PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA PUTRA RAJA
Rājaputtapetavatthu (Pv 42)
‘Dari tindakan yang dilakukan di masa lalu.’ Sang Guru yang sedang berdiam di Hutan Jeta menceritakan hal ini sehubungan dengan peta yang dulunya adalah anak raja. Yang dimaksudkan di sini sebagai ‘peta yang dulunya adalah putra raja’ adalah putra seorang raja yang bernama Kitava dan yang dahulu menyakiti seorang Paccekabuddha dan kemudian muncul di antara para peta sebagai hasil residu dari tindakan yang sama dengan yang membuat dia digodok di neraka selama beribu-ribu tahun. Ceritanya persis seperti yang telah diberikan secara mendetil di Cerita Peta Sanuvasin, 1maka harus dipahami seperti yang diberikan di sana. Ketika sang thera sedang menjelaskan hal itu kepada sanak-saudara peta, Sang Guru berkata, ‘Ini bukanlah hanya kasus dengan sanak saudaramu saja, karena persis di dalam kehidupanmu sebelum ini2 engkau pun adalah peta, dan engkau menderita kesengsaraan yang besar.’Atas permintaan sang thera, Sang Guru menceritakan Cerita Peta Putra Raja ini :
1. ‘Hasil dari tindakan-tindakan yang dilakukan di masa lampau akan mengganggu pikiran sehubungan dengan pandangan, suara, citarasa, bau dan sentuhan 3(semua) yang menyenangkan pikiran.
2. Ketika dia telah menikmati menari, menyanyi, kenikmatan dan keriangan yang tidak sedikit, dia menghibur diri ditaman. Ketika dia memasuki Giribbaja,
3. [264] Dia melihat resi Sunetta, yang dirinya telah jinak dan terkonsentrasi, dengan sedikit kebutuhan, memiliki kesahajaan dan bergembira dengan apa pun yang masuk ke dalam mangkuknya.
4. Dia turun dari punggung gajah dan berkata, “Apakah engkau memperoleh sesuatu, tuan?” Kesatria itu kemudian merampas mangkuknya dan memegangnya di atas kepala,
5. Dan membanting mangkuk itu di tanah yang keras dan kemudian pergi sambil tertawa dan berkata, “Saya adalah putra raja Kitava – apa yang dapat engkau lakukan kepadaku, wahai engkau pengemis?”5
6. Hasil dari tindakan kejam itu yang dialami putra raja tersebut ketika terkurung di neraka itu sungguh sangat kejam:
7. Selama enam kali 84 nahuta tahun, pelaku kejahatan itu menjalani kesengsaraan yang amat keras di neraka;
8. Dia digodok 4 dengan wajah tengadah dan telungkup, pada sisi kiri dan (sisi) kanan; dengan kaki yang digantung tinggi dan dengan hanya berdiri, orang tolol itu digodok 5 untuk waktu yang lama.
9. Selama banyak nahuta dan beribu-ribu tahun, selain itu pelaku kejahatan pun menjalani kesengsaraan yang amat keras di neraka.
10. Demikianlah penderitaan bagi mereka yang menyakiti orang-orang yang tak bersalah – mereka yang melakukan tindakan-tindakan jahat (seperti misalnya) menghina resi yang luhur akan direbus.
11. Dia mengalami banyak kesengsaraan di sana selama bertahun-tahun, dan kemudian ketika dia jatuh dari sana adalah peta yang sungguh-sungguh didera kelaparan dan kehausan.6
12. Ketika kesialan yang muncul dari mabuk kekuasaan telah diwujudkan dan mabuk kekuasaan telah ditinggalkan, orang seharusnya bertindak dengan kerendahan hati.
13. Dia yang penuh hormat kepada para Buddha dalam kehidupan ini pula akan dipuji, dan pada saat hancurnya tubuh, orang bijak ini akan muncul di surga.’
