk-makhluk yang memiliki kehidupan-kehidupan yang bahagia atau sengsara, (yang) rendah dan tinggi di alam manusia.
29. Sekarang ini mereka mengatakan bahwa hasil dari tindakan-tindakan adalah berunsur-dua -yaitu yang harus dialami sebagai kebahagiaan dan yang dialami sebagai kesengsaraan; para devata memuaskan diri59 sementara orang-orang tolol yang tidak melihat dualitas itu direbus.’60
26 Di sini, setelah engkau melihat (disva): setelah engkau juga melihat dengan matamu sendiri. Mendengar (sutva): (setelah engkau) mendengar Dhamma, engkau dapat menyimpulkan sendiri, membuat penilaianmu sendiri sesuai dengan itu. Dari tindakan-tidakan yang bajik dan jahat: kalyanapapassa=kalyanassa papassa (ketentuan bentuk majemuk); engkau harus percaya bahwa kebahagiaan ini dan kesengsaraan ini adalah hasil dari tindakan-tindakan yang bajik dan tak-bajik. Seandainya saja keduanya tidak ada (ubhaye asante ): seandainya kedua jenis tindakan, yaitu tindakan yang luhur dan jahat, tidak diketahui. Bagaimanakah para makhluk bisa memiliki kehidupan yang bahagia atau sengsara? (siya nu satta sugati duggata va): artinya bagaimana bisa, bagaimana61 mungkin, hal itu menjadi kenyataan bahwa makhluk-makhluk ini telah pergi menuju ke alam bahagia atau ke alam menderita, atau bahwa yang kaya ada dalam keadaan bahagia dan yang miskin dalam keadaan yang sengsara? [228] Dia 62 sekarang menjelaskan masalah ini sesuai dengan, dan sebagai tambahan63 untuk, apa yang telah dikatakan melalui dua syair (yang bermula:) ‘Dan (seandainya saja manusia) tidak (melakukan) tindakan-tindakan di sini’, dan ‘Tetapi karena (manusia memang melakukan) tindakan-tindakan.’
28 Di sini, rendah dan tinggi (hina panita): rendah dan tinggi dalam keluarga, penampilan, kekayaan, pengikut dan sebagainya.
29 Sekarang ini mereka mengatakan bahwa hasil dari tindakan-tindakan adalah berunsur-dua (dvay’ ajja kammanam vipakam ahu): dewasa ini, sekarang, mereka berkata, mereka berbicara tentang hasil dari tindakan perilaku yang baik dan buruk sebagai berunsur-dua, yaitu terdiri dari dua jenis. Apakah dua jenis itu? Dia mengatakan, 64yang harus dialami sebagai kebahagiaan dan yang dialami sebagai penderitaan (sukhassa dukkhassa ca vedaniyam): yang cocok untuk mengalami apa yang menyenangkan dan apa yang tidak menyenangkan. 65Para devata memuaskan diri (ta devatayo paricarayanti): karena superioritas kebajikan, mereka memperoleh hasil yang akan dialami sebagai kebahagiaan – mereka akan menjadi devata devaloka. 66Dan karena memiliki kebahagian surgawi, mereka memuaskan indera-indera mereka. 67Sementara orang-orang tolol yang tidak melihat dualitas itu direbus (paccanti bala dvayatam apassino): sementara orang-orang tolol yang tidak melihat dan tidak percaya adanya (aspek) tindakan dan hasil dari tindakan berunsur-dua itu mengejar tindakan-tindakan jahat, dan karena tindakan-tindakan itu mereka direbus, menemui kesengsaraan, berada di neraka-neraka dan sebagainya dan mengalami hasil-hasil yang harus dialami sebagai kesengsaraan.
Mengacu pada pertanyaan (raja), ‘Tetapi mengapa kamu, yang percaya demikian pada buah dari tindakan-tindakan, menderita kesengsaraan seperti itu?’, dia kemudian mengucapkan syair ini:
30. Tidak ada tindakan-tindakan saya yang dilakukan oleh diri saya, dan bahkan tidak juga ada orang yang, setelah memberi, kemudian menujukan kepada saya pakaian, tempat tidur dan makanan serta minuman – karena itulah saya telanjang dan menjalani kehidupan yang penuh kesulitan.’
30 Di sini, tidak ada tindakan-tindakan saya yang dilakukan oleh diri saya (na m’ atthi kammani sayam katani): karena tidak ada tindakan-tindakan saya yang berjasa, karena tak satu pun yang diketahui, yang dilakukan di masa lalu oleh saya sendiri yang menyebabkan sekarang saya bisa memperoleh pakaian dan sebagainya. Bahkan tidak juga ada orang yang, setelah memberi, kemudian menujukannya kepada saya (datva pi me n’ atthi so adiseyya): tidak juga ada orang yang, setelah memberikan dana kepada para petapa dan brahmana, kemudian menujukannya, akan mempersembahnya, kepadaku dengan berkata, ‘Biarlah ini untuk peta anu itu.’ Karena itulah saya telanjang dan menjalani kehidupan yang penuh kesulitan (ten’ amhi naggo kasira ca vutti): karena dua alasan inilah [229] maka saya sekarang telanjang, tidak berpakaian, dan menjalani kehidupan, keberadaan yang sengsara dan penuh kesulitan.
Mendengar ini, raja -yang menginginkan agar peta itu memperoleh pakaian dan sebagainya- mengucapkan syair ini:
31. ‘Apakah ada sarana tertentu, yakkha, yang dengannya engkau bisa memperoleh pakaian? Beritahukanlah padaku jika ada kondisi apa pun – karena kami akan mendengarkan pernyataan dari kondisi-kondisi apa pun yang dapat dipercaya.’
31 Di sini, yang dengannya (yena): artinya apakah bisa ada, mungkin ada, suatu sarana yang dengannya engkau bisa memperoleh, engkau mungkin memperoleh, pakaian? Jika ada: yadatthi=yadi atthi (ketentuan bentuk majemuk).
Kernudian peta itu menyampaikan syair-syair ini untuk memberitahukan tentang sarananya:
32. ‘Di sini ada seorang bhikkhu bernama Kappitaka, orang yang meditatif, yang memiliki moralitas yang baik, seorang Arahat, yang telah terbebas, dengan indera yang terjaga baik terkendali oleh peraturan Patimokkha, yang telah menjadi sejuk dan tiba pada pandangan tertinggi;
33. Baik tutur katanya, ramah tamah, baik bicaranya, berwajah ramah, berpengetahuan baik, dan orang yang berbicara dengan bersahabat, suatu ladang-jasa, orang yang berdiam dalam kedamaian dan orang yang pantas memperoleh dana dari para dewa dan manusia.
34. Tenang, tak-berasap, tidak kacau, bebas dari nafsu, telah terbebas, bebas dari anak panah, tanpa ego, lurus, tanpa sisa noda, orang yang telah menghancurkan semua rintangan, orang yang telah mencapai tiga pengetahuan, 68yang cemerlang;
35. Tak dikenal dan tidak mudah dikenali bahkan ketika dilihat, di antara suku Vajji mereka menyebutnya “petapa”; para yakkha mengenalnya sebagai yang bebas dari nafsu, berkelana di dunia dengan sifat yang elok.
36. [230] Seandainya saja engkau memberi kepadanya satu atau dua perangkat, dan mempersembahkan barang ini untukku, dan barang ini diterima, engkau akan melihatku berpakaian lengkap.’
32 Di sini, bernama Kappitaka (Kappitako nama): dia berbicara mengacu pada penahbis Y M. Upali Thera, pemimpin (satu masa) dari seribu petapa berambut-kusut.69Di sini (idha): di dekat Vesali ini. Orang yang meditative(jhayi): meditatif karena jhana yang diasosiasikan dengan buah yang tertinggi.70Yang telah menjadi sejuk (sitibhuto): yang telah mencapai keadaan yang sejuk dengan cara menghilangkan tekanan panasnya semua kekotoran batin. Tiba pada pandangan tertinggi (uttamaditthipatto): tiba pada yang tertinggi, pada buah yang tertinggi, pada pandangan benar.71
33 Baik tutur katanya (sakhilo): lembut. Baik bicaranya (suvaco): lembut hati. Berpengetahuan baik (svagamo): orang yang kepadanya tradisi telah diturunkan72 dengan baik. Dan orang yang berbicara dengan bersahabat (suppatimuttako ca): orang yang berbicara dengan sangat ramah, yang artinya orang yang madya dalam berbicara. 73Orang yang berdiam dalam kedamaian (aranavihari): orang yang berdiam dalam cinta kasih
34 Tenang (santo): dengan kekotoran batin yang ditenangkan. Tak-berasap (vidhumo): tidak memiliki asap buah-pikir yang salah. 78Tidak kacau (anigho): bebas dari kesengsaraan. Bebas dari nafsu (niraso): bebas dari keserakahan. Telah terbebas (mutto): bebas dari semua dumadi (di masa depan ). 75Bebas dari anak panah (visallo): tidak memiliki anak panah nafsu dan sebagainya. Tanpa ego (amamo): bebas dari dorongan keegoisan. Lurus (avanko): bebas dari cara-cara yang tidak jujur seperti misalnya (tindakan-tindakan) yang jahat lewat tubuh dan sebagainya. Tanpa sisa noda (nirupadhi): orang yang telah meninggalkan endapan seperti misalnya kekotoran batin dan penumpukan dan sebagainya. 76Orang yang telah menghancurkan semua rintangan (sabbapapancakhino): orang yang telah membakar rintangan-rintangan seperti misalnya keserakahan dan sebagainya. Cemerlang (jutima): cemerlang dengan kecemerlangan pengetahuan yang tak dapat dilampaui.
35 Tidak dikenal (appannato): tidak dikenal dengan baik karena kebutuhan-kebutuhannya amat sangat sedikit, dan keluhuran-keluhurannya tersembunyi. 77Tidak mudah dikenali (na sujano): karena sifatnya yang mendalam, dia tidak mudah dipastikan memiliki keluhuran semacam itu, memiliki sifat semacam itu, dan kebijaksanaan semacam itu, bahkan ketika terlihat. Para yakkha mengenalnya sebagai yang bebas dari nafsu (jananti tam yakkhabhuta anejam): dan para yakkha mengenalnya sebagai yang bebas dari nafsu, bebas dari keserakahan, seorang Arahat. Dengan sifat yang elok (kalyanadhammam): dengan kualitas keluhuran yang baik dan sebagainya.
36 Kepadanya (tassa): kepada Kappitaka Thera senior itu. Satu perangkat (ekam yugam): seperangkat pakaian. Atau dua (duve va): atau dua setel pakaian. Mempersembahkan barang ini untukku: mam uddisitvana=mamam uddisiva78 (bentuk tata bahasa alternatif). [231] Dan barang ini diterima (patiggahitani ca tani c’assu): jika perangkat pakaian ini diterima, seharusnya diterima oleh dia. Berpakaian lengkap (sannaddhadussam): aku mengenakan pakaian dengan lengkap, yang artinya berpakaian dan tertutupi dengan pakaian, dengan pakaian yang telah dia terima.79
Raja itu kemudian bertanya tentang tempat tinggal thera itu:
37. ‘Di tempat manakah petapa itu berdiam, di mana kami bisa pergi sekarang dan menjumpai beliau yang hari ini bisa menghalau keraguan dan ketidakpastianku, geletar pandangan (salah) ini?’
37 Di sini, di tempat manakah? (kasmim padese): di tempat yang mana? Yang hari ini: yo m’ajja=yo ajja; (kata-kata) secara fonim dihubungkan oleh suku kata ma.80
Peta itu kemudian berkata:
38. ‘Dia sedang duduk di Kapinaccana, dikelilingi oleh banyak devata; yang bernama sesuai itu sedang memberikan khotbah Dhamma, waspada berkenaan dengan (ajaran-ajaran) gurunya sendiri.’81
38 Di sini, di Kapinaccana (Kapinaccanayam): di tempat yang biasanya dikenal dengan nama Kapinaccana karena kera-kera (kapinam) penghuni hutan itu, 82yang menari (naccanena). Yang bernama sesuai (saccanamo) :83diberi nama dengan tepat, diberi nama sesuai dengan sifat-sifat yang disebutkan- ‘meditatif, yang memiliki moralitas yang baik, seorang Arahat, yang telah terbebas’ dan sebagainya.
Ketika peta itu mengatakan ini, raja mengucapkan syair ini karena ingin segera mengunjungi thera tersebut:
39. ‘Saya sekarang akan pergi dan melakukan apa yang kau sarankan; saya akan memberikan seperangkat pakaian kepada petapa itu, dan jika barang ini diterima, kami akan melihatmu berpakaian lengkap.
39 [323] Di sini, saya sekarang akan melakukan: kassami=karissami (bentuk tata bahasa alternatif).
Kemudian peta itu mengucapkan syair ini untuk menunjukkan bahwa sang thera sedang mengajarkan Dhamma kepada para devata itu, 84sehingga sekarang bukan waktu yang tepat untuk mendekati beliau:
40. ‘Jangan mendekati orang yang telah meninggalkan keduniawian pada waktu yang tidak tepat – saya mohon, O, Licchavi, ini bukanlah kebiasaan85 bagimu. Dekatilah beliau sesudahnya, pada waktu yang tepat, 86dan temuilah beliau persis di sana ketika sedang duduk sendirian.’
40 Di sini, saya mohon (sadhu) adalah partikel permohonan. O, Licchavi, ini bukanlah kebiasaan bagimu (vo Licchavi n’ esa dhammo): O raja Licchavi, ini bukanlah kebiasaan bagi para raja, yang menghampiri pada waktu yang tidak tepat. Persis di sana (tattheva): pada tempat yang sama.
