PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA PATALIPUTTA
Pāṭaliputtapetavatthu (Pv 46)
‘Engkau telah melihat neraka-neraka dan kandungan binatang.’ Ini dikatakan ketika Sang Guru sedang berdiam di Hutan Jeta sehubungan dengan satu Vimanapeta.
Dikatakan bahwa banyak pedagang yang merupakan penduduk Savatthi dan Pataliputta1 akan pergi naik kapal menuju Suvannabhumi.2Ketika itu, seorang umat awam yang sedang tergila-gila pada seorang perempuan jatuh sakit dan mati. Walaupun telah banyak melakukan tindakan bajik, dia tidak muncul di devaloka. Dia muncul sebagai vimanapeta di tengah lautan karena kemelekatannya kepada perempuan itu.3Perempuan yang dia lekati itu bersiap-siap berangkat, naik ke kapal menuju Suvannabhumi. Karena peta itu ingin menahan si perempuan itu, dia menghentikan kapal sehingga tidak bisa bergerak. Para pedagang bertanya-tanya, alas an apa yang membuat kapal itu tidak bisa bergerak.[271] Maka tongkat tanda-tanda buruk diedarkan di antara mereka. Karena kekuatan supranormal bukan-manusia, tongkat itu berhenti tidak kurang dari tiga kali pada perempuan yang dilekati oleh si peta itu. Ketika melihat ini, para pedagang menurunkan seikat bamboo ke dalam lautan dan kemudian menurunkan perempuan itu di atasnya. Segera setelah perempuan itu diturunkan, kapal pun bergerak dengan cepat menuju Suvannabhumi. Makhluk bukan-manusia itu membawa perempuan tersebut ke istananya dan menikmati kesenangan-kesenngan cinta bersamanya. Ketika telah melewatkan satu tahun (di sana), perempuan itu menjadi tidak puas dan memohon pada peta itu dengan berkata, ‘Selama saya tinggal di sini, saya tidak dapat bertindak untuk kesejahteraanku di alam berikutnya. Saya mohon, bawalah saya ke Pataliputta, tuan yang baik.’ Dimohon dengan demikian oleh perempuan itu, peta tersebut mengucapkan syair ini:
1. ‘Engkau telah melihat neraka-neraka dan kandungan binatang, para peta, para asura dan juga para manusia serta deva; 5engkau telah melihat sendiri hasil-hasil dari tindakan seseorang. Saya akan membawamu dengan selamat menuju Pataliputta – setelah engkau pergi ke sana, engkau harus melakukan tindakan-tindakan bajik.’
1 Di sini, engkau telah melihat neraka (dittha taya niraya): engkau bahkan telah melihat beberapa dari neraka yang terpisah. Kandungan binatang (tiracchanayoni): engkau juga telah melihat binatang-binatang dengan keagungan yang besar, seperti misalnya para naga dan supanna6 dan sebagainya – demikianlah hal ini harus dipahami Para peta (peta): berbagai macam peta (yang dikuasai oleh) kelaparan dan kehausan dan sebagainya. Para asura (asura): berbagai macam asura Kalakanjaka.7Para deva (deva): beberapa deva dari (devaloka) Empat Raja Besar. Dikatakan bahwa sang Peta membawa perempuan itu bersamanya dari waktu ke waktu lewat sarana keagungannya untuk pergi berkeliling dan menunjukkan kepadanya neraka yang terpisah dan sebagainya. Untuk alas an inilah dia berkata, engkau telah melihat sendiri hasil-hasil tindakan seseorang (sayam addasa kammavipakam attano): engkau telah pergi ke neraka tertenntu dan sebagainya, dan ketika melihat ke sekeliling engkau melihat sendiri, engkau benar-benar melihat sendiri, dengan mata kepalamu sendiri, hasil-hasil dari tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Saya akan membawamu dengan selamat ke Pataliputta (nessami tam Pataliputtam akkhatam): saya sekarang akan membawamu dengan selamat, tidak dilukai oleh siapa pun, menuju Pataliputta dalam bentuk manusia,8tetapi bila engkau sudah sampai di sana, engkau harus melakukan tindakan-tindakan bajik, yang artinya karena engkau telah melihat dengan matamu sendiri hasil-hasil dari tindakan maka engkau harus lebih giat dan bergembira dalam (melakukan) tindakan-tindakan berjasa.