1 Disini,hasil dari tindakan-tindakan yang dilakukan dimasa lampau akan mengganggu pikiran (pubbe katanam kammanam vipako matthaye manam): ketika buah dari tindakan-tindakan tak-bajik yang dilakukan di kehidupan kehidupan lampau muncul dan secara fisik diaktualisasikan,7 buah itu akan mengganggu, akan menguasai pikiran orang yang dibutakan oleh ketololan; mereka akan meningkatkan keberuntungan mereka sendiri dengan cara menyebabkan kesialan bagi orang lain – demikianiah artinya. [265] Untuk menjelaskan rangkaian gangguan pikiran inilah maka dikatakan ‘sehubungan dengan pandangan, suara’ dan sebagainya. Disini, sehubungan dengan pandangan (rupe): dalam hal apa yang dilihat, yang artinya sehubungan dengan perolehan8 seperti yang diinginkan,9dari objek-objek pandangan yang menarik. 10Sehubungan dengan suara (sade) dan sebagainya: demikian juga untuk hal-hal ini. Dia kemudian menjelaskan dalam (istilah-istilah) khusus masalah yang dia (sejauh ini hanya) berbicara dalam (istilah-istilah) umum, dan mengucapkan (syair) yang bermula dengan: ‘(Ketika dia telah menikmati) menari, menyanyi’yang menjelaskan hal ini.
2 Di sini kenikmatan (ratim): kesenangan sensual. Keriangan (khiddam):11 berolah-raga dengan teman-teman dan sebagainya. Giribbaja (Giribajam): Rajagaha.
3 Resi (isim): dia adalah resi (isim) karena dia berjuang mengusahakan (esana) khandha-khandha moralitas dan sebagainya dari mereka yang terampil. 12Sunetta (Sunettam): Pacekhabuddha yang bernama sama. Dirinya telah jinak (attadantam): dengan pikiran yang dijinakkan dengan penjinakan tingkat tertinggi. Terkonsentrasi (samahitam): terkonsentrasi dengan konsentrasi buah-arahat. Bergembira dengan apa pun yang masuk ke dalam mangkuknya (unche pattagate ratam): bergembira, puas, 13dengan makanan apa pun yang masuk ke dalam mangkuknya, yang ditaruh ke dalam mangkuknya, yang diterima ketika pergi mengumpulkan dana makanan demi kelangsungan hidupnya.
4 Dan berkata, ‘Apakah engkau memperoleh sesuatu, tuan?’ (laddha bhante ti c’ abravi): dia berbicara dengan tujuan memperoleh keyakinan dengan berkata ‘Apakah engkau belum memperoleh makanan, tuan?’ Memegangnya di atas kepala (uccam paggayha): mengangkatnya tinggi-tinggi, mengangkat mangkuk itu.
5 Dan membanting mangkuk itu ditanah yang keras (thandile pattam bhinditva): dan membanting mangkuk itu dengan melemparkannya di tanah yang berbatu. Pergi (apakkami): pergi tidak jauh dari situ, dan sementara pergi putra raja itu berbicara kepada Paccekabuddha tersebut -yang (berdiri) memandang dengan welas asih sambil berpikir betapa putra raja itu dibutakan oteh kebodohan, betapa dia telah membuat kesialan yang besar bagi dirinya sendiri tanpa alasan – sambil berkata, ‘Saya adalah putra raja Kitava, apa yang dapat engkau lakukan kepadaku, wahai engkau pengemis?’
6 Kejam (pharusassa): tanpa belas kasihan. Kejam (katuko): tidak menyenangkan. Yang (yam): hasil yang. Terkurung (samappito): tertawan.
7 Selama enam kali delapan puluh empat nahuta tahun (chal eva carurasiti vassani nahutani ca): berbaring dengan wajah tengadah selama 84 ribu tahun; (demikian pula) wajah telungkup, pada sisi kiri, pada sisi kanan, kaki yang digantung tinggi dan dengan hanya berdiri – jadi ada enam14 (periode masing-masing terdiri dari) 84 ribu tahun. Untuk alasan ini, dia berkata: “Dia digodok dengan wajah tengadah dan wajah telungkup, pada sisi kiri dan (sisi) kanan; kaki yang digantung tinggi dan dengan hanya berdiri, orang tolol itu digodok untuk waktu yang lama.