Ketika peta itu menyatakan hal ini, raja menyetujui dengan berkata, ‘Baiklah’, dan kembali ke tempat tinggalnya. Ketika waktu yang tepat telah muncul sekali lagi, raja pun menghampiri sang thera dengan membawa delapan perangkat pakaian. Sambil duduk di satu sisi, dia menyapa thera tersebut dengan ramah dan berkata, ‘Saya mohon terimalah delapan perangkat pakaian ini, tuan. ‘Ketika mendengar ini, sang thera kemudian bertanya untuk memulai percakapan, ‘Raja yang agung, sebelum ini engkau tidak memiliki keluhuran dalam berdana dan menindas para petapa dan brahmana. Bagaimana bias engkau sekarang ingin memberikan pakaian yang bagus ini?’ Raja memberitahulkan alasannya, dengan melaporkan kepada sang thera perjumpaannya dengan peta tersebut serta segala percakapan mereka. Kemudian raja pun memberikan pakaian- pakaian itu dan membaktikannya untuk peta tesebut. Dengan sarana ini, peta itu pun muncul di hadapan sang thera dan sang raja, lengkap dengan pakaian dan hiasan, mengenakan pakaian surgawi dan duduk di punggung kuda. Ketika melihatnya, raja merasa sangat senang, gembira, dipenuhi sukacita dan kebahagiaan. Raja berkata, Saya jelas telah melilhat dengan mataku sendiri buah dari tindakan-tindakan. Sekarang saya tidak akan melakukan tindakan-tindakan jahat. Saya hanya akan melakukan tindakan-tindakan yang berjasa’, dan mempersilahkan peta tersebut menjadi saksinya. Peta itu berkata, ‘Jika engkau, O, raja Licchavi, setelah ini meninggalkan cara-cara yang tidak luhur87 dan menuntun perilakumu sendiri sesuai Dhamma, baru dengan demikianlah saya mau menjadi saksimu dan datang ke hadapanmu. Segera lepaskanlah laki-laki yang terikat di tiang itu. Setelah memperoleh kehidupannya kembali dan membawakan diri sesuai Dhamma, mungkin dia bisa lolos dari kesengsaraan (yang menunggunya). Datanglah pada sang thera secara berkala, dan dengarkanlah Dhamma; lakukan tindakan-tindakan berjasa!'[233] Lalu peta itu pun pergi. Raja kemudian memberi hormat kepada thera tersebut dan kembali ke kota . Dengan cepat dia mengumpulkan orang-orang Licchavi. Dengan persetujuan mereka, raja melepas laki-laki itu dari tiang dan memerintahkan tabib-tabibnya untuk membuatnya sehat lagi. Dia mendekati thera tersebut dan berkata, ‘Bagi seseorang yang telah melakukan tindakan yang akan membawanya ke neraka, tuan, apakah masih mungkin ada jalan keluar dari neraka?”Mungkin, raja yang agung. Jika dia melakulkan tindakan-tindakan yang mulia dan berjasa, dia bisa lolos”, jawab sang thera. Beliau kemudian memantapkan raja dalam Perlindungan dan Lima Sila. Setelah mantap di sana dan kukuh dalam dorongan sang thera, raja pun mencapai tingkat sotapanna. Sementara itu, laki-laki yang ditusuk di tiang itu menjadi sembuh. Merasa dipenuhi kekacauan, dia meninggalkan keduniawian dan menjadi bhikkhu. Tak lama kemudian dia mencapai tingkat Arahat. Mereka yang mengulang teks mengucapkan syair-syair ini untuk menjelaskan kejadian ini:
41. ‘Dengan mengatakan, “Biarlah demikian”, dia meninggalkan tempat itu; dan dengan dikelilingi oleh sekelompok budak, raja Licchavi kembali ke kota dan tidur di tempat tinggalnya sendiri.
42. Kemudian di pagi hari, setelah mengurusi tugas-tugas rumah tangganya, dia mandi dan minum; ketika tiba waktunya yang tepat, dia memilih delapan perangkat dari almari, dan raja Licchavi menyuruh agar baju-baju dibawa oleh sekelompok budak.
43. Dia mendatangi tempat itu dan melihat petapa yang telah menjadi sejuk, duduk di kaki pohon, dengan keheningan di hati, setelah kembali dari mengumpulkan dana makanan.
44. Dia mendekati sang thera dan mengatakan hal ini kepadanya, sambil menanyakan tentang kesehatan dan kesejahteraannya, “Saya seorang Licchavi dari Vesali, tuan yang baik; mereka mengenal saya sebagai Licchavi Ambasakkhara.
45. [234] Saya mohon tuan menerima delapan perangkat pakaian saya yang indah ini; saya memberikannya kepada Yang Mulia – dengan tujuan ini sajalah saya telah datang ke sini dan saya akan gembira jika Yang Mulia berkenan melakukannya.”
46. ‘Dari jauh para petapa dan brahmana menghindari tempat tinggalmu; di tempat tinggalmu mangkuk-mangkuk mereka dipecahkan dan bahkan jubah-jubah mereka dirobek.
47. Selanjutnya, para petapa dijegal88 dan dibuat jatuh kepala dahulu – demikianlah gangguan-gangguan yang disebabkan olehmu terhadap para pertapa dan mereka yang telah meninggalkan keduniawian.
48. Engkau tidak memberikan minyak, tidak sekalipun dengan sehelai rumput pun, engkau juga tidak menunjukkan jalan kepada mereka yang tersesat; engkau sendiri akan merampas tongkat dari seorang laki-laki buta, begitu kikir dan tak-terkendalinya engkau. Sekarang, untuk alasan apakah, persisnya apa yang telah engkau lihat, sehingga engkau sekarang berbagi pakaian dengan kami?”
49. “Saya mengakui apa yang Yang Mulia katakan, tuan; saya memang mengusik para petapa dan brahmana. Tetapi bahkan tindakan jahat saya yang sama ini dilakukan secara main-main, tanpa pikiran yang bejat.
50. Seorang yakkha, 89karena telah melakukan tindakan-tindakan jahat secara main-main, mengalami penderitaan, kenikmatannya tidak lengkap. [235] Dia memiliki kemudaan yang belia namun ketelanjangannya sendiri merupakan nasibnya – apa yang bisa lebih sengsara baginya daripada itu?
51. Ketika melihat dia, saya menjadi tergugah, tuan – itulah sebabnya saya menawarkan dana ini. Saya mohon, terimalah delapan perangkat pakaian ini, tuan, dan semoga dana ini sampai ke yakkha itu.”
52. “Memang suatu dana terpuji dalam banyak cara; semoga dana ini mempunyai sifat yang tak ada habisnya bagimu sebagai pemberi. Saya terima delapan perangkat pakaianmu – semoga dana ini sampai ke yakkha itu.”
53. Kemudian raja Licchavi membersihkan diri dan memberikan dana delapan perangkat pakaian itu kepada sang thera dengan berkata, “Semoga ini diterima” (dan sesudahnya sang thera berkata), “Sekarang pandanglah yakkha itu, yang sudah mengenakan pakaian!”
54. Raja melihat yakkha itu, yang diminyaki dengan cendana pilihan, duduk di atas kuda pilihan, dengan kulit yang paling elok, berhias, mengenakan pakaian yang terhormat, dikelilingi, mencapai kekuatan supranormal besar makhluk yakkha.
55. Ketika melihatnya, raja menjadi gembira, amat senang, hatinya meremang karena sukacita, cemerlang; dia melihat tindakannya dan hasil nyata yang besar dengan matanya, melihat hal ini dengan matanya sendiri.
56. Raja menghampiri yakkha itu dan mengatakan ini kepadanya, “Saya akan memberikan dana-dana kepada para petapa dan brahmana, karena tidak ada apa pun milikku yang tidak akan saya berikan. Engkau telah menjadi bantuan yang luar biasa besar bagiku, yakkha.”
57. ‘Dan engkau telah memberikan sebagian dana atas namaku, Licchavi – ini tidaklah sia-sia; [236] saya akan menjadi saksimu; 90makhluk bukan-manusia dengan seorang manusia.”
58. “Engkau adalah tujuanku, sanak-saudaraku, penopang dan sahabatku, dan terlebih lagi, devata-ku. Saya mohon kepadamu dengan penghormatan anjali karena saya ingin menemuimu lagi, yakkha.”
59. “Jika engkau menjadi orang yang tidak memiliki keyakinan, kelihatan kikir atau memiliki hati yang salah, engkau tidak akan diizinkan melihatku sama sekali, bahkan walaupun saya melihatmu, saya tidak akan menyapamu.91
60. Tetapi jika engkau mengembangkan rasa hormat terhadap Dhamma, bergembira dalam memberi, bersifat simpatik dan menjadi sumber mata air bagi para petapa dan brahmana, dengan cara ini engkau akan diizinkan melihatku dan ketika saya melihatmu, saya akan menyapamu, tuan yang baik.92
61. Nah, sekarang cepat bebaskanlah (laki-laki) ini dari tiangnya karena dialah yang menyebabkan saya menjadi saksimu; 93karena orang yang dihukum tusuk itulah, saya pikir, maka kita telah menjadi saksi satu sama lain.93
62. Dan jika (laki-laki) ini dengan cepat dibebaskan dari tiang, dia masih bisa -dengan sebagaimana mestinya terlibat dalam keadaan-keadaan (yang bajik)94– lolos dari neraka dan95 tindakan itu menjadi tindakan yang dialami di tempat lain.
63. [237] Setelah mendekati Kappitaka pada saat yang tepat dan berbagi dengannya (apa yang engkau miliki), duduklah di dekatnya dan bertanyalah kepada beliau dengan berhadapan muka dan beliau akan menyampaikan pokok bahasan ini.
64. Datangilah saja bhikkhu itu dan bertanyalah kepada beliau. Karena engkau ingin mengetahui96 dan hatimu tidak bejat, beliau akan menyatakan semua Dhamma97 persis sebagaimana yang dipahami, tidak peduli apakah engkau telah mendengarnya atau belum.”98
65. Setelah bercakap-cakap secara diam-diam di sana dengan makhluk bukan-manusia itu dan setelah membuat dia sebagai saksinya, raja pun pergi dan di hadapan suku Licchavi dia berbicara kepada kelompok yang duduk bersama-sama itu,
66. “Dengarkan, tuan-tuan yang baik, satu kataku saja99 – saya minta dari kalian satu hadiah yang menyebabkan saya akan memperoleh manfaat. Laki-laki yang memiliki tindakan-tindakan kejam itu telah dihukum tusuk di tiang, dan hukumannya telah diterapkan100 dan telah menjadi orang yang memperoleh (keputusan raja);
67. Sudah selama 20 hari sekarang ini, dengan akibat bahwa (laki-laki) yang dihukum tusuk itu kini dalam keadaan tidak mati dan juga tidak hidup. Sekarang saya ingin membebaskannya – semoga kelompok ini mengizinkan (saya untuk bertindak) sebagaimana yang saya pikir cocok.”
68. “Segeralah bebaskan yang ini dan lain-lainnya – siapa yang akan berbicara melawan engkau yang bertindak dengan cara itu? Paduka harus melakukan apa yang engkau anggap perlu – kelompok ini mengizinkan (engkau untuk bertindak) sebagaimana yang engkau pikir cocok.”
69. [238] Raja pun mendekati tempat itu dan segera melepaskan orang yang dihukum tusuk; “Janganlah takut, sahabatku,” katanya dan dia menyuruh tabib-tabibnya merawat laki-laki itu.
70. Dia kemudian menghampiri Kappitaka pada saat yang tepat dan berbagi dengan beliau (apa yang dia miliki); ketika duduk di dekat beliau, raja Licchavi bertanya di sana , berhadapan muka, ingin sekali mengetahui beberapa sarana,
71. “Laki-laki dengan tindakan-tindakan yang kejam itu telah dihukum tusuk, telah menjalani hukuman yang dikenakan101 dan tampaknya sudah menanggungnya selama 20 hari dengan akibat bahwa (laki-laki) yang dihukum tusuk itu dalam keadaan yang tidak hidup dan tidak mati.
72. Tetapi saya sekarang telah pergi dan membebaskan dia, tuan, karena inilah kata-kata yakkha tersebut. Apakah ada suatu sarana apa pun yang menyebabkan dia tidak akan pergi ke neraka?
73. Beritahulah (saya), tuan, jika ada kondisi apa pun karena kami mau mendengar pernyataan tentang kondisi-kondisi102 apa pun yang benar. Apakah tidak bisa ada penghancuran tindakan-tindakan itu, apakah tidak ada akhir dari tindakan-tindakan itu di sini tanpa harus dialami?”103
74. “Jika dia mau dengan benar terlibat dalam keadaan-keadaan bajik, tekun siang dan malam, dia masih bisa lolos dari neraka dan104 tindakan itu akan menjadi tindakan yang harus dialami di tempat lain.”
75. ”Fakta-fakta tentang laki-laki ini sudah diketahui. Saya mohon kasihanilah juga saya sekarang, 105tuan. Dan nasihatilah saya, doronglah saya, Manusia Yang Amat Bijak, sedemikian sehingga saya tidak akan pergi ke neraka.”
76. “Engkau harus pergi mencari perlindungan hari ini juga pada Sang Buddha, [239] Dhamma dan Sangha dengan bhakti di hatimu; demikian juga engkau harus menjalankan Lima Sila, secara tidak terputus dan secara keseluruhan.
77. Engkau harus segera mengendalikan diri untuk tidak menghancurkan kehidupan makhluk-makhluk hidup dan menghindari di dunia ini dari mengambil apa yang tidak diberikan; engkau tidak boleh minum minuman yang bersifat racun dan juga engkau tidak berbicara bohong, sementara engkau harus puas dengan isterimu sendiri.106
78. Dan engkau harus menjalankan tindakan-tindakan yang bajik ini, yang mengarah pada kebahagiaan yang bersifat ariya dan digenapi lewat jalan sumpah berunsur-delapan:107
79. Kepada mereka yang lurus, engkau harus memberikan dengan hati yang tulus- dana makanan, keperluan dan tempat tinggal, makanan dan minuman, makanan padat, pakaian dan tempat tinggal,
80. Dan engkau harus memuaskan -dengan makanan dan minuman- para bhikkhu yang memiliki moralitas, bebas dari nafsu indera dan terpelajar-jasa kebajikan pun terus menerus menumpuk.
81. Dengan benar melakukan demikian dalam keadaan-keadaan (yang bajik), dengan tekun siang dan malam, engkau masih bisa lolos dari neraka, dan tindakan itu akan menjadi tindakan yang dialami di tempat lain.
82. “Saya akan pergi mencari perlindungan hari ini juga pada Buddha, pada Dhamma dan Sangha dengan bhakti di hatiku; demikian pula, saya akan menjalankan Lima Sila, secara tak terputus dan secara keseluruhan.
83. Saya akan mengendalikan diri agar tidak menghancurkan kehidupan makhluk hidup dan menghindar di dunia ini dari mengambil apa yang tidak diberikan; saya tidak akan minum minuman yang bersifat racun, dan juga saya tidak akan berbicara bohong, sementara saya akan puas dengan isteriku sendiri.
84. Saya akan menjalankan tindakan-tindakan bajik yang menuju kebahagian yang didatangi lewat jalan sumpah ariya berunsur-delapan:
85. [240] Jubah dan dana makanan, keperluan dan tempat tinggal, makanan dan minuman, makanan padat, pakaian dan tempat tinggal akan saya berikan, tanpa goyah dan dengan bhakti pada Ajaran Sang Buddha, kepada para bhikkhu yang mempunyai moralitas, bebas dari nafsu indera dan terpelajar.”
86. Demikianlah Licchavi Ambasakkhara – seorang pengikut awam di Vesali yang kini memiliki keyakinan, yang lembut dan mau membantu, dan yang sekarang menopang Sahgha para bhikkhu dengan perhatian yang pantas.
87. Dan orang yang dihukum tusuk itu menjadi sembuh, dan dengan kemauannya sendiri dia dengan bahagia masuk ke dalam keadaan tak-berumah; disebabkan oleh Kappitaka, yang termulia di antara para bhikkhu, keduanya mencapai buah-buah sebagai hasil dari kehidupan seorang petapa.108
88. Berhubungan dengan manusia-manusia yang baik, mulia, dan cerdas memberikan buah yang sedemikian besar sehingga orang yang dihukum tusuk itu mencapai buah yang paling tinggi sedangkan Ambasakkhara buah yang lebih rendah.
41 Disini, tidur: vas’upaganchittha=vasamupanhchi (ketentuan bentuk majemuk dalam bentuk tata bahasa alternatif).
42 Tugas-tugas rumah tangganya (gihikiccani): tugas-tugas yang berhubungan dengan harta benda keluarga dan tanah-tanah keluarga yang harus diurusi oleh orang yang tinggal di rumah. Dia memilih (viceyya): dia memilih untuk mengambil pakaian-pakaian yang terbaik.