[273] Ketika perempuan itu mendengar apa yang telah dikatakan oleh si peta, dia merasa amat gembira dan mengucapkan syair ini:
2. ‘Engkau menginginkan kebaikanku, yakkha, engkau menginginkan kesejahteraanku, devata; saya akan melakukan apa yang engkau katakan– engkau adalah guruku. Saya telah melihat neraka-neraka dan kandungan binatang, para peta, para asura dan juga para manusia serta deva; saya telah melihat sendiri hasil-hasil dari tindakan seseorang. Saya bertekad untuk melakukan tindakan-tindakan berjasa yang tidak kecil.
Peta itu kemudian mengambil perempuan tersebut dan berjalan melalui udara. Setelah menaruhnya di tengah kota Paataliputta, dia kemudian pergi. Ketika teman-teman dan sanak-saudara dan sebagainya melihat perempuan itu, mereka bersuka cita. Walaupun mereka sebelumnya mendengar bahwa perempuan itu telah diturunkan ke lautan dan mati, tetapi sekarang dia terlihat. Dan Syukurlah dia telah kembali dengan selamat. Maka mereka berkumpul serta menanyai dia tentang peristiwa itu. Perempuan itu memberitahukan tentang segala sesuatu yang telah dilihat dan dialaminya, tepat dari awalnya. Selanjutnya, para pedagang yang merupakan penduduk Savatthi itu pada waktunya sampai je Savatthi. Mereka menghampiri Sang Guru di saat yang tepat, memberi hormat Beliau, duduk di satu sisi, dan mengemukakan masalah itu kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengambil masalah itu sebagai kebutuhan yang muncul dan mengajarkan Dhamma pada empat kelompok. Orang-orang itu dipenuhi kegelisahan, dan menjadi cenderung pada keadaan-keadaan yang bajik seperti misalnya berdana dan sebagainya.
Catatan :
Patna modern, yang di masa Sang Buddha hanya merupakan sebuah desa dan dikenal sebagai Pataligama. Tempat ini menjadi penting hanya setelah kematian-Nya ketika kemudian menjadi ibukota Maurya di bawah Aoeoka. Bandingkan DPPN ii 178 dst. Hal ini membuat saran Dhammapala (PvA 2) bahwa cerita ini bermula dari Sang Buddha sendiri agak diragukan.
Bandingkan dengan PvA 47
Bandingkan dengan PvA 5, 145 di mana kemelekatan pada seorang perempuan memiliki konsekuensi yang mirip.
kalakannisalakam, secara harafiah merupakan sebuah tongkat (untuk menentukan) yang berkuping-hitam, dan dianggap sebagai atribut yang tidak menguntungkan. Tidak diketahui proses apa yang terlibat. Bandingkan dengan nasib Jonah yang serupa (Jonah 1 7dst.).
Di banyak tempat di Nikaya hanya disebutkan empat kemungkinan untuk alam kelahiran kembali – di neraka-neraka, sebagai binatang, sebagai manusia, dan sebagai dewa – contoh M iii 163 dst.; bandingkan D I 83 yang mencantumkan perumpamaan tentang proses kelahiran kembali di mana manusia-manusia berjalan di sepanjang empat jalan. Nantinya, alam yang ke lima, yaitu alam para peta, ditambahkan. Lima alam ini, Pancagati, menjadi acuan untuk Theravada sementara Mahayana selanjutnya menambah jumlahnya menjadi enam dengan membentuk satu alam terpisah untuk para asura. Seperti yang ditunjukkan syair ini, enam alam ini juga kadang-kadang disebutkan di sumber-sumber Pali; bandingkan D iii 264 dan lt 92 dst.
supanna, Skt suparna, yang secara harafiah berarti bersayap-indah, dan julukan untuk Garuda, burung pemangsa dan merupakan kendaraan Visnu, musuh tradisional dari naga, atau ular. Mereka sering muncul berpasangan dengan cara ini – lihat contoh D ii 259; S iii 240-249; Mahavastu ii 15, 163 dst., iii 324.