9 [266] Tahun-tahun itu adalah ‘nahuta’ karena tahun-tahun itu banyak jumlahnya – oleh karenanya dia berkata ‘nahuta’. Menjalani kesengsaraan yang amat keras (bhusam dukkham nigacchitiho): menemui kesengsaraan yang ekstrim. Banyak (Pugani): bertahun-tahun. (Dua frasa ini) di sini dan frasa di syair sebelumnya15 harus dianggap sebagai bentuk akusatif dalam pengertian periode waktu yang terus-menerus.
10 Demikianlah (etadisam): dari bentuk yang demikian. Penderitaan (katukam): kesengsaraan yang ekstrim. Penjelasan ini adalah di dalam gender netral, sama seperti penjelasan ‘dia duduk di satu sisi’ (ekamantam nisidi) dan sebagainya. Dengan bentuk semacam itulah kekerasan, kesengsaraan yang ekstrim, bagi orang-orang yang merugikan manusia-manusia yang tanpa noda, bagi orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan jahat (seperti) menghina, menyakiti, seorang resi yang luhur, direbus – demikianlah hal itu harus dipahami.
11 Dia (so): peta Yang dulunya anak raja. Disana (tattha): di neraka. Mengalami (vedayitva): menderita. Sungguh-sungguh (nama): karena jelas dan gamblang – Ketika dia jatuh dari sana (tato cuto): ketika dia jatuh dari neraka. Yang lainnya persis seperti yang telah diberikan.
emikianiah, lewat pembicaraan yang berhubungan dengan peta yang dulunya adalah putra seorang raja, Sang Buddha menggugah orang-orang yang berkumpul di sana dan setelah itu menjelaskan (Empat) Kebenaran (Mulia). Di akhir penjelasan itu banyak yang mencapai buah sotapatti dan sebagainya.
Catatan
III 2 di atas menyatakan bahwa dia muncul di sebuah perkampungan nelayan langsung setelah jatuh dari neraka, tanpa kelahiran selingan.
Terjemahan Gehman’di kehidupan selanjutnya’sudah pasti keliru karena Sanuvasin adalah seorang Arahat; jadi dia tidak akan terlahir kembali.
Terbaca photthabbe pada Se Be untuk potthabbe pada teks.
bhikkhu di sini dianggap memiliki makna harafiah karena menurut pandangan tradisional bahwa para Paccekabuddha tetap ada di zaman di mana tidak ada Buddhisme di dunia (bandingkan PvA 75), tampaknya tidak mungkin kita diharapkan memahami ini sebagai ‘petapa’ di sini.
Se Be menuliskan paccittha … apacchata untuk paccittha … apaccittha pada teks; saya mengasumsikan ini adalah bentuk sing aorist ketiga dari paccati karena mereka tidak dicantumkan oleh PED, Childers, atau CPD.
khuppipasahato nama peto asi; Dhammapala mengartikan nama sebagai partikel penegas di sini. Tetapi di Miln 294, peta khuppipasa kelihatannya merupakan nama untuk peta golongan khusus yang tidak dapat menikmati persembahan-persembahan yang diberikan kepada mereka dari keluarganya. Bandingkan bagaimana di PvA 21 Para peta yang merupakan keluarga Bimbisara tidak dapat menerima apa pun darinya selama beberapa kalpa. Lihat juga A v 269-271, yang disebutkan di PvA 27 dst. di atas, yang menjadi dasar bagi bacaan di Miln, yang juga membedakan peta-peta yang bertahan hidup dari makanan yang sesuai untuk para makhluk di alam peta dengan peta yang menikmati pemberian-pemberian yang dipersembahkan oleh keluarga mereka dan bandingkan komentar di IV 11 1.
Indera ularam tidak dicantumkan oleh PED; akan tetapi lihat PED sv olarika dan BHSD sv audara dan audarika.