43 Kembali (patikkantam): kembali dari mengumpulkan dana makanan. Untuk alasan inilah dia berkata, ‘Kembali dari mengumpulkan dana makanan’.
44 Mengatakan ( avoca) : berrkata, ‘Saya seorang Licchavi dari Vesali, tuan yang baik’, dan sebagainya.
46 Dirobek: vipatayanti=viphalayanti109 (bentuk tata bahasa alternatif).
47 Dijegal (padak’udarikahi): dengan kapak (kutharini) yang dikenal sebagai kaki (padasankatahi). 110Dibuat jatuh (patayanti): disebabkan agar jatuh.111
48 [241] Dengan sehelai rumput pun (tinena): bahkan tidak dengan ujung sehelai rumput. Engkau juga tidak menunjukkan jalan kepada mereka yang tersesat (mulhassa maggam pi na pivadasi): engkau juga tidak memberitahukan jalan bagi mereka yang telah tersesat, dan malahan berpikir, ‘Biarkan saja orang itu berputar-putar ke sana kemari’; raja ini benar-benar tidak dapat diandalkan. Engkau sendiri akan merampas (sayam adiyasi): engkau sendiri akan merenggut dan mengambil tongkat dari tangan orang buta. Engkau sekarang berbagi (samvibhagam karosi): engkau sekarang berbagi, memberikan beberapa benda yang sebenarnya untuk engkau pakai sendiri.
49 Saya mengakui apa yang Yang Mulia katakan, tuan (paccemi bhante yam tvam vadesi): saya setuju dengan apa yang Bhante katakan seperti misainya, ‘(di tempat tinggalmu) mangkuk-mangkuk mereka dipecahkan’ dan sebagainya. Dia menunjukkan bahwa semua hal itu disebabkan atau dilakukan oleh dia. Tetapi bahkan ini (etam pi): tetapi bahkan ini dilakukan, ini dimaksudkan sebagai main-main.
50 Main-main: khidda=khiddaya (bentuk tata bahasa alternatif). Karena telah melakukan (pasavitva): karena telah mengumpulkan. Mengalami (vedeti): menjalani. Kenikmatannya tidak lengkap (asamattabhogi): kenikmatannya tidak genap; untuk menunjukkan kurangnya penggenapan yang sama ini di dalam kenikmatannya maka dikatakan,’Dia memiliki kemudaan yang belia’ dan sebagainya. Ketelanjangannya sendiri (nagganiyassa): keadaannya yang telanjang. Apa yang bisa lebih sengsara baginya daripada itu? (kim su tato dukkhatar’assa hoti): apa sesungguhnya yang bisa lebih menyengsarakan bagi peta itu dibandingkan keadaan telanjang tersebut?
51 Semoga dana ini sampai ke yakkha itu (yakkhass’ im’ agacchantu dakkhinayo): semoga dana pakaian yang saya berikan ini bermanfaat bagi peta itu.
52 Terpuji dalam banyak cara (bahudha pasattham): terpuji dengan berbagai cara oleh Sang Buddha dan sebagainya. Semoga dana ini mempunyai sifat yang tak ada habisnya (akkhayadhammam atthu): semoga ini memiliki sifat yang tak bisa dihancurkan.
53 Membersihkan diri (acamayitva): mencuci mulutnya, setelah sebelumnya mencuci tangan dan kakinya.
54 Diminyaki dengan cendana pillihan (candanasaralittam): diminyaki dengan sari cendana. Dengan kulit yang paling elok (ularavannam): dengan penampilan yang agung. Dikelilingi (parivaritam): dikelilingi oleh pelayan-pelayan dengan kebiasaan yang menyenangkan. Mencapai kekuatan supranormal besar makhluk yakkha (yakkhamahiddhipattam): berdiri112 karena telah mencapai kesaktian hebat yang dimiliki yakkha, kekuatan supranatural (besar) makhluk deva.
56 Mengatakan ini kepadanya: tamenamavoca113=tam enam avoca (ketentuan bentuk majemuk).
57 Engkau telah memberikan sebagian dana (ekadesam adasi): dia berbicara dengan acuan pada dana pakaian yang merupakan sebagian dari empat kebutuhan. Saksi (sakkhim): memiliki sifat saksi.
58 [242] Engkau adalah -ku: mamasi=me asi (ketentuan bentuk majemuk dalam bentuk tata bahasa alternatif). Devataku (devata me): engkau adalah devata-ku – demikianiah hal ini harus dipahami.
59 Memiliki hati yang salah (vippatipannacitto): dengan hati yang mengikuti pandangan-pandangan salah, yang artinya mengikuti jalan yang salah setelah meninggalkan jalan yang benar.114
61 Karena orang yang dihukum tusuk itulah (yato nidanam): karena dialah, karena ada di hadapannyalah.
63 Berbagi (samvibhajitva): berbagi sebagai suatu dana. Duduklah di dekatnya dan bertanyalah kepada beliau dengan berhadapan muka (sayam mukhena upanisajja puccha): tanpa mengirim orang lain, duduklah di dekatnya dan bertanyalah kepadanya secara langsung.
65 Duduk bersama-sama (sannisinnam): duduk setelah berkumpul bersama.
66 Saya akan memperoleh manfaat (labhissami attham): saya akan memperoleh manfaat yang saya inginkan. Hukumannya telah diterapkan (panihitadando): telah memperoleh hukuman fisik yang dijatuhkan. Telah menjadi orang yang memperoleh (anupattarupo): telah berada di dalam kondisi seseorang yang dikenai keputusan raja.
67 Selama 20 hari (visatirattimatta): yang artinya 20 hari telah berlalu. 115Saya … nya: taham=tam aham (ketentuan bentuk majemuk). Sebagaimana yang saya pikir cocok (yatha matim): persis seperti yang menyenangkan saya.
68 Yang ini dan lain-lainnya (etan ca annan ca): laki-laki yang dihukum tusuk ini dan orang-orang lain yang telah dikenai116 hukuman raja. Segeralah bebaskan (lahum pamunca): bebaskanlah dengan segera. Siapa yang akan berbicara melawan engkau? (ko tam vadetha): siapa di kerajaan Vajji ini yang bisa mengatakan, ‘Jangan117 membebaskan dia’, kepada orang yang bertindak dengan cara118 seperti itu, yang artinya tidak ada orang yang akan diizinkan untuk berbicara seperti itu.
69 Dan (menyuruh) tabib-tabibnya: tikicchakanan ca=tikicchake ca (bentuk tata bahasa alternatif).
72 Inilah kata-kata yakka (tersebut) (yakkhassa vaco): inilah yang dikatakan oleh peta itu. Dia menunjukkan, Saya bertindak demikian, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh peta itu tuan.’
74 Keadaan-keadaan (bajik) (dhammani): keadaan-keadaan berjasa119 yang dapat menanggulangi tindakan-tindakan jahat yang telah dilakukan sebelumnya. Tindakan itu akan menjadi tindakan yang harus dialami di tempat lain (kammam siya annatra vedaniyam): tindakan jahat yang harus dialami ketika muncul itu menjadi tindakan yang ahosi, sedangkan tindakan yang harus dialami di alam bentuk yang lain akan menjadi tindakan yang buahnya harus dialami di tempat lain, dalam bentuk yang lain (pula), artinya, (hanya) ketika samsara berlanjut untuk berputar (baginya).120
78 [243] Dan … ini (iman ca): hal ini dikatakan dengan acuan121 pada apa yang dekat atau terlihat karena dikatakan oleh dia sendiri. Yang bersifat ariya dan digenapi lewat jalan sumpah berunsur-delapan (ariyam atthangawaren’upetam): peraturan-peraturan Uposatha tertinggi yang dipenuhi, dijalankan, dengan sarana (sumpah) berunsur-delapan, yaitu mengendalikan diri untuk tidak menghancurkan kehidupan makhluk hidup dan sebagainya, serta yang bersifat ariya dalam pengertian bahwa semua itu murni. Tindakan-tindakan yang bajik (kusalam): tindakan-tindakan yang tak-ternoda. Mengarah pada kebahagian (sukhunriyam): menghasilkan kebahagiaan.
80 Jasa kebajikan pun terus-menerus menumpuk (sada punnam pavaddhati): ketika telah melakukan tindakan berjasa hanya satu kali, dia tidak sepenuhnya puas dengan pemikiran, Sampai batas itu jasa kebajikan ini sudah cukup’. Sedangkan ketika berulang-ulang menjalankan perilaku yang baik, jasa kebajikannya akan terus meningkat. Arti lainnya adalah bahwa sementara orang berulang-ulang menjalankan perilaku yang baik, buah-buah dari semua tindakan berjasanya, yang disebut jasa kebajikan, akan bertumbuh, akan bertambah, satu di atas yang lain.
Ketika thera tersebut telah berkata demikian, raja merasa ngeri akan kesengsaraan keadaan-keadaan kesedihan. 123Dengan bhakti yang meningkat pada Tiga Permata dan pada keadaan-keadaan berjasa dia berkata, ‘Saya akan pergi untulk mencari perlindungan hari ini juga pada Buddha’ dan sebagainya. Kemudian raja pun mengambil Perlindungan dan menjalani Sila.
86 Di sini, demikianlah (etadiso): demikian seperti yang telah dikatakan sebelumnya. Seorang pengikut awam di Vesali (Vesaliyam annataro upasako): dia telah menjadi umat awam di antara ribuan orang yang tak terhitung banyaknya di Vesali. Yang kini memiliki keyakinan (saddho) dan seterusnya: 124ini dikatakan untuk menunjukkan perbedaan dari sifat raja sebelumnya, dibandingkan dengan (sekarang) dia duduk bersama teman yang mulia dan sebagainya; sebelumnya, dia tidak memiliki keyakinan, kasar, dan menghina para bhikkhu serta tidak menopang Sangha, namun sekarang dia memiliki keyakinan, lembut, dan menopang Sangha para bhikkhu dengan perhatian yang sesuai. Dalam hubungan ini, mau membantu (karakaro): orang yang memberikan pelayanan.
87 Keduanya (ubho pi): dua-duanya, yaitu pria yang dihukum tusuk dan raja itu. Mencapai buah-buah sebagai hasil dari kehidupan seorang petapa (samannaphalani ajjhagum): mencapai buah-buah yang merupakan akibat dari kehidupan seorang petapa sesuai dengan ganjaran mereka. 125Hal ini menunjukkan kesesuaian ganjaran125 sehingga dikatakan, ‘ orang yang dihukum tusuk itu mencapai buah yang paling tinggi sedangkan Ambhasakkhara buah yang lebih rendah’.
88 Di sini, buah yang lebih rendah (phalam kanittham): dia berbicara mengacu buah-sotapatti.
Hal yang artinya di sini belum dianalisis dianggap cukup mudah dipahami.
Y.M. Mahakappitaka melanjutkan perjalanan ke Savatthi untuk memberikan hormat kepada Sang-Guru dan mengemukakan kepada Sang. Buddha percakapan antara raja, 126peta dan dirinya. [244] Sang Guru menganggap masalah itu sebagai kebutuhan yang muncul dan mengajarkan Dhamma. kepada kelompok yang berkumpul di sana. Ajaran itu bermanfaat bagi orang-orang tersebut.
Catatan
Bandingkan PvA 99.
Terbaca vanijassa apanasamipe pada Se Be untuk vanijjassapanasamipe pada teks.
Terbaca atikkamanta pada Se Be untuk atikkamanto pada teks.
gosisatthim, bukan jenis kayu cendana yang bagus sebagaimana disarankan oleh PED.
sahkhavannasannibham; bandingkan M i 58 = A iii 324; J iii 477.
yathabhutam.
Bandingkan KS i 102 n. 1 untuk rancangan kerajaan serupa yang dikenakan oleh istri lelaki lain.
Terbaca sutatta bhayena pada Se Be untuk sutatthabhayena pada teks.
amanusso, secara haraflah berarti makhluk bukan-manusia.
Terbaca imassa pada Se Be untuk tam assa pada teks.
Terbaca datthum pi te ‘dani na tam labhanti pada Se Be untuk datthum pi dani na labhanti tam pi pada teks.
Terbaca virajitatto pada Be untuk viridhitatto pada teks Se.
vikalam; PED sv harus diubah untulk terbaca ‘PV IV. 1 4 (=bhogaPvA 219)’.
Terbaca kiccho pada Se Be untuk kicco pada teks.
palimpamano, begitu pula semua teks tetapi bandingkan PED sv palippati.
picumandassa (Se Be pucimandassa), margosa, Azadirachta Indica; PED sv picu disalah ejakan menjadi Azadizachta.
Terbaca nagarassa bahi bhavam … jatam pavattam sambandham pada Se Be untuk nagarassa bahirabhagam … jjatam pavattam pada teks.
Terbaca vutta-atthassa pada Be untuk vutte atthassa pada teks; Se tertulis vuttassa atthassa.
Bandingkan A ii 244 dst. di mana hal ini dikatakan sebagai cara berbaring para peta.
Terbaca appamattakam pi pada Se Be untuk appamattam pi pada teks.
Terbaca imassa natthi. Paricarika sa pi ti ya asita- pada Se Be untuk imassa natthi paricarikascamitiya. Asita- pada teks.
indriya-nam.
Terbaca -lakkhana indriyanam pada Se Be untuk -lakkhanaindriyanam pada teks.
Terbaca -khayita- pada Se Be dan syair untuk -khadita- pada teks.
Be menambahkan patho di sini.
Teks secara keliru memulai kalimat baru dengan vigatajivitatta.
Terbaca passitum pi na labhanti kuto pada Se Be untuk passitum pi. Na labhanti ti kuto pada teks.
mukhullokika; bandingkan D i 60.
Terbaca parihinattho. Kiccho ti dukkhito pada Se Be untuk parihinattho kicco pada teks.
Terbaca dukkatakammakari pada Se (Be -kata-) untuk dukkhatakammakaci pada teks.
Siksaan-siksaan ini harus dijalani satu per satu di dalam siklus yang terus-menerus; bandingkan M iii 184 dst.
Bandingkan M iii 183: mereka menusukkan pancang besi panas yang merah menyala pada setiap tangan dan kaki, serta pancang besi panas yang merah menyala ke tengah dadanya.
Terbaca pancavidhabandhanam, mukhe tattalohasecanam pada Se Be untuk pancavidhabandhanamukhe tatta- pada teks.
Bandingkan Miln 303.
Lihat PvA 280 dan bandingkan J iii 22,43, iv 493, v 268; SnA 59, 480.