Lihat artikel tentang asura di Epic Mythology, oleh E. Washburn Hopkins, Delhi 19744, hal. 46 dst. Di mana mereka dikatakan sebagai Kaleyas; juga R. Spence Hardy, Manual of Buddhism, Varanasi 1967, hal. 59 di mana mereka dikatakan sebagai satu golongan peta.
Terbaca aparikkhatam manussarupen’ eva pada Se Be untuk aparikkhatamanussarupen’ eva pada teks.
Dikatakan bahwa banyak pedagang yang merupakan penduduk Savatthi dan Pataliputta1 akan pergi naik kapal menuju Suvannabhumi.2Ketika itu, seorang umat awam yang sedang tergila-gila pada seorang perempuan jatuh sakit dan mati. Walaupun telah banyak melakukan tindakan bajik, dia tidak muncul di devaloka. Dia muncul sebagai vimanapeta di tengah lautan karena kemelekatannya kepada perempuan itu.3Perempuan yang dia lekati itu bersiap-siap berangkat, naik ke kapal menuju Suvannabhumi. Karena peta itu ingin menahan si perempuan itu, dia menghentikan kapal sehingga tidak bisa bergerak. Para pedagang bertanya-tanya, alas an apa yang membuat kapal itu tidak bisa bergerak.[271] Maka tongkat tanda-tanda buruk diedarkan di antara mereka. Karena kekuatan supranormal bukan-manusia, tongkat itu berhenti tidak kurang dari tiga kali pada perempuan yang dilekati oleh si peta itu. Ketika melihat ini, para pedagang menurunkan seikat bamboo ke dalam lautan dan kemudian menurunkan perempuan itu di atasnya. Segera setelah perempuan itu diturunkan, kapal pun bergerak dengan cepat menuju Suvannabhumi. Makhluk bukan-manusia itu membawa perempuan tersebut ke istananya dan menikmati kesenangan-kesenngan cinta bersamanya. Ketika telah melewatkan satu tahun (di sana), perempuan itu menjadi tidak puas dan memohon pada peta itu dengan berkata, ‘Selama saya tinggal di sini, saya tidak dapat bertindak untuk kesejahteraanku di alam berikutnya. Saya mohon, bawalah saya ke Pataliputta, tuan yang baik.’ Dimohon dengan demikian oleh perempuan itu, peta tersebut mengucapkan syair ini:
1. ‘Engkau telah melihat neraka-neraka dan kandungan binatang, para peta, para asura dan juga para manusia serta deva; 5engkau telah melihat sendiri hasil-hasil dari tindakan seseorang. Saya akan membawamu dengan selamat menuju Pataliputta – setelah engkau pergi ke sana, engkau harus melakukan tindakan-tindakan bajik.’