Terbaca patilabhanimittam pada Be (ca labha- pada Se) untuk palobhanimittam pada teks
Terbaca yathicehitassa pada Se Be untuk yaticehitassa pada teks.
Bandingkan komentar di II 9 59 (PvA 136).
Teks secara keliru mengeja kiddam di sini.
asekkhanam, yaitu para arahat; karena Sunetta adalah seorang Paccekabuddha maka bisa diasumsikan bahwa dia telah mencapainya. Bandingkan PvA 98,163.
Terbaca santudham pada Se Be untuk santappam pada teks.
Terbaca evam cha pada Be untuk evam pada teks (evam ca pada Se).
v 7.
1. ‘Hasil dari tindakan-tindakan yang dilakukan di masa lampau akan mengganggu pikiran sehubungan dengan pandangan, suara, citarasa, bau dan sentuhan 3(semua) yang menyenangkan pikiran.
2. Ketika dia telah menikmati menari, menyanyi, kenikmatan dan keriangan yang tidak sedikit, dia menghibur diri ditaman. Ketika dia memasuki Giribbaja,
3. [264] Dia melihat resi Sunetta, yang dirinya telah jinak dan terkonsentrasi, dengan sedikit kebutuhan, memiliki kesahajaan dan bergembira dengan apa pun yang masuk ke dalam mangkuknya.
4. Dia turun dari punggung gajah dan berkata, “Apakah engkau memperoleh sesuatu, tuan?” Kesatria itu kemudian merampas mangkuknya dan memegangnya di atas kepala,
5. Dan membanting mangkuk itu di tanah yang keras dan kemudian pergi sambil tertawa dan berkata, “Saya adalah putra raja Kitava – apa yang dapat engkau lakukan kepadaku, wahai engkau pengemis?”5
6. Hasil dari tindakan kejam itu yang dialami putra raja tersebut ketika terkurung di neraka itu sungguh sangat kejam:
7. Selama enam kali 84 nahuta tahun, pelaku kejahatan itu menjalani kesengsaraan yang amat keras di neraka;
8. Dia digodok 4 dengan wajah tengadah dan telungkup, pada sisi kiri dan (sisi) kanan; dengan kaki yang digantung tinggi dan dengan hanya berdiri, orang tolol itu digodok 5 untuk waktu yang lama.
9. Selama banyak nahuta dan beribu-ribu tahun, selain itu pelaku kejahatan pun menjalani kesengsaraan yang amat keras di neraka.
10. Demikianlah penderitaan bagi mereka yang menyakiti orang-orang yang tak bersalah – mereka yang melakukan tindakan-tindakan jahat (seperti misalnya) menghina resi yang luhur akan direbus.
11. Dia mengalami banyak kesengsaraan di sana selama bertahun-tahun, dan kemudian ketika dia jatuh dari sana adalah peta yang sungguh-sungguh didera kelaparan dan kehausan.6
12. Ketika kesialan yang muncul dari mabuk kekuasaan telah diwujudkan dan mabuk kekuasaan telah ditinggalkan, orang seharusnya bertindak dengan kerendahan hati.
13. Dia yang penuh hormat kepada para Buddha dalam kehidupan ini pula akan dipuji, dan pada saat hancurnya tubuh, orang bijak ini akan muncul di surga.’
1 Disini,hasil dari tindakan-tindakan yang dilakukan dimasa lampau akan mengganggu pikiran (pubbe katanam kammanam vipako matthaye manam): ketika buah dari tindakan-tindakan tak-bajik yang dilakukan di kehidupan kehidupan lampau muncul dan secara fisik diaktualisasikan,7 buah itu akan mengganggu, akan menguasai pikiran orang yang dibutakan oleh ketololan; mereka akan meningkatkan keberuntungan mereka sendiri dengan cara menyebabkan kesialan bagi orang lain – demikianiah artinya. [265] Untuk menjelaskan rangkaian gangguan pikiran inilah maka dikatakan ‘sehubungan dengan pandangan, suara’ dan sebagainya. Disini, sehubungan dengan pandangan (rupe): dalam hal apa yang dilihat, yang artinya sehubungan dengan perolehan8 seperti yang diinginkan,9dari objek-objek pandangan yang menarik. 10Sehubungan dengan suara (sade) dan sebagainya: demikian juga untuk hal-hal ini. Dia kemudian menjelaskan dalam (istilah-istilah) khusus masalah yang dia (sejauh ini hanya) berbicara dalam (istilah-istilah) umum, dan mengucapkan (syair) yang bermula dengan: ‘(Ketika dia telah menikmati) menari, menyanyi’yang menjelaskan hal ini.