Bandingkan J vi250
Ketika Sang Buddha sedang berdiam di Hutan Jeta, raja Licchavi yang bernama Ambasakkhara -yang memiliki pandangan salah dan memegang doktrin natthika1– berkuasa di Vesali. Pada saat itu di kota Vesali ada hamparan lumpur di dekat toko seorang pedagang2 yang merepotkan banyak orang yang lewat3 di sana . Mereka harus melompatinya, sehingga beberapa terciprat lumpur itu. Ketika melihat hal ini, pedagang tersebut berpikir, ‘Orang-orang ini seharusnya tidak berjalan melalui lumpur.’Dia menyuruh mengambil tengkorak banteng4 -yang sudah tidak lagi berbau dan warnanya mirip. Induk kerang5– untuk diletakkan di sana . Pedagang ini sebenarnya bersifat luhur, tidak memiliki kecenderungan untuk marah, dan tutur katanya lembut. Dia biasa memuji keluhuran-keluhuran orang lain seperti apa adanya. 6Pada suatu hari ketika temannya sedang mandi dan tidak sedang memperhatikan, dia menyembunyikan pakaian temannya itu dengan tujuan untuk main-main menggoda. Dia memberikan pakaian itu (kembali hanya) setelah temannya kebingungan. Pedagang ini mempunyai keponakan yang mencuri barang-barang dari rumah-rumah lain dan meletakkan di tokonya. Para pemilik barang yang telah menelusuri (barang-barang mereka) itu menyeret pedagang itu dan keponakannya ke hadapan raja, bersama dengan barang-barang curian itu. Raja memerintahkan, ‘Penggal kepala orang ini, tetapi siksa keponakannya dengan tusukan!’ Pengawal raja melakukan seperti yang diperintahkan. Ketika pedagang itu meninggal, dia muncul di antara para dewa surgawi yang menerima kuda surgawi unggulan berwarna putih, yang bergerak secepat pikiran, sebagai akibat dari perbuatannya membuat jembatan dengan kepala banteng. [216] Wewangian surgawi menebar dari tubuhnya sebagai akibat dari ucapan-ucapannya memuji mereka yang memiliki keluhuran. Tetapi dia telanjang karena telah menyembunyikan pakaian. Ketika dia melilhat kebelakang pada tindakan-tindakan yang telah dilakukan di masa lalu, dia melihat keponakannya yang sedang disiksa. Hatinya tergugah dengan welas asih Dia pun menaiki kuda yang berlari secepat pikiran itu untuk pergi di tengah malam ke tempat (keponakannya) disiksa. Dia berdiri tidak jauh dari situ, dan setiap hari berkata, Tetaplah hidup, sahabatku, karena tetap hidup adalah lebih baik.’
Pada saat itu, raja Ambasakkhara sedang mengelilingi kota dari sebelah kanan sambil duduk di punggung gajah yang paling agung. Dia melihat seorang wanita di jendela terbuka suatu rumah, yang sedang mengamati keagungan kerajaan itu. Raja jatuh cinta padanya dan memberi kode pada seorang laki-laki yang duduk di dekat situ seolah-olah berkata, ‘Engkau melihat rumah dan wanita itu’. Setelah sampai ke tempat tinggal kerajaan, raja mengirimkan laki-laki tersebut dengan pesan, ‘Pergilah dan cari tahu, kuperintahkan, apakah wanita itu mempunyai suami atau tidak!’Pesuruh itu pergi dan mendapati bahwa wanita itu telah bersuami. Lalu dia memberitahu raja. Sang raja -karena memikirkan bagaimana caranya dia dapat mengambil wanita itu sebagai isterinya7– memanggil suami wanita itu dan berkata, ‘Kemarilah, kataku, dan masuklah menjadi pelayanku!’ Karena takut, dengan enggan suami itu setuju melayani raja. Dia berpikir bahwa jika dia tidak melakukan apa yang dikatakan oleh raja, maka raja akan menghukumnya. Jadi, setiap hari dia pergi untuk melayani raja. Raja menyuruh agar dia diberi makanan dan upah. Setelah beberapa hari berlalu, raja berkata kepada laki-laki itu ketika dia datang untuk bekerja di suatu pagi, ‘Engkau harus pergi, kuperintahkan, ke suatu tempat yang ada kolam teratainya. Dan dari sana ambillah sejumlah tanah liat merah dan lili air merah. Jilka engkau tidak kembali hari ini juga; engkau akan kehilangan hidupmu!’ Ketika laki-laki itu telah pergi, raja memberitahu penjaga gerbang, ‘Semua gerbang harus ditutup persis sebelum matahari terbenam.’ Walaupun kolam teratai itu terletak sedikitnya tiga yojana dari Vesali, tetapi -karena didorong oleh rasa takut akan kematian- dia sampai di kolam teratai dengan kecepatan angin sebelum tengah hari. Karena sebelumnya telah mendengar8 bahwa kolam teratai itu dihuni oleh makhluk-makhluk bukan-manusia, maka dengan rasa takut dia mengelilinginya sambil bertanya-tanya di dalam hati, ‘Apakah ada bahaya di sini ?'[217] Ketika melihatnya, mahluk penjaga 9kolam teratai itu merasa kasihan padanya. Dalam bentuk manusia dia mendekati laki-laki itu sambil berkata, ‘Dengan tujuan apa engkau datang ke sini, wahai manusia yang baik?’ Laki-laki itu pun menyampaikan kisahnya.’Jika demikian halnya, ambillah apa pun yang engkau butuhkan’, katanya. Setelah mengungkapkan bentuk surgawinya, makhluk itu lenyap. Laki-laki itu mengumpulkan tanah liat merah dan lili air merah di sana , dan sampai di gerbang kota persis sebelum matahari terbenam. Penjaga gerbang melihatnya dan menutup gerbang persis ketika laki-laki itu memanggil. Karena tidak dapat masuk melalui gerbang yang tertutup, dia memanggil laki-laki yang diikat di dekat gerbang untuk menjadi saksinya sambil berkata, ‘Ketika saya datang persis sebelum matahari terbenam, mereka menutup gerbang persis ketika saya memanggil. Engkau mengetahui bahwa saya datang persis pada waktunya, dan tidak ada kesalahan di pihak saya.’Ketika mendengar ini, orang yang diikat itu berkata, ‘Saya sedang menghadapi kematian -karena telah dihukum lewat siksa penusukan. Bagaimana saya bisa menjadi saksimu? Tetapi ada peta dengan kekuatan supra-natural yang besar, yang akan dating ke dekatku – engkau seharusnya memanggil dia sebagai saksimu.’ Tetapi bagaimana saya bisa melihatnya?’ ‘Jika engkau tetap di sini, engkau akan melihatnya sendiri.’Maka dia tetap berada di sana dan melihat peta itu datang pada bagian kedua malam itu. Laki-laki itu meminta dia sebagai saksinya. Pada saat matahari terbit, raja berkata, ‘Engkau tak mematuhi perintahku sebagai raja. Oleh karena itu, aku harus menghukummu’. Laki-laki itu berkata, ‘Paduka tuanku, saya bukannya tidak mematuhi perintahmu. Saya tiba di sini sebelum matahari terbenam.’ ‘Siapakah saksimu?’ Laki-laki itu menyatakan bahwa saksinya adalah peta telanjang yang datang di hadapan orang yang sedang menjalani hukuman siksa penusukan itu. Ketika raja berkata, ‘Bagaimana kami bias mempercayai hal ini?’, dia menjawab,’Malam ini juga, suruhlah seseorang yang Paduka percayai untuk pergi bersama saya.” Ketika mendengar ini, raja sendiri pergi bersama laki-laki itu dan berdiri di tempat itu. Ketika peta itu datang dan berkata, Tetaplah hidup, sahabatku, karena tetap hidup adalah lebih bak, raja pun bertanya dengan lima syair yang bermula: ‘Baginya tidak ada berbaring dan tidak ada duduk.’ Tetapi sebelum lima syair itu, disisipkan syair (yang bermula:) ‘ Ada sebuah kota suku Vajji yang bernama Vesali’oleh mereka yang mengulang teks dengan tujuan menunjukkan konteksnya.
1. [218] ” Ada sebuah kota suku Vajji yang bernama Vesali; di sana Licchavi Ambasakkhara, setelah melihat peta di luar kota , menanyai dia persis di sana , karena ingin mengetahui alasannya.”
2. ‘Baginya tidak ada berbaring maupun duduk, juga tidak ada melangkah ke depan atau ke belakang; baginya10 bahkan tidak ada kesenangan menikmati pakaian dan (makanan yang) dimakan, diminum dan dikunyah.
3. Mereka yang di masa lalu adalah sanak saudaranya, teman-temannya yang memiliki belas kasihan, yang dulu terlihat dan terdengar bersamanya – mereka sekarang bahkan tidak dapat melihat dia, 11keadaannya adalah keadaan yang terbuang 12oleh orang-orang itu.
4. Mereka yang telah jatuh kini tidak mempunyai teman teman-teman meninggalkanmu ketika mereka tahu kekuranganmu;13tetapi mereka mengelilingimu ketika mereka melihat kesejahteraanmu – mereka yang berkembang mempunyai banyak teman.
5. Setelah kehilangan semua harta miliknya, dalam keputusasaan ‘14berlumuran dan dengan seluruh tubuhnya terkoyak, bagaikan tetes embun yang bergantung, 15akhir hidupnya (akan datang) hari ini atau besok.
6. Setelah sampai pada keputusasaan semacam itu, disiksa hukuman ditusuk di tiang pancang kayu nimba16 – maka yakkha, karena apa engkau bisa berkata, “Tetaplah hidup, sahabatku, karena tetap hidup adalah lebih baik”?’
1 Di sana (tatha): di Vesali itu. Di luar kota (nagarassa bahiram): yang berada di luar kota ; hal itu terjadi, muncul, mengambil tempat persis di luar kota Vesali. 17[219] Persis disana (tatth’eva): persis di tempat di mana raja melihat dia. Dia (tam): peta itu. Karena ingin mengetahui alasannya (karanatthiko): karena ingin mengetahui alasan mengapa dia mengatakan,18‘Tetaplah hidup, sahabatku, karena tetap hidup adalah lebih baik’
2 Baginya tidak ada berbaring maupun duduk (seyya nisajja nayimassa atthi): bagi orang yang diikat dalam penyiksaan itu tidak ada berbaring – dengan ciri yang menonjol untuk berbaring yaitu ditelentangkan di punggungnya,19maupun duduk – dengan ciri yang menonjol untuk duduk yaitu bersila dan sebagainya. Juga tidak ada melangkah ke depan atau ke belakang (abhikkamo n’atthi patikkamo va): juga tidak ada baginya bahkan gerakan yang terkecil sekalipun ‘20dengan ciri yang menonjol yaitu melangkah maju. Bahkan kesenangan (paricarika sa pi): 21baginya bahkan tidak ada kesenangan indera,22dengan ciri yang menonjol 23yaitu menikmati penggunaan pakaian dan (makanan) yang dimakan, diminum dan dikunyah24 dan sebagainya. (Bacaan)25 alternatifnya adalah bahkan perawatan (pariharana sa pi): baginya bahkan tidak ada perawatan untuk mempertahankan indera-inderanya22 dengan cara menikmati penggunaan (pakaian dan makanan) yang dimakan dan sebagainya, yang berarti26 dia terampas dari kehidupan. Beberapa terbaca ‘bahkan perhatian untuk’ (paricarana sa pi).
3 Mereka yang di masa lalu adalah teman-temannya yang memliki belas kasihan, yang dulu terlihat dan terdengar bersamanya (ditthasuta suhajja anukampaka yassa ahesum pubbe): mereka yang di masa lalu adalah teman-temannya yang berbaik-hati, yaitu mereka yang dilihat bersama dengan dia atau pun teman-teman yang tidak terlihat (demikian). Bahkan melihat (datthum pi): yang artinya bahwa mereka ini bahkan tidak dapat melihat27 (dia), apalagi berdiam (bersamanya). Keadaannya adalah keadaan yang terbuang (virajitatto): kondisinya adalah kondisi karena telah ditolak. Oleh orang-orang itu (janena tena): oleh orang-orang yang dulunya adalah sanak saudaranya dan sebagainya.
4 Mereka yang telah jatuh kini tidak mempunyai teman (na oggatattassa bhavanti mitta): mereka yang telah mati, mereka yang kesadarannya telah pergi, memang tidak mempunyai teman karena mereka telah pergi ke luar batas kemampuan yang dapat dilakukan oleh teman-teman mereka. Teman-teman meninggalkanmu ketika mereka tahu kekuranganmu (jahanti mitta vikalam viditva): teman-teman meninggalkanmu sambil berpikir, Tidak ada apa pun yang dapat diperoleh dari orang ini’, ketika mereka tahu bahwa dia tidak memiliki harta sekalipun ketika masih hidup, apalagi ketika sudah mati. Tetapi mereka mengelilingimu ketika mereka melihat kesejahteraanmu (atthan ca disva parivarayanti): tetapi mereka mengelilingimu dengan percakapan-percakapan yang penuh kasih sayang dan memandang setiap penampilanmu28 ketika mereka melihat kekayaan, kesejahteraan, dan kemakmuranmu. Mereka yang berkembang mempunyai banyak teman (bahu mitta uggatattassa honti): [220] mereka yang memiliki kekayaan, yang mempunyai sifat berkembang, dan yang sukses memiliki banyak teman, yang artinya inilah hukum di dunia.
5 Setelah kehilangan semua harta miliknya (nihinattho sabbabhogehi): telah menjadi kurang dalam hal kepemilikan, baik besar maupun kecil. Dalam keputus-asaan (kiccho): dalam kesengsaraan.29Berlumuran (sammakkhito): dengan tubuh yang dilumuri darah. Dengan seluruh tubuhnya terkoyak (samparibhinnagatto): dengan tubuhnya yang robek di dalam karena tertusuk tiang pancang. Bagaikan tetes embun yang bergantung (ussavabindu va palimpamino): mirip tetes embun yang bergantung di ujung bilah rumput. Hari ini atau besok (ajja suve): akhir, berhentinya, kehidupan orang ini (akan) sungguh-sungguh (datang) hari ini atau besok, yang artinya kehidupannya akan berhenti berlanjut setelah ini.
6 Ditusuk (uttasitam):diikat, dipasang. Di tiang pancang kayu nimba (picumandassa sule): di tiang pancang yang terbuat dari batang pohon nimba. Karena apa (kena vannena): untuk alas an apa? Tetaplah hidup, sahabatku, karena tetap hidup adalah lebih baik (jiva bho jivitam eva seyyo): tetaplah hidup, sahabatku yang baik Mengapa? Karena tetap hidup bagimu walaupun dihukum tusuk di sini, masih saja seratus kali, seribu kali, lebih bak lebih bagus daripada kehidupan (yang menunggumu) setelah engkau jatuh dari sini.
Ketika ditanya demikian oleh raja, peta itu menyampaikan empat syair untuk menjelaskan apa yang dimaksudkannya:
7. ‘Dahulu dia adalah saudara-sedarah saya, saya ingat, di dalam kehidupanku sebelumnya. Ketika melihat dia, saya memiliki kasih sayang untuknya dengan pemikiran, “Jangan biarkan watak yang jahat itu jatuh ke dalam neraka.”
8. Ketika dia jatuh dari sini, O Licchavi, laki-laki ini, pelaku tindakan-tindakan yang jahat ini, 30akan muncul di neraka yang penuh sesak dan mengerikan, yang amat panas, kejam, dan menakutkan.
9. Tiang pancang ini sungguh berkali-kali tak terhitung banyaknya jauh lebih baik daripada neraka. Jangan biarkan dia jatuh ke dalam neraka yang amat menyengsarakan, kejam dan menakutkan, yang amat sangat menyakitkan.
10. [221] Seandainya saja sekarang ini dia mendengar kata-kataku ini, dia akan menjadi menderita dan mungkin melepaskan nafas kehidupannya. Oleh karena itulah saya tidak berbicara di hadapannya – kalau-kalau akhir hidupnya (datang) hanya melalui saja semata.’
7 Di sini, saudara_darah (salohito): karena memiliki darah yang sama, terhubung lewat kelahiran, artinya seorang saudara. Di dalam kehidupanku sebelumnya (purimaya jatiya): di dalam keberadaanku sebelum ini. Jangan biarkan watak yang jahat itu jatuh ke dalam neraka (ma papadhammo nirayam patayam): ketika melihat dia, muncullah kasih sayang saya untuknya, dan saya berpikir, ‘Jangan biarkan laki-laki berwatak jahat ini jatuh ke dalam neraka, jangan biarkan dia muncul di neraka’ – demikianlah hal ini harus dipahami.
8 Penuh sesak (sattussadam): dipenuhi makhluk yang merupakan pelaku-pelaku tindakan jahat. Atau, pilihan lain artinya, ditumpuk-tumpuk satu sama lain, dengan31 tujuh siksaan menyedihkan yang bermula dengan tusukan berunsur lima, yaitu, tusukan berunsur lima,32penuangan tembaga yang membara ke dalam mulut,33diletakkan di gunung dengan bara-bara api yang hidup,34dilempar ke dalam Kawah Besi,35dibuang masuk ke Hutan Berdaun Pedang 36harus turun ke Vetarani,37dan kemudian dilempar kembali ke dalam Neraka Besar. Amat panas (mahabhitapam): disiksa dipanasi oleh api yang besar. Kejam (katukam): tidak menyenangkan. Menakutkan (bhayanakam): menyebabkan rasa takut.
9 Berkali-kali tak terhitung banyaknya (anekabhagena gunena): berkali-kali tak terhitung (lebih) untuk keuntunganmu. Tiang pancang ini … daripada neraka (ayam eva sulo nirayena tena): yang ini lebih baik dari neraka yang merupakan tempat dia akan muncul setelah ini. Ini merupakan bentuk instrumental dalam (pengertian) ablatif. Amat sangat menyakitkan (ekantatippam): yang artinya kesengsaraan yang akut dan berlebihan, kesengsaraan yang sungguh besar
10 Seandainya saja sekarang ini dia mendengar kata-kataku ini (idan ca sutva vacanam mam’eso): apa yang dia katakan, yang bermula dengan, ‘Ketika dia jatuh dari sini’; seandainya saja dia mendengar kata-kata saya ini, maka laki-laki ini akan dibuat sengsara, akan menjadi seolah-olah dibuat mengalami kesengsaraan neraka oleh kata-kata saya ini. Mungkin melepaskan nafas kehidupannya (vijaheyya panam): mungkin meninggalkan38 kehidupannya. Oleh karena itulah (tasma): untuk alasan itu. Kalau-kalau hanya melalui saya semata (ma m’ekato): saya tidak mengucapkan kata-kata ini di hadapannya karena khawatir kalau akhir dari kehidupan laki-laki ini (akan datang) melalui saya saja. [222] Karena itu, saya hanya mengatakan, ‘Tetaplah hidup, sahabatku, karena tetap hidup adalah lebih baik- demikianlah artinya.
Ketika peta tersebut sudah menjelaskan apa yang dia maksudkan, raja menyampaikan syair yang meminta izin untuk bertanya kepada peta itu sekali lagi mengenai hal itu:
11. ‘Kenyataan-kenyataan tentang laki-laki ini telah diketahui; kami ingin bertanya padamu juga tentang hal-hal lain. Jika engkau mau memberikan izinmu, kami akan bertanya padamu, tetapi janganlah engkau menjadi marah kepada kami.’
12. Tentu saya telah memberikan persetujuan saya39 tadi – tidak ada diskusi40 dengan orang yang tidak dipercaya. Dengan berat hati saya mengganggap engkau sebagai orang yang kata-katanya dapat dipercaya. Dengan bertindak demikian, engkau boleh menanyai saya apa yang engkau inginkan dan jika mungkin (saya akan menjawab).’
Syair-syair ini adalah percakapan antara raja dengan peta itu.
11 Di sini, diketahui (annato): dipahami. Kami ingin: icchimase=icchama (bentuk tata bahasa alternatif). Kami: no=amhakam (bentuk tata bahasa alternatif). Tetapi janganlah engkau menjadi marah (na ca kujjhitabbam): engkau jangan menjadi marah karena berpikir, ‘Apakah hal yang ditanyakan oleh orang-orang ini?’
12 Tentu (addha): pasti. Saya telah memberikan persetujuan saya (patinna me): saya telah memberikan persetujuan dengan mengatakan engkau boleh meminta informasi, yang artinya saya telah memberikan izin saya.41Tadi (tada ahu): pada waktu pertama kali saya melihatmu. Tidak ada diskusi dengan orang yang tidak dipercaya (nacikhana42 appasannassa hoti): tidak ada percakapan dengan orang yang tidak dipercaya. Yang dipercaya hanya akan membicarakan segala sesuatu dengan yang mereka percaya. Tetapi tadi engkau tidak memiliki kepercayaan terhadapku, dan aku juga tidak percaya kepadamu. Untuk alasan inilah, karena telah mengakui hal ini, tidak ada keinginan untuk berbicara. 43Tetapi sekarang, dengan berat hati saya menganggap engkau sebagai orang yang kata- katanya dapat dipercaya, dengan enggan saya beranggapan bahwa apa yang engkau ucapkan adalah untuk dipercaya. Dengan bertindak demikian (iti katva): untuk alasan ini. [223] Engkau boleh menanyai saya apa yang engkau inginkan dan jika mungkin (pucchassu mam kamam yatha visayham): engkau boleh bertanya kepada saya mengenai persoalan yang engkau inginkan, dan jika mungkin -jika saya benar-benar bias maka saya akan menjawab sesuai dengan batas pengetahuan saya – demikianlah artinya.
Setelah diberi izin demikian oleh Peta itu, raja bertanya dengan syair ini:
13. ‘Apa pun yang bisa saya lihat dengan mata saya – semoga saya mempercayai semua itu. Kalaupun saya melihat sesuatu dan tetap masih tidak mempercayainya41 maka engkau harus membantu45 saya, wahai yakkha.’
13 Demikianlah artinya: apa pun yang bisa saya lihat dengan mata saya, semoga saya percaya, semoga saya akui, semuanya seperti apa adanya. Tetapi, seandainya saya melilhat sesuatu dan masih saja tidak mempercayai apa yang engkau katakan, maka engkau harus membantuku, yakkha, engkau harus menegur46 saya. Atau pilihan lain, apa pun yang mungkin saya lihat dengan mata saya (yam kincaham cakkhuna passissami): apa pun yang mungkin saya lihat dengan mata saya, karena mereka yang tanpa mata tidak dapat melihat. Semoga saya mempercayai semua itu (sabbam pi taham abhisaddaheyyam): semoga saya mempercayai semua yang saya lihat, yang saya dengar, atau yang saya ketahui, karena demikianlah kepercayaan yang saya miliki terhadap engkau – demikianlah artinya. Dan arti dari (2) baris terakhir adalah persis seperti yang dinyatakan.
Ketika mendengar ini, peta tersebut mengucapkan syair ini:47
14. ‘Biarlah saya mendapatkan janjimu yang khidmat – bahwa setelah mendengarkan Dhamma, engkau akan memperoleh bakti yang benar. 48Karena engkau ingin mengetahui dan hatimu tidak bejat, saya akan menyatakan semua Dhamma, persis seperti yang dipahami, tak peduli apakah engkau telah mendengarnya atau belum.49
[224] Dari sini dan seterusnya50 adalah syair-syair percakapan antara mereka berdua:
15. ‘Di punggung kuda putih yang dihias, engkau pergi menuju orang yang disiksa hukuman ditusuk; binatang tunggangan ini sungguh hebat dan elok dipandang – tindakan manakah yang menghasilkan ini?’
16. ‘Di pusat kota Vesali dulu ada lubang di jalan yang berlumpur; dengan bakti di hati saya mengambil kepala banteng putih51 dan meletakkannya di lubang itu.
17. Dengan menaruh kaki di atasnya, kami dan orang-orang lain dapat melewatinya; binatang tunggangan ini, yang hebat dan elok dipandang – inilah hasil dari tindakan yang sama itu.’
18. Kini kulitmu cemerlang ke semua arah dan keharumanmu menebar ke semua arah; engkau memiliki keagungan yang besar dan telah mencapai kekuatan supranormal yakkha, tetapi engkau telanjang – tindakan manakah yang menghasilkan ini?’
19. ‘Bebas dari kemarahan dan dengan bakti secara terus menerus di hati, saya mendekati orang-orang dengan tutur kata yang halus; kulit surgawi saya ini terus-menerus cemerlang – inilah hasil dari tindakan yang sama itu.’
20. Ketika saya melihat kemasyhuran dan ketenaran mereka yang mantap di dalam Dhamma, saya mengelukan (mereka) dengan bakti di hati saya; keharuman surgawi saya ini terus-menerus menyebar – inilah hasil dari tindakan yang sama itu.
21. Sementara teman-teman saya mandi di tempat permandian, secara main-main dan tanpa pikiran yang bejat, saya mengambil pakaian mereka dan menyembunyikannya di gundukan tanah – untuk alasan inilah saya telanjang dan menjalani kehidupan yang penuh kesulitan”.
22. [225] ‘Bagi orang yang menjalankan tindakan jahat untuk kesenangan, demikianlah hasil dari tindakannya itu; tetapi bagi orang yang melakukannya bukan untuk kesenangan, apa yang mereka katakan merupakan hasil dari tindakannya itu?’
23. ‘Orang-orang yang memiliki tujuan dan pikiran yang bejat serta ternoda dalam tubuh dan ucapan – kelompok mereka itu, pada saat tubuhnya hancur, tak diragukan lagi akan menuju ke neraka.
24. Tetapi mereka yang lain, yang -karena merindukan keadaan yang bahagia- senang berdana dan memiliki sifat yang simpatik52 – kelompok mereka itu, pada saat tubuhnya hancur, tak diragukan lagi akan menuju keadaan yang bahagia
14 Di sini, biarlah saya mendapatkan janjimu yang khidmat (saccappatinna tava me sa hotu): buatlah agar janjimu kepadaku ini adalah janji yang serius. Bahwa setelah mendengarkan Dhamma, engkau akan memperoleh bakti yang benar (sutvana dhammam labha suppasadam): bahwa setelah mendengar Dhamma yang telah saya sampaikan ini, engkau akan memperoleh bakti yang sejati. Ingin mengetahui (annatthiko): ingin memahami. Persis seperti yang dipahami (yatha pajanam): persis seperti yang lain juga akan memahaminya; atau, pilihan lain, persis seperti yang dipahami (yatha pajanam): artinya persis seperti yang telah direalisasikan olehku.
15 Tindakan manakah yang menghasilkan ini (kiss’etam kammassa ayam vipako): dari apakah ini, sesungguhnya ini dari apa? Dari tindakan apa hasil ini muncul? Atau, pilihan lain etam (tidak diterjemahkan) hanyalah partikel; dari tindakan apa – demikianlah hal ini harus dipahami.53Beberapa terbaca kissa te (artinya tetap tidak berubah).
16 Di jalan yang berlumpur (cikkhallamagge):54di jalan yang penuh lumpur. Lubang (narakam): tempat berlubang. Saya (mengambil): ekaham=eka aham (ketetapan bentuk majemuk). Meletakkannya di lubang itu (narakasmim, nikkhipim): menurunkannya di lubang yang berlumpur itu sehingga lumpurnya tidak perlu diinjak.
17 Dari itu (tasa): dari membuat jembatan dengan kepala banteng itu.
20 Mereka yang mantap di dalam Dhamma (Dhamme thitaham): dari mereka yang merupakan pejalan-Dhamma, dari mereka yang merupakan pejalan yang mantap. 55Saya mengelukan (mantemi): saya berbicara tentang, saya merayakan.
21 [226] Secara main-main (khiddatthiko): bermaksud sebagai gurauan. Dan tanpa pikiran yang bejat (no ca padutthacitto): tidak ada kejahatan pikiran pada pemilik pakaian, yang artinya tidak ada niat mencuri mau pun niat yang menyebabkan kehilangan.56
22 Tidak untuk kesenangan (akilamano): tidak bermaksud untuk main-main, dengan kejahatan pikiran yang disebabkan oleh keserakahan57 dan sebagainya. Apa yang mereka katakana merupakan hasil dari tindakannya itu? (kim tassa kammassa vipikam ahu): menurut para bijaksana, seberapa parahnya kesengsaraan yang dihasilkan dari tindakan jahatnya yang dilakukan dengan cara itu?58
23 Yang memiliki tujuan dan pikiran yang bejat (dutthasankappamana): dengan pemikiran yang dengki karena berbagai tujuan yang melibatkan nafsu indera dan sebagainya. Dengan cara ini dia berbicara tentang perilaku pikiran yang jahat. Serta ternoda dalam tubuh dan ucapan (kayena vacaya ca sankilittha): ternoda dalam tubuh dan ucapan karena menghancurkan makhluk hidup dan sebagainya.
24 Merindukan (asamana): berharap, menginginkan.
Setelah buah dari tindakan-tindakan itu secara ringkas dipertunjukkan dengan analisa oleh peta itu, raja mengucapkan syair ini karena tidak mempercayai apa yang telah didengarnya:
25. ‘Bagairnana saya dapat mengetahui hal ini secara pasti, bahwa ini adalah hasil dari tindakan-tindakan bajik dan jahat? Atau dari apa yang telah saya lihat, mana yang harus saya percayai? Atau bahkan, siapa yang bisa membuat saya mempercayai hal ini?’
25 Di sini, bagaimana saya dapat mengetahui hal ini secara pasti (tam kin ti janeyyam aham anecca): bagaimana, untuk alasan apa, saya dapat mempercayai -secara pasti, tanpa harus bergantung atas orang lain- hasil dari tindakan-tindakan yang bajik dan jahat yang dikatakan mengenai engkau dan dianalisa olehmu melalui, ‘Orang-orang yang memiliki tujuan dan pikiran yang bejat serta ternoda dalam tubuh dan ucapan’ dan seterusnya dan ‘Tetapi mereka yang lain, yang -karena merindukan keadaan yang bahagia’ dan seterusnya. Atau dari apa yang telah saya lihat, mana yang harus saya percayai (kim va ‘ham disva abhisaddaheyyam): atau dari bukti yang telah saya lihat dengan mata saya sendiri, mana yang harus saya setujui? Atau bahkan, siapa yang bisa membuat saya mempercayai hal ini? (ko va pi mam saddahapeyya etam): atau orang terpelajar mana, manusia bijaksana mana, yang bias membuat saya percaya pada hal ini, yang artinya tolong beritahukan padaku tentang hal ini.
[227] Ketika mendengar ini, peta tersebut menyampaikan syair-syair yang menjelaskan hal itu kepadanya dengan cara yang nalar:
26. ‘Setelah engkau melihat dan mendengar, engkau harus percaya bahwa ini adalah hasil dari tindakan-tindakan yang bajik dan jahat; seandainya saja tindakan-tindakan yang bajik maupun jahat keduanya tidak ada, bagaimanakah para makhluk bisa memiliki kehidupan yang bahagia atau sengsara?