2 Di sini kenikmatan (ratim): kesenangan sensual. Keriangan (khiddam):11 berolah-raga dengan teman-teman dan sebagainya. Giribbaja (Giribajam): Rajagaha.
3 Resi (isim): dia adalah resi (isim) karena dia berjuang mengusahakan (esana) khandha-khandha moralitas dan sebagainya dari mereka yang terampil. 12Sunetta (Sunettam): Pacekhabuddha yang bernama sama. Dirinya telah jinak (attadantam): dengan pikiran yang dijinakkan dengan penjinakan tingkat tertinggi. Terkonsentrasi (samahitam): terkonsentrasi dengan konsentrasi buah-arahat. Bergembira dengan apa pun yang masuk ke dalam mangkuknya (unche pattagate ratam): bergembira, puas, 13dengan makanan apa pun yang masuk ke dalam mangkuknya, yang ditaruh ke dalam mangkuknya, yang diterima ketika pergi mengumpulkan dana makanan demi kelangsungan hidupnya.
4 Dan berkata, ‘Apakah engkau memperoleh sesuatu, tuan?’ (laddha bhante ti c’ abravi): dia berbicara dengan tujuan memperoleh keyakinan dengan berkata ‘Apakah engkau belum memperoleh makanan, tuan?’ Memegangnya di atas kepala (uccam paggayha): mengangkatnya tinggi-tinggi, mengangkat mangkuk itu.
5 Dan membanting mangkuk itu ditanah yang keras (thandile pattam bhinditva): dan membanting mangkuk itu dengan melemparkannya di tanah yang berbatu. Pergi (apakkami): pergi tidak jauh dari situ, dan sementara pergi putra raja itu berbicara kepada Paccekabuddha tersebut -yang (berdiri) memandang dengan welas asih sambil berpikir betapa putra raja itu dibutakan oteh kebodohan, betapa dia telah membuat kesialan yang besar bagi dirinya sendiri tanpa alasan – sambil berkata, ‘Saya adalah putra raja Kitava, apa yang dapat engkau lakukan kepadaku, wahai engkau pengemis?’
6 Kejam (pharusassa): tanpa belas kasihan. Kejam (katuko): tidak menyenangkan. Yang (yam): hasil yang. Terkurung (samappito): tertawan.
7 Selama enam kali delapan puluh empat nahuta tahun (chal eva carurasiti vassani nahutani ca): berbaring dengan wajah tengadah selama 84 ribu tahun; (demikian pula) wajah telungkup, pada sisi kiri, pada sisi kanan, kaki yang digantung tinggi dan dengan hanya berdiri – jadi ada enam14 (periode masing-masing terdiri dari) 84 ribu tahun. Untuk alasan ini, dia berkata: “Dia digodok dengan wajah tengadah dan wajah telungkup, pada sisi kiri dan (sisi) kanan; kaki yang digantung tinggi dan dengan hanya berdiri, orang tolol itu digodok untuk waktu yang lama.
9 [266] Tahun-tahun itu adalah ‘nahuta’ karena tahun-tahun itu banyak jumlahnya – oleh karenanya dia berkata ‘nahuta’. Menjalani kesengsaraan yang amat keras (bhusam dukkham nigacchitiho): menemui kesengsaraan yang ekstrim. Banyak (Pugani): bertahun-tahun. (Dua frasa ini) di sini dan frasa di syair sebelumnya15 harus dianggap sebagai bentuk akusatif dalam pengertian periode waktu yang terus-menerus.