27. Dan seandainya saja manusia tidak melakukan tindakan-tindakan di sini -yaitu tindakan-tindakan yang bajik dan jahat di alam manusia- maka tidak akan ada makhluk yang memiliki kehidupan yang bahagia atau sengsara, (tidak ada) yang rendah dan tinggi di alam manusia.
28. Tetapi karena manusia memang melakukan tindakan-tindakan -yaitu tindakan-tindakan yang bajik dan jahat di alam manusia- maka (ada) makhluk-makhluk yang memiliki kehidupan-kehidupan yang bahagia atau sengsara, (yang) rendah dan tinggi di alam manusia.
29. Sekarang ini mereka mengatakan bahwa hasil dari tindakan-tindakan adalah berunsur-dua -yaitu yang harus dialami sebagai kebahagiaan dan yang dialami sebagai kesengsaraan; para devata memuaskan diri59 sementara orang-orang tolol yang tidak melihat dualitas itu direbus.’60
26 Di sini, setelah engkau melihat (disva): setelah engkau juga melihat dengan matamu sendiri. Mendengar (sutva): (setelah engkau) mendengar Dhamma, engkau dapat menyimpulkan sendiri, membuat penilaianmu sendiri sesuai dengan itu. Dari tindakan-tidakan yang bajik dan jahat: kalyanapapassa=kalyanassa papassa (ketentuan bentuk majemuk); engkau harus percaya bahwa kebahagiaan ini dan kesengsaraan ini adalah hasil dari tindakan-tindakan yang bajik dan tak-bajik. Seandainya saja keduanya tidak ada (ubhaye asante ): seandainya kedua jenis tindakan, yaitu tindakan yang luhur dan jahat, tidak diketahui. Bagaimanakah para makhluk bisa memiliki kehidupan yang bahagia atau sengsara? (siya nu satta sugati duggata va): artinya bagaimana bisa, bagaimana61 mungkin, hal itu menjadi kenyataan bahwa makhluk-makhluk ini telah pergi menuju ke alam bahagia atau ke alam menderita, atau bahwa yang kaya ada dalam keadaan bahagia dan yang miskin dalam keadaan yang sengsara? [228] Dia 62 sekarang menjelaskan masalah ini sesuai dengan, dan sebagai tambahan63 untuk, apa yang telah dikatakan melalui dua syair (yang bermula:) ‘Dan (seandainya saja manusia) tidak (melakukan) tindakan-tindakan di sini’, dan ‘Tetapi karena (manusia memang melakukan) tindakan-tindakan.’
28 Di sini, rendah dan tinggi (hina panita): rendah dan tinggi dalam keluarga, penampilan, kekayaan, pengikut dan sebagainya.
29 Sekarang ini mereka mengatakan bahwa hasil dari tindakan-tindakan adalah berunsur-dua (dvay’ ajja kammanam vipakam ahu): dewasa ini, sekarang, mereka berkata, mereka berbicara tentang hasil dari tindakan perilaku yang baik dan buruk sebagai berunsur-dua, yaitu terdiri dari dua jenis. Apakah dua jenis itu? Dia mengatakan, 64yang harus dialami sebagai kebahagiaan dan yang dialami sebagai penderitaan (sukhassa dukkhassa ca vedaniyam): yang cocok untuk mengalami apa yang menyenangkan dan apa yang tidak menyenangkan. 65Para devata memuaskan diri (ta devatayo paricarayanti): karena superioritas kebajikan, mereka memperoleh hasil yang akan dialami sebagai kebahagiaan – mereka akan menjadi devata devaloka. 66Dan karena memiliki kebahagian surgawi, mereka memuaskan indera-indera mereka. 67Sementara orang-orang tolol yang tidak melihat dualitas itu direbus (paccanti bala dvayatam apassino): sementara orang-orang tolol yang tidak melihat dan tidak percaya adanya (aspek) tindakan dan hasil dari tindakan berunsur-dua itu mengejar tindakan-tindakan jahat, dan karena tindakan-tindakan itu mereka direbus, menemui kesengsaraan, berada di neraka-neraka dan sebagainya dan mengalami hasil-hasil yang harus dialami sebagai kesengsaraan.
Mengacu pada pertanyaan (raja), ‘Tetapi mengapa kamu, yang percaya demikian pada buah dari tindakan-tindakan, menderita kesengsaraan seperti itu?’, dia kemudian mengucapkan syair ini:
30. Tidak ada tindakan-tindakan saya yang dilakukan oleh diri saya, dan bahkan tidak juga ada orang yang, setelah memberi, kemudian menujukan kepada saya pakaian, tempat tidur dan makanan serta minuman – karena itulah saya telanjang dan menjalani kehidupan yang penuh kesulitan.’
30 Di sini, tidak ada tindakan-tindakan saya yang dilakukan oleh diri saya (na m’ atthi kammani sayam katani): karena tidak ada tindakan-tindakan saya yang berjasa, karena tak satu pun yang diketahui, yang dilakukan di masa lalu oleh saya sendiri yang menyebabkan sekarang saya bisa memperoleh pakaian dan sebagainya. Bahkan tidak juga ada orang yang, setelah memberi, kemudian menujukannya kepada saya (datva pi me n’ atthi so adiseyya): tidak juga ada orang yang, setelah memberikan dana kepada para petapa dan brahmana, kemudian menujukannya, akan mempersembahnya, kepadaku dengan berkata, ‘Biarlah ini untuk peta anu itu.’ Karena itulah saya telanjang dan menjalani kehidupan yang penuh kesulitan (ten’ amhi naggo kasira ca vutti): karena dua alasan inilah [229] maka saya sekarang telanjang, tidak berpakaian, dan menjalani kehidupan, keberadaan yang sengsara dan penuh kesulitan.
Mendengar ini, raja -yang menginginkan agar peta itu memperoleh pakaian dan sebagainya- mengucapkan syair ini:
31. ‘Apakah ada sarana tertentu, yakkha, yang dengannya engkau bisa memperoleh pakaian? Beritahukanlah padaku jika ada kondisi apa pun – karena kami akan mendengarkan pernyataan dari kondisi-kondisi apa pun yang dapat dipercaya.’
31 Di sini, yang dengannya (yena): artinya apakah bisa ada, mungkin ada, suatu sarana yang dengannya engkau bisa memperoleh, engkau mungkin memperoleh, pakaian? Jika ada: yadatthi=yadi atthi (ketentuan bentuk majemuk).
Kernudian peta itu menyampaikan syair-syair ini untuk memberitahukan tentang sarananya:
32. ‘Di sini ada seorang bhikkhu bernama Kappitaka, orang yang meditatif, yang memiliki moralitas yang baik, seorang Arahat, yang telah terbebas, dengan indera yang terjaga baik terkendali oleh peraturan Patimokkha, yang telah menjadi sejuk dan tiba pada pandangan tertinggi;
33. Baik tutur katanya, ramah tamah, baik bicaranya, berwajah ramah, berpengetahuan baik, dan orang yang berbicara dengan bersahabat, suatu ladang-jasa, orang yang berdiam dalam kedamaian dan orang yang pantas memperoleh dana dari para dewa dan manusia.
34. Tenang, tak-berasap, tidak kacau, bebas dari nafsu, telah terbebas, bebas dari anak panah, tanpa ego, lurus, tanpa sisa noda, orang yang telah menghancurkan semua rintangan, orang yang telah mencapai tiga pengetahuan, 68yang cemerlang;
35. Tak dikenal dan tidak mudah dikenali bahkan ketika dilihat, di antara suku Vajji mereka menyebutnya “petapa”; para yakkha mengenalnya sebagai yang bebas dari nafsu, berkelana di dunia dengan sifat yang elok.
36. [230] Seandainya saja engkau memberi kepadanya satu atau dua perangkat, dan mempersembahkan barang ini untukku, dan barang ini diterima, engkau akan melihatku berpakaian lengkap.’
32 Di sini, bernama Kappitaka (Kappitako nama): dia berbicara mengacu pada penahbis Y M. Upali Thera, pemimpin (satu masa) dari seribu petapa berambut-kusut.69Di sini (idha): di dekat Vesali ini. Orang yang meditative(jhayi): meditatif karena jhana yang diasosiasikan dengan buah yang tertinggi.70Yang telah menjadi sejuk (sitibhuto): yang telah mencapai keadaan yang sejuk dengan cara menghilangkan tekanan panasnya semua kekotoran batin. Tiba pada pandangan tertinggi (uttamaditthipatto): tiba pada yang tertinggi, pada buah yang tertinggi, pada pandangan benar.71
33 Baik tutur katanya (sakhilo): lembut. Baik bicaranya (suvaco): lembut hati. Berpengetahuan baik (svagamo): orang yang kepadanya tradisi telah diturunkan72 dengan baik. Dan orang yang berbicara dengan bersahabat (suppatimuttako ca): orang yang berbicara dengan sangat ramah, yang artinya orang yang madya dalam berbicara. 73Orang yang berdiam dalam kedamaian (aranavihari): orang yang berdiam dalam cinta kasih
34 Tenang (santo): dengan kekotoran batin yang ditenangkan. Tak-berasap (vidhumo): tidak memiliki asap buah-pikir yang salah. 78Tidak kacau (anigho): bebas dari kesengsaraan. Bebas dari nafsu (niraso): bebas dari keserakahan. Telah terbebas (mutto): bebas dari semua dumadi (di masa depan ). 75Bebas dari anak panah (visallo): tidak memiliki anak panah nafsu dan sebagainya. Tanpa ego (amamo): bebas dari dorongan keegoisan. Lurus (avanko): bebas dari cara-cara yang tidak jujur seperti misalnya (tindakan-tindakan) yang jahat lewat tubuh dan sebagainya. Tanpa sisa noda (nirupadhi): orang yang telah meninggalkan endapan seperti misalnya kekotoran batin dan penumpukan dan sebagainya. 76Orang yang telah menghancurkan semua rintangan (sabbapapancakhino): orang yang telah membakar rintangan-rintangan seperti misalnya keserakahan dan sebagainya. Cemerlang (jutima): cemerlang dengan kecemerlangan pengetahuan yang tak dapat dilampaui.
35 Tidak dikenal (appannato): tidak dikenal dengan baik karena kebutuhan-kebutuhannya amat sangat sedikit, dan keluhuran-keluhurannya tersembunyi. 77Tidak mudah dikenali (na sujano): karena sifatnya yang mendalam, dia tidak mudah dipastikan memiliki keluhuran semacam itu, memiliki sifat semacam itu, dan kebijaksanaan semacam itu, bahkan ketika terlihat. Para yakkha mengenalnya sebagai yang bebas dari nafsu (jananti tam yakkhabhuta anejam): dan para yakkha mengenalnya sebagai yang bebas dari nafsu, bebas dari keserakahan, seorang Arahat. Dengan sifat yang elok (kalyanadhammam): dengan kualitas keluhuran yang baik dan sebagainya.
36 Kepadanya (tassa): kepada Kappitaka Thera senior itu. Satu perangkat (ekam yugam): seperangkat pakaian. Atau dua (duve va): atau dua setel pakaian. Mempersembahkan barang ini untukku: mam uddisitvana=mamam uddisiva78 (bentuk tata bahasa alternatif). [231] Dan barang ini diterima (patiggahitani ca tani c’assu): jika perangkat pakaian ini diterima, seharusnya diterima oleh dia. Berpakaian lengkap (sannaddhadussam): aku mengenakan pakaian dengan lengkap, yang artinya berpakaian dan tertutupi dengan pakaian, dengan pakaian yang telah dia terima.79
Raja itu kemudian bertanya tentang tempat tinggal thera itu:
37. ‘Di tempat manakah petapa itu berdiam, di mana kami bisa pergi sekarang dan menjumpai beliau yang hari ini bisa menghalau keraguan dan ketidakpastianku, geletar pandangan (salah) ini?’
37 Di sini, di tempat manakah? (kasmim padese): di tempat yang mana? Yang hari ini: yo m’ajja=yo ajja; (kata-kata) secara fonim dihubungkan oleh suku kata ma.80
Peta itu kemudian berkata:
38. ‘Dia sedang duduk di Kapinaccana, dikelilingi oleh banyak devata; yang bernama sesuai itu sedang memberikan khotbah Dhamma, waspada berkenaan dengan (ajaran-ajaran) gurunya sendiri.’81
38 Di sini, di Kapinaccana (Kapinaccanayam): di tempat yang biasanya dikenal dengan nama Kapinaccana karena kera-kera (kapinam) penghuni hutan itu, 82yang menari (naccanena). Yang bernama sesuai (saccanamo) :83diberi nama dengan tepat, diberi nama sesuai dengan sifat-sifat yang disebutkan- ‘meditatif, yang memiliki moralitas yang baik, seorang Arahat, yang telah terbebas’ dan sebagainya.
Ketika peta itu mengatakan ini, raja mengucapkan syair ini karena ingin segera mengunjungi thera tersebut:
39. ‘Saya sekarang akan pergi dan melakukan apa yang kau sarankan; saya akan memberikan seperangkat pakaian kepada petapa itu, dan jika barang ini diterima, kami akan melihatmu berpakaian lengkap.
39 [323] Di sini, saya sekarang akan melakukan: kassami=karissami (bentuk tata bahasa alternatif).
Kemudian peta itu mengucapkan syair ini untuk menunjukkan bahwa sang thera sedang mengajarkan Dhamma kepada para devata itu, 84sehingga sekarang bukan waktu yang tepat untuk mendekati beliau:
40. ‘Jangan mendekati orang yang telah meninggalkan keduniawian pada waktu yang tidak tepat – saya mohon, O, Licchavi, ini bukanlah kebiasaan85 bagimu. Dekatilah beliau sesudahnya, pada waktu yang tepat, 86dan temuilah beliau persis di sana ketika sedang duduk sendirian.’
40 Di sini, saya mohon (sadhu) adalah partikel permohonan. O, Licchavi, ini bukanlah kebiasaan bagimu (vo Licchavi n’ esa dhammo): O raja Licchavi, ini bukanlah kebiasaan bagi para raja, yang menghampiri pada waktu yang tidak tepat. Persis di sana (tattheva): pada tempat yang sama.