10 Demikianlah (etadisam): dari bentuk yang demikian. Penderitaan (katukam): kesengsaraan yang ekstrim. Penjelasan ini adalah di dalam gender netral, sama seperti penjelasan ‘dia duduk di satu sisi’ (ekamantam nisidi) dan sebagainya. Dengan bentuk semacam itulah kekerasan, kesengsaraan yang ekstrim, bagi orang-orang yang merugikan manusia-manusia yang tanpa noda, bagi orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan jahat (seperti) menghina, menyakiti, seorang resi yang luhur, direbus – demikianlah hal itu harus dipahami.
11 Dia (so): peta Yang dulunya anak raja. Disana (tattha): di neraka. Mengalami (vedayitva): menderita. Sungguh-sungguh (nama): karena jelas dan gamblang – Ketika dia jatuh dari sana (tato cuto): ketika dia jatuh dari neraka. Yang lainnya persis seperti yang telah diberikan.
emikianiah, lewat pembicaraan yang berhubungan dengan peta yang dulunya adalah putra seorang raja, Sang Buddha menggugah orang-orang yang berkumpul di sana dan setelah itu menjelaskan (Empat) Kebenaran (Mulia). Di akhir penjelasan itu banyak yang mencapai buah sotapatti dan sebagainya.
Catatan
III 2 di atas menyatakan bahwa dia muncul di sebuah perkampungan nelayan langsung setelah jatuh dari neraka, tanpa kelahiran selingan.
Terjemahan Gehman’di kehidupan selanjutnya’sudah pasti keliru karena Sanuvasin adalah seorang Arahat; jadi dia tidak akan terlahir kembali.
Terbaca photthabbe pada Se Be untuk potthabbe pada teks.
bhikkhu di sini dianggap memiliki makna harafiah karena menurut pandangan tradisional bahwa para Paccekabuddha tetap ada di zaman di mana tidak ada Buddhisme di dunia (bandingkan PvA 75), tampaknya tidak mungkin kita diharapkan memahami ini sebagai ‘petapa’ di sini.
Se Be menuliskan paccittha … apacchata untuk paccittha … apaccittha pada teks; saya mengasumsikan ini adalah bentuk sing aorist ketiga dari paccati karena mereka tidak dicantumkan oleh PED, Childers, atau CPD.
khuppipasahato nama peto asi; Dhammapala mengartikan nama sebagai partikel penegas di sini. Tetapi di Miln 294, peta khuppipasa kelihatannya merupakan nama untuk peta golongan khusus yang tidak dapat menikmati persembahan-persembahan yang diberikan kepada mereka dari keluarganya. Bandingkan bagaimana di PvA 21 Para peta yang merupakan keluarga Bimbisara tidak dapat menerima apa pun darinya selama beberapa kalpa. Lihat juga A v 269-271, yang disebutkan di PvA 27 dst. di atas, yang menjadi dasar bagi bacaan di Miln, yang juga membedakan peta-peta yang bertahan hidup dari makanan yang sesuai untuk para makhluk di alam peta dengan peta yang menikmati pemberian-pemberian yang dipersembahkan oleh keluarga mereka dan bandingkan komentar di IV 11 1.
Indera ularam tidak dicantumkan oleh PED; akan tetapi lihat PED sv olarika dan BHSD sv audara dan audarika.
Terbaca patilabhanimittam pada Be (ca labha- pada Se) untuk palobhanimittam pada teks
Terbaca yathicehitassa pada Se Be untuk yaticehitassa pada teks.
Bandingkan komentar di II 9 59 (PvA 136).
Teks secara keliru mengeja kiddam di sini.
asekkhanam, yaitu para arahat; karena Sunetta adalah seorang Paccekabuddha maka bisa diasumsikan bahwa dia telah mencapainya. Bandingkan PvA 98,163.
Terbaca santudham pada Se Be untuk santappam pada teks.
Terbaca evam cha pada Be untuk evam pada teks (evam ca pada Se).
v 7.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com