Ketika peta itu menyatakan hal ini, raja menyetujui dengan berkata, ‘Baiklah’, dan kembali ke tempat tinggalnya. Ketika waktu yang tepat telah muncul sekali lagi, raja pun menghampiri sang thera dengan membawa delapan perangkat pakaian. Sambil duduk di satu sisi, dia menyapa thera tersebut dengan ramah dan berkata, ‘Saya mohon terimalah delapan perangkat pakaian ini, tuan. ‘Ketika mendengar ini, sang thera kemudian bertanya untuk memulai percakapan, ‘Raja yang agung, sebelum ini engkau tidak memiliki keluhuran dalam berdana dan menindas para petapa dan brahmana. Bagaimana bias engkau sekarang ingin memberikan pakaian yang bagus ini?’ Raja memberitahulkan alasannya, dengan melaporkan kepada sang thera perjumpaannya dengan peta tersebut serta segala percakapan mereka. Kemudian raja pun memberikan pakaian- pakaian itu dan membaktikannya untuk peta tesebut. Dengan sarana ini, peta itu pun muncul di hadapan sang thera dan sang raja, lengkap dengan pakaian dan hiasan, mengenakan pakaian surgawi dan duduk di punggung kuda. Ketika melihatnya, raja merasa sangat senang, gembira, dipenuhi sukacita dan kebahagiaan. Raja berkata, Saya jelas telah melilhat dengan mataku sendiri buah dari tindakan-tindakan. Sekarang saya tidak akan melakukan tindakan-tindakan jahat. Saya hanya akan melakukan tindakan-tindakan yang berjasa’, dan mempersilahkan peta tersebut menjadi saksinya. Peta itu berkata, ‘Jika engkau, O, raja Licchavi, setelah ini meninggalkan cara-cara yang tidak luhur87 dan menuntun perilakumu sendiri sesuai Dhamma, baru dengan demikianlah saya mau menjadi saksimu dan datang ke hadapanmu. Segera lepaskanlah laki-laki yang terikat di tiang itu. Setelah memperoleh kehidupannya kembali dan membawakan diri sesuai Dhamma, mungkin dia bisa lolos dari kesengsaraan (yang menunggunya). Datanglah pada sang thera secara berkala, dan dengarkanlah Dhamma; lakukan tindakan-tindakan berjasa!'[233] Lalu peta itu pun pergi. Raja kemudian memberi hormat kepada thera tersebut dan kembali ke kota . Dengan cepat dia mengumpulkan orang-orang Licchavi. Dengan persetujuan mereka, raja melepas laki-laki itu dari tiang dan memerintahkan tabib-tabibnya untuk membuatnya sehat lagi. Dia mendekati thera tersebut dan berkata, ‘Bagi seseorang yang telah melakukan tindakan yang akan membawanya ke neraka, tuan, apakah masih mungkin ada jalan keluar dari neraka?”Mungkin, raja yang agung. Jika dia melakulkan tindakan-tindakan yang mulia dan berjasa, dia bisa lolos”, jawab sang thera. Beliau kemudian memantapkan raja dalam Perlindungan dan Lima Sila. Setelah mantap di sana dan kukuh dalam dorongan sang thera, raja pun mencapai tingkat sotapanna. Sementara itu, laki-laki yang ditusuk di tiang itu menjadi sembuh. Merasa dipenuhi kekacauan, dia meninggalkan keduniawian dan menjadi bhikkhu. Tak lama kemudian dia mencapai tingkat Arahat. Mereka yang mengulang teks mengucapkan syair-syair ini untuk menjelaskan kejadian ini:
41. ‘Dengan mengatakan, “Biarlah demikian”, dia meninggalkan tempat itu; dan dengan dikelilingi oleh sekelompok budak, raja Licchavi kembali ke kota dan tidur di tempat tinggalnya sendiri.
42. Kemudian di pagi hari, setelah mengurusi tugas-tugas rumah tangganya, dia mandi dan minum; ketika tiba waktunya yang tepat, dia memilih delapan perangkat dari almari, dan raja Licchavi menyuruh agar baju-baju dibawa oleh sekelompok budak.
43. Dia mendatangi tempat itu dan melihat petapa yang telah menjadi sejuk, duduk di kaki pohon, dengan keheningan di hati, setelah kembali dari mengumpulkan dana makanan.
44. Dia mendekati sang thera dan mengatakan hal ini kepadanya, sambil menanyakan tentang kesehatan dan kesejahteraannya, “Saya seorang Licchavi dari Vesali, tuan yang baik; mereka mengenal saya sebagai Licchavi Ambasakkhara.
45. [234] Saya mohon tuan menerima delapan perangkat pakaian saya yang indah ini; saya memberikannya kepada Yang Mulia – dengan tujuan ini sajalah saya telah datang ke sini dan saya akan gembira jika Yang Mulia berkenan melakukannya.”
46. ‘Dari jauh para petapa dan brahmana menghindari tempat tinggalmu; di tempat tinggalmu mangkuk-mangkuk mereka dipecahkan dan bahkan jubah-jubah mereka dirobek.
47. Selanjutnya, para petapa dijegal88 dan dibuat jatuh kepala dahulu – demikianlah gangguan-gangguan yang disebabkan olehmu terhadap para pertapa dan mereka yang telah meninggalkan keduniawian.
48. Engkau tidak memberikan minyak, tidak sekalipun dengan sehelai rumput pun, engkau juga tidak menunjukkan jalan kepada mereka yang tersesat; engkau sendiri akan merampas tongkat dari seorang laki-laki buta, begitu kikir dan tak-terkendalinya engkau. Sekarang, untuk alasan apakah, persisnya apa yang telah engkau lihat, sehingga engkau sekarang berbagi pakaian dengan kami?”
49. “Saya mengakui apa yang Yang Mulia katakan, tuan; saya memang mengusik para petapa dan brahmana. Tetapi bahkan tindakan jahat saya yang sama ini dilakukan secara main-main, tanpa pikiran yang bejat.
50. Seorang yakkha, 89karena telah melakukan tindakan-tindakan jahat secara main-main, mengalami penderitaan, kenikmatannya tidak lengkap. [235] Dia memiliki kemudaan yang belia namun ketelanjangannya sendiri merupakan nasibnya – apa yang bisa lebih sengsara baginya daripada itu?
51. Ketika melihat dia, saya menjadi tergugah, tuan – itulah sebabnya saya menawarkan dana ini. Saya mohon, terimalah delapan perangkat pakaian ini, tuan, dan semoga dana ini sampai ke yakkha itu.”
52. “Memang suatu dana terpuji dalam banyak cara; semoga dana ini mempunyai sifat yang tak ada habisnya bagimu sebagai pemberi. Saya terima delapan perangkat pakaianmu – semoga dana ini sampai ke yakkha itu.”
53. Kemudian raja Licchavi membersihkan diri dan memberikan dana delapan perangkat pakaian itu kepada sang thera dengan berkata, “Semoga ini diterima” (dan sesudahnya sang thera berkata), “Sekarang pandanglah yakkha itu, yang sudah mengenakan pakaian!”
54. Raja melihat yakkha itu, yang diminyaki dengan cendana pilihan, duduk di atas kuda pilihan, dengan kulit yang paling elok, berhias, mengenakan pakaian yang terhormat, dikelilingi, mencapai kekuatan supranormal besar makhluk yakkha.
55. Ketika melihatnya, raja menjadi gembira, amat senang, hatinya meremang karena sukacita, cemerlang; dia melihat tindakannya dan hasil nyata yang besar dengan matanya, melihat hal ini dengan matanya sendiri.
56. Raja menghampiri yakkha itu dan mengatakan ini kepadanya, “Saya akan memberikan dana-dana kepada para petapa dan brahmana, karena tidak ada apa pun milikku yang tidak akan saya berikan. Engkau telah menjadi bantuan yang luar biasa besar bagiku, yakkha.”
57. ‘Dan engkau telah memberikan sebagian dana atas namaku, Licchavi – ini tidaklah sia-sia; [236] saya akan menjadi saksimu; 90makhluk bukan-manusia dengan seorang manusia.”
58. “Engkau adalah tujuanku, sanak-saudaraku, penopang dan sahabatku, dan terlebih lagi, devata-ku. Saya mohon kepadamu dengan penghormatan anjali karena saya ingin menemuimu lagi, yakkha.”
59. “Jika engkau menjadi orang yang tidak memiliki keyakinan, kelihatan kikir atau memiliki hati yang salah, engkau tidak akan diizinkan melihatku sama sekali, bahkan walaupun saya melihatmu, saya tidak akan menyapamu.91
60. Tetapi jika engkau mengembangkan rasa hormat terhadap Dhamma, bergembira dalam memberi, bersifat simpatik dan menjadi sumber mata air bagi para petapa dan brahmana, dengan cara ini engkau akan diizinkan melihatku dan ketika saya melihatmu, saya akan menyapamu, tuan yang baik.92
61. Nah, sekarang cepat bebaskanlah (laki-laki) ini dari tiangnya karena dialah yang menyebabkan saya menjadi saksimu; 93karena orang yang dihukum tusuk itulah, saya pikir, maka kita telah menjadi saksi satu sama lain.93
62. Dan jika (laki-laki) ini dengan cepat dibebaskan dari tiang, dia masih bisa -dengan sebagaimana mestinya terlibat dalam keadaan-keadaan (yang bajik)94– lolos dari neraka dan95 tindakan itu menjadi tindakan yang dialami di tempat lain.
63. [237] Setelah mendekati Kappitaka pada saat yang tepat dan berbagi dengannya (apa yang engkau miliki), duduklah di dekatnya dan bertanyalah kepada beliau dengan berhadapan muka dan beliau akan menyampaikan pokok bahasan ini.
64. Datangilah saja bhikkhu itu dan bertanyalah kepada beliau. Karena engkau ingin mengetahui96 dan hatimu tidak bejat, beliau akan menyatakan semua Dhamma97 persis sebagaimana yang dipahami, tidak peduli apakah engkau telah mendengarnya atau belum.”98
65. Setelah bercakap-cakap secara diam-diam di sana dengan makhluk bukan-manusia itu dan setelah membuat dia sebagai saksinya, raja pun pergi dan di hadapan suku Licchavi dia berbicara kepada kelompok yang duduk bersama-sama itu,
66. “Dengarkan, tuan-tuan yang baik, satu kataku saja99 – saya minta dari kalian satu hadiah yang menyebabkan saya akan memperoleh manfaat. Laki-laki yang memiliki tindakan-tindakan kejam itu telah dihukum tusuk di tiang, dan hukumannya telah diterapkan100 dan telah menjadi orang yang memperoleh (keputusan raja);
67. Sudah selama 20 hari sekarang ini, dengan akibat bahwa (laki-laki) yang dihukum tusuk itu kini dalam keadaan tidak mati dan juga tidak hidup. Sekarang saya ingin membebaskannya – semoga kelompok ini mengizinkan (saya untuk bertindak) sebagaimana yang saya pikir cocok.”
68. “Segeralah bebaskan yang ini dan lain-lainnya – siapa yang akan berbicara melawan engkau yang bertindak dengan cara itu? Paduka harus melakukan apa yang engkau anggap perlu – kelompok ini mengizinkan (engkau untuk bertindak) sebagaimana yang engkau pikir cocok.”
69. [238] Raja pun mendekati tempat itu dan segera melepaskan orang yang dihukum tusuk; “Janganlah takut, sahabatku,” katanya dan dia menyuruh tabib-tabibnya merawat laki-laki itu.
70. Dia kemudian menghampiri Kappitaka pada saat yang tepat dan berbagi dengan beliau (apa yang dia miliki); ketika duduk di dekat beliau, raja Licchavi bertanya di sana , berhadapan muka, ingin sekali mengetahui beberapa sarana,
71. “Laki-laki dengan tindakan-tindakan yang kejam itu telah dihukum tusuk, telah menjalani hukuman yang dikenakan101 dan tampaknya sudah menanggungnya selama 20 hari dengan akibat bahwa (laki-laki) yang dihukum tusuk itu dalam keadaan yang tidak hidup dan tidak mati.
72. Tetapi saya sekarang telah pergi dan membebaskan dia, tuan, karena inilah kata-kata yakkha tersebut. Apakah ada suatu sarana apa pun yang menyebabkan dia tidak akan pergi ke neraka?
73. Beritahulah (saya), tuan, jika ada kondisi apa pun karena kami mau mendengar pernyataan tentang kondisi-kondisi102 apa pun yang benar. Apakah tidak bisa ada penghancuran tindakan-tindakan itu, apakah tidak ada akhir dari tindakan-tindakan itu di sini tanpa harus dialami?”103
74. “Jika dia mau dengan benar terlibat dalam keadaan-keadaan bajik, tekun siang dan malam, dia masih bisa lolos dari neraka dan104 tindakan itu akan menjadi tindakan yang harus dialami di tempat lain.”
75. ”Fakta-fakta tentang laki-laki ini sudah diketahui. Saya mohon kasihanilah juga saya sekarang, 105tuan. Dan nasihatilah saya, doronglah saya, Manusia Yang Amat Bijak, sedemikian sehingga saya tidak akan pergi ke neraka.”
76. “Engkau harus pergi mencari perlindungan hari ini juga pada Sang Buddha, [239] Dhamma dan Sangha dengan bhakti di hatimu; demikian juga engkau harus menjalankan Lima Sila, secara tidak terputus dan secara keseluruhan.
77. Engkau harus segera mengendalikan diri untuk tidak menghancurkan kehidupan makhluk-makhluk hidup dan menghindari di dunia ini dari mengambil apa yang tidak diberikan; engkau tidak boleh minum minuman yang bersifat racun dan juga engkau tidak berbicara bohong, sementara engkau harus puas dengan isterimu sendiri.106
78. Dan engkau harus menjalankan tindakan-tindakan yang bajik ini, yang mengarah pada kebahagiaan yang bersifat ariya dan digenapi lewat jalan sumpah berunsur-delapan:107
79. Kepada mereka yang lurus, engkau harus memberikan dengan hati yang tulus- dana makanan, keperluan dan tempat tinggal, makanan dan minuman, makanan padat, pakaian dan tempat tinggal,
80. Dan engkau harus memuaskan -dengan makanan dan minuman- para bhikkhu yang memiliki moralitas, bebas dari nafsu indera dan terpelajar-jasa kebajikan pun terus menerus menumpuk.
81. Dengan benar melakukan demikian dalam keadaan-keadaan (yang bajik), dengan tekun siang dan malam, engkau masih bisa lolos dari neraka, dan tindakan itu akan menjadi tindakan yang dialami di tempat lain.
82. “Saya akan pergi mencari perlindungan hari ini juga pada Buddha, pada Dhamma dan Sangha dengan bhakti di hatiku; demikian pula, saya akan menjalankan Lima Sila, secara tak terputus dan secara keseluruhan.
83. Saya akan mengendalikan diri agar tidak menghancurkan kehidupan makhluk hidup dan menghindar di dunia ini dari mengambil apa yang tidak diberikan; saya tidak akan minum minuman yang bersifat racun, dan juga saya tidak akan berbicara bohong, sementara saya akan puas dengan isteriku sendiri.
84. Saya akan menjalankan tindakan-tindakan bajik yang menuju kebahagian yang didatangi lewat jalan sumpah ariya berunsur-delapan:
85. [240] Jubah dan dana makanan, keperluan dan tempat tinggal, makanan dan minuman, makanan padat, pakaian dan tempat tinggal akan saya berikan, tanpa goyah dan dengan bhakti pada Ajaran Sang Buddha, kepada para bhikkhu yang mempunyai moralitas, bebas dari nafsu indera dan terpelajar.”
86. Demikianlah Licchavi Ambasakkhara – seorang pengikut awam di Vesali yang kini memiliki keyakinan, yang lembut dan mau membantu, dan yang sekarang menopang Sahgha para bhikkhu dengan perhatian yang pantas.
87. Dan orang yang dihukum tusuk itu menjadi sembuh, dan dengan kemauannya sendiri dia dengan bahagia masuk ke dalam keadaan tak-berumah; disebabkan oleh Kappitaka, yang termulia di antara para bhikkhu, keduanya mencapai buah-buah sebagai hasil dari kehidupan seorang petapa.108
88. Berhubungan dengan manusia-manusia yang baik, mulia, dan cerdas memberikan buah yang sedemikian besar sehingga orang yang dihukum tusuk itu mencapai buah yang paling tinggi sedangkan Ambasakkhara buah yang lebih rendah.
41 Disini, tidur: vas’upaganchittha=vasamupanhchi (ketentuan bentuk majemuk dalam bentuk tata bahasa alternatif).
42 Tugas-tugas rumah tangganya (gihikiccani): tugas-tugas yang berhubungan dengan harta benda keluarga dan tanah-tanah keluarga yang harus diurusi oleh orang yang tinggal di rumah. Dia memilih (viceyya): dia memilih untuk mengambil pakaian-pakaian yang terbaik.
43 Kembali (patikkantam): kembali dari mengumpulkan dana makanan. Untuk alasan inilah dia berkata, ‘Kembali dari mengumpulkan dana makanan’.
44 Mengatakan ( avoca) : berrkata, ‘Saya seorang Licchavi dari Vesali, tuan yang baik’, dan sebagainya.
46 Dirobek: vipatayanti=viphalayanti109 (bentuk tata bahasa alternatif).
47 Dijegal (padak’udarikahi): dengan kapak (kutharini) yang dikenal sebagai kaki (padasankatahi). 110Dibuat jatuh (patayanti): disebabkan agar jatuh.111
48 [241] Dengan sehelai rumput pun (tinena): bahkan tidak dengan ujung sehelai rumput. Engkau juga tidak menunjukkan jalan kepada mereka yang tersesat (mulhassa maggam pi na pivadasi): engkau juga tidak memberitahukan jalan bagi mereka yang telah tersesat, dan malahan berpikir, ‘Biarkan saja orang itu berputar-putar ke sana kemari’; raja ini benar-benar tidak dapat diandalkan. Engkau sendiri akan merampas (sayam adiyasi): engkau sendiri akan merenggut dan mengambil tongkat dari tangan orang buta. Engkau sekarang berbagi (samvibhagam karosi): engkau sekarang berbagi, memberikan beberapa benda yang sebenarnya untuk engkau pakai sendiri.
49 Saya mengakui apa yang Yang Mulia katakan, tuan (paccemi bhante yam tvam vadesi): saya setuju dengan apa yang Bhante katakan seperti misainya, ‘(di tempat tinggalmu) mangkuk-mangkuk mereka dipecahkan’ dan sebagainya. Dia menunjukkan bahwa semua hal itu disebabkan atau dilakukan oleh dia. Tetapi bahkan ini (etam pi): tetapi bahkan ini dilakukan, ini dimaksudkan sebagai main-main.
50 Main-main: khidda=khiddaya (bentuk tata bahasa alternatif). Karena telah melakukan (pasavitva): karena telah mengumpulkan. Mengalami (vedeti): menjalani. Kenikmatannya tidak lengkap (asamattabhogi): kenikmatannya tidak genap; untuk menunjukkan kurangnya penggenapan yang sama ini di dalam kenikmatannya maka dikatakan,’Dia memiliki kemudaan yang belia’ dan sebagainya. Ketelanjangannya sendiri (nagganiyassa): keadaannya yang telanjang. Apa yang bisa lebih sengsara baginya daripada itu? (kim su tato dukkhatar’assa hoti): apa sesungguhnya yang bisa lebih menyengsarakan bagi peta itu dibandingkan keadaan telanjang tersebut?
51 Semoga dana ini sampai ke yakkha itu (yakkhass’ im’ agacchantu dakkhinayo): semoga dana pakaian yang saya berikan ini bermanfaat bagi peta itu.
52 Terpuji dalam banyak cara (bahudha pasattham): terpuji dengan berbagai cara oleh Sang Buddha dan sebagainya. Semoga dana ini mempunyai sifat yang tak ada habisnya (akkhayadhammam atthu): semoga ini memiliki sifat yang tak bisa dihancurkan.
53 Membersihkan diri (acamayitva): mencuci mulutnya, setelah sebelumnya mencuci tangan dan kakinya.
54 Diminyaki dengan cendana pillihan (candanasaralittam): diminyaki dengan sari cendana. Dengan kulit yang paling elok (ularavannam): dengan penampilan yang agung. Dikelilingi (parivaritam): dikelilingi oleh pelayan-pelayan dengan kebiasaan yang menyenangkan. Mencapai kekuatan supranormal besar makhluk yakkha (yakkhamahiddhipattam): berdiri112 karena telah mencapai kesaktian hebat yang dimiliki yakkha, kekuatan supranatural (besar) makhluk deva.
56 Mengatakan ini kepadanya: tamenamavoca113=tam enam avoca (ketentuan bentuk majemuk).
57 Engkau telah memberikan sebagian dana (ekadesam adasi): dia berbicara dengan acuan pada dana pakaian yang merupakan sebagian dari empat kebutuhan. Saksi (sakkhim): memiliki sifat saksi.
58 [242] Engkau adalah -ku: mamasi=me asi (ketentuan bentuk majemuk dalam bentuk tata bahasa alternatif). Devataku (devata me): engkau adalah devata-ku – demikianiah hal ini harus dipahami.
59 Memiliki hati yang salah (vippatipannacitto): dengan hati yang mengikuti pandangan-pandangan salah, yang artinya mengikuti jalan yang salah setelah meninggalkan jalan yang benar.114
61 Karena orang yang dihukum tusuk itulah (yato nidanam): karena dialah, karena ada di hadapannyalah.
63 Berbagi (samvibhajitva): berbagi sebagai suatu dana. Duduklah di dekatnya dan bertanyalah kepada beliau dengan berhadapan muka (sayam mukhena upanisajja puccha): tanpa mengirim orang lain, duduklah di dekatnya dan bertanyalah kepadanya secara langsung.
65 Duduk bersama-sama (sannisinnam): duduk setelah berkumpul bersama.
66 Saya akan memperoleh manfaat (labhissami attham): saya akan memperoleh manfaat yang saya inginkan. Hukumannya telah diterapkan (panihitadando): telah memperoleh hukuman fisik yang dijatuhkan. Telah menjadi orang yang memperoleh (anupattarupo): telah berada di dalam kondisi seseorang yang dikenai keputusan raja.
67 Selama 20 hari (visatirattimatta): yang artinya 20 hari telah berlalu. 115Saya … nya: taham=tam aham (ketentuan bentuk majemuk). Sebagaimana yang saya pikir cocok (yatha matim): persis seperti yang menyenangkan saya.
68 Yang ini dan lain-lainnya (etan ca annan ca): laki-laki yang dihukum tusuk ini dan orang-orang lain yang telah dikenai116 hukuman raja. Segeralah bebaskan (lahum pamunca): bebaskanlah dengan segera. Siapa yang akan berbicara melawan engkau? (ko tam vadetha): siapa di kerajaan Vajji ini yang bisa mengatakan, ‘Jangan117 membebaskan dia’, kepada orang yang bertindak dengan cara118 seperti itu, yang artinya tidak ada orang yang akan diizinkan untuk berbicara seperti itu.
69 Dan (menyuruh) tabib-tabibnya: tikicchakanan ca=tikicchake ca (bentuk tata bahasa alternatif).
72 Inilah kata-kata yakka (tersebut) (yakkhassa vaco): inilah yang dikatakan oleh peta itu. Dia menunjukkan, Saya bertindak demikian, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh peta itu tuan.’
74 Keadaan-keadaan (bajik) (dhammani): keadaan-keadaan berjasa119 yang dapat menanggulangi tindakan-tindakan jahat yang telah dilakukan sebelumnya. Tindakan itu akan menjadi tindakan yang harus dialami di tempat lain (kammam siya annatra vedaniyam): tindakan jahat yang harus dialami ketika muncul itu menjadi tindakan yang ahosi, sedangkan tindakan yang harus dialami di alam bentuk yang lain akan menjadi tindakan yang buahnya harus dialami di tempat lain, dalam bentuk yang lain (pula), artinya, (hanya) ketika samsara berlanjut untuk berputar (baginya).120
78 [243] Dan … ini (iman ca): hal ini dikatakan dengan acuan121 pada apa yang dekat atau terlihat karena dikatakan oleh dia sendiri. Yang bersifat ariya dan digenapi lewat jalan sumpah berunsur-delapan (ariyam atthangawaren’upetam): peraturan-peraturan Uposatha tertinggi yang dipenuhi, dijalankan, dengan sarana (sumpah) berunsur-delapan, yaitu mengendalikan diri untuk tidak menghancurkan kehidupan makhluk hidup dan sebagainya, serta yang bersifat ariya dalam pengertian bahwa semua itu murni. Tindakan-tindakan yang bajik (kusalam): tindakan-tindakan yang tak-ternoda. Mengarah pada kebahagian (sukhunriyam): menghasilkan kebahagiaan.
80 Jasa kebajikan pun terus-menerus menumpuk (sada punnam pavaddhati): ketika telah melakukan tindakan berjasa hanya satu kali, dia tidak sepenuhnya puas dengan pemikiran, Sampai batas itu jasa kebajikan ini sudah cukup’. Sedangkan ketika berulang-ulang menjalankan perilaku yang baik, jasa kebajikannya akan terus meningkat. Arti lainnya adalah bahwa sementara orang berulang-ulang menjalankan perilaku yang baik, buah-buah dari semua tindakan berjasanya, yang disebut jasa kebajikan, akan bertumbuh, akan bertambah, satu di atas yang lain.
Ketika thera tersebut telah berkata demikian, raja merasa ngeri akan kesengsaraan keadaan-keadaan kesedihan. 123Dengan bhakti yang meningkat pada Tiga Permata dan pada keadaan-keadaan berjasa dia berkata, ‘Saya akan pergi untulk mencari perlindungan hari ini juga pada Buddha’ dan sebagainya. Kemudian raja pun mengambil Perlindungan dan menjalani Sila.
86 Di sini, demikianlah (etadiso): demikian seperti yang telah dikatakan sebelumnya. Seorang pengikut awam di Vesali (Vesaliyam annataro upasako): dia telah menjadi umat awam di antara ribuan orang yang tak terhitung banyaknya di Vesali. Yang kini memiliki keyakinan (saddho) dan seterusnya: 124ini dikatakan untuk menunjukkan perbedaan dari sifat raja sebelumnya, dibandingkan dengan (sekarang) dia duduk bersama teman yang mulia dan sebagainya; sebelumnya, dia tidak memiliki keyakinan, kasar, dan menghina para bhikkhu serta tidak menopang Sangha, namun sekarang dia memiliki keyakinan, lembut, dan menopang Sangha para bhikkhu dengan perhatian yang sesuai. Dalam hubungan ini, mau membantu (karakaro): orang yang memberikan pelayanan.
87 Keduanya (ubho pi): dua-duanya, yaitu pria yang dihukum tusuk dan raja itu. Mencapai buah-buah sebagai hasil dari kehidupan seorang petapa (samannaphalani ajjhagum): mencapai buah-buah yang merupakan akibat dari kehidupan seorang petapa sesuai dengan ganjaran mereka. 125Hal ini menunjukkan kesesuaian ganjaran125 sehingga dikatakan, ‘ orang yang dihukum tusuk itu mencapai buah yang paling tinggi sedangkan Ambhasakkhara buah yang lebih rendah’.
88 Di sini, buah yang lebih rendah (phalam kanittham): dia berbicara mengacu buah-sotapatti.
Hal yang artinya di sini belum dianalisis dianggap cukup mudah dipahami.
Y.M. Mahakappitaka melanjutkan perjalanan ke Savatthi untuk memberikan hormat kepada Sang-Guru dan mengemukakan kepada Sang. Buddha percakapan antara raja, 126peta dan dirinya. [244] Sang Guru menganggap masalah itu sebagai kebutuhan yang muncul dan mengajarkan Dhamma. kepada kelompok yang berkumpul di sana. Ajaran itu bermanfaat bagi orang-orang tersebut.
Catatan
Bandingkan PvA 99.
Terbaca vanijassa apanasamipe pada Se Be untuk vanijjassapanasamipe pada teks.
Terbaca atikkamanta pada Se Be untuk atikkamanto pada teks.
gosisatthim, bukan jenis kayu cendana yang bagus sebagaimana disarankan oleh PED.
sahkhavannasannibham; bandingkan M i 58 = A iii 324; J iii 477.
yathabhutam.
Bandingkan KS i 102 n. 1 untuk rancangan kerajaan serupa yang dikenakan oleh istri lelaki lain.
Terbaca sutatta bhayena pada Se Be untuk sutatthabhayena pada teks.
amanusso, secara haraflah berarti makhluk bukan-manusia.
Terbaca imassa pada Se Be untuk tam assa pada teks.
Terbaca datthum pi te ‘dani na tam labhanti pada Se Be untuk datthum pi dani na labhanti tam pi pada teks.
Terbaca virajitatto pada Be untuk viridhitatto pada teks Se.
vikalam; PED sv harus diubah untulk terbaca ‘PV IV. 1 4 (=bhogaPvA 219)’.
Terbaca kiccho pada Se Be untuk kicco pada teks.
palimpamano, begitu pula semua teks tetapi bandingkan PED sv palippati.
picumandassa (Se Be pucimandassa), margosa, Azadirachta Indica; PED sv picu disalah ejakan menjadi Azadizachta.
Terbaca nagarassa bahi bhavam … jatam pavattam sambandham pada Se Be untuk nagarassa bahirabhagam … jjatam pavattam pada teks.
Terbaca vutta-atthassa pada Be untuk vutte atthassa pada teks; Se tertulis vuttassa atthassa.
Bandingkan A ii 244 dst. di mana hal ini dikatakan sebagai cara berbaring para peta.
Terbaca appamattakam pi pada Se Be untuk appamattam pi pada teks.
Terbaca imassa natthi. Paricarika sa pi ti ya asita- pada Se Be untuk imassa natthi paricarikascamitiya. Asita- pada teks.
indriya-nam.
Terbaca -lakkhana indriyanam pada Se Be untuk -lakkhanaindriyanam pada teks.
Terbaca -khayita- pada Se Be dan syair untuk -khadita- pada teks.
Be menambahkan patho di sini.
Teks secara keliru memulai kalimat baru dengan vigatajivitatta.
Terbaca passitum pi na labhanti kuto pada Se Be untuk passitum pi. Na labhanti ti kuto pada teks.
mukhullokika; bandingkan D i 60.
Terbaca parihinattho. Kiccho ti dukkhito pada Se Be untuk parihinattho kicco pada teks.
Terbaca dukkatakammakari pada Se (Be -kata-) untuk dukkhatakammakaci pada teks.
Siksaan-siksaan ini harus dijalani satu per satu di dalam siklus yang terus-menerus; bandingkan M iii 184 dst.
Bandingkan M iii 183: mereka menusukkan pancang besi panas yang merah menyala pada setiap tangan dan kaki, serta pancang besi panas yang merah menyala ke tengah dadanya.
Terbaca pancavidhabandhanam, mukhe tattalohasecanam pada Se Be untuk pancavidhabandhanamukhe tatta- pada teks.
Bandingkan Miln 303.
Lihat PvA 280 dan bandingkan J iii 22,43, iv 493, v 268; SnA 59, 480.
Bandingkan J vi250
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com