1 Di sini, engkau telah melihat neraka (dittha taya niraya): engkau bahkan telah melihat beberapa dari neraka yang terpisah. Kandungan binatang (tiracchanayoni): engkau juga telah melihat binatang-binatang dengan keagungan yang besar, seperti misalnya para naga dan supanna6 dan sebagainya – demikianlah hal ini harus dipahami Para peta (peta): berbagai macam peta (yang dikuasai oleh) kelaparan dan kehausan dan sebagainya. Para asura (asura): berbagai macam asura Kalakanjaka.7Para deva (deva): beberapa deva dari (devaloka) Empat Raja Besar. Dikatakan bahwa sang Peta membawa perempuan itu bersamanya dari waktu ke waktu lewat sarana keagungannya untuk pergi berkeliling dan menunjukkan kepadanya neraka yang terpisah dan sebagainya. Untuk alas an inilah dia berkata, engkau telah melihat sendiri hasil-hasil tindakan seseorang (sayam addasa kammavipakam attano): engkau telah pergi ke neraka tertenntu dan sebagainya, dan ketika melihat ke sekeliling engkau melihat sendiri, engkau benar-benar melihat sendiri, dengan mata kepalamu sendiri, hasil-hasil dari tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Saya akan membawamu dengan selamat ke Pataliputta (nessami tam Pataliputtam akkhatam): saya sekarang akan membawamu dengan selamat, tidak dilukai oleh siapa pun, menuju Pataliputta dalam bentuk manusia,8tetapi bila engkau sudah sampai di sana, engkau harus melakukan tindakan-tindakan bajik, yang artinya karena engkau telah melihat dengan matamu sendiri hasil-hasil dari tindakan maka engkau harus lebih giat dan bergembira dalam (melakukan) tindakan-tindakan berjasa.
[273] Ketika perempuan itu mendengar apa yang telah dikatakan oleh si peta, dia merasa amat gembira dan mengucapkan syair ini:
2. ‘Engkau menginginkan kebaikanku, yakkha, engkau menginginkan kesejahteraanku, devata; saya akan melakukan apa yang engkau katakan– engkau adalah guruku. Saya telah melihat neraka-neraka dan kandungan binatang, para peta, para asura dan juga para manusia serta deva; saya telah melihat sendiri hasil-hasil dari tindakan seseorang. Saya bertekad untuk melakukan tindakan-tindakan berjasa yang tidak kecil.
Peta itu kemudian mengambil perempuan tersebut dan berjalan melalui udara. Setelah menaruhnya di tengah kota Paataliputta, dia kemudian pergi. Ketika teman-teman dan sanak-saudara dan sebagainya melihat perempuan itu, mereka bersuka cita. Walaupun mereka sebelumnya mendengar bahwa perempuan itu telah diturunkan ke lautan dan mati, tetapi sekarang dia terlihat. Dan Syukurlah dia telah kembali dengan selamat. Maka mereka berkumpul serta menanyai dia tentang peristiwa itu. Perempuan itu memberitahukan tentang segala sesuatu yang telah dilihat dan dialaminya, tepat dari awalnya. Selanjutnya, para pedagang yang merupakan penduduk Savatthi itu pada waktunya sampai je Savatthi. Mereka menghampiri Sang Guru di saat yang tepat, memberi hormat Beliau, duduk di satu sisi, dan mengemukakan masalah itu kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengambil masalah itu sebagai kebutuhan yang muncul dan mengajarkan Dhamma pada empat kelompok. Orang-orang itu dipenuhi kegelisahan, dan menjadi cenderung pada keadaan-keadaan yang bajik seperti misalnya berdana dan sebagainya.
Catatan :
Patna modern, yang di masa Sang Buddha hanya merupakan sebuah desa dan dikenal sebagai Pataligama. Tempat ini menjadi penting hanya setelah kematian-Nya ketika kemudian menjadi ibukota Maurya di bawah Aoeoka. Bandingkan DPPN ii 178 dst. Hal ini membuat saran Dhammapala (PvA 2) bahwa cerita ini bermula dari Sang Buddha sendiri agak diragukan.
Bandingkan dengan PvA 47
Bandingkan dengan PvA 5, 145 di mana kemelekatan pada seorang perempuan memiliki konsekuensi yang mirip.
kalakannisalakam, secara harafiah merupakan sebuah tongkat (untuk menentukan) yang berkuping-hitam, dan dianggap sebagai atribut yang tidak menguntungkan. Tidak diketahui proses apa yang terlibat. Bandingkan dengan nasib Jonah yang serupa (Jonah 1 7dst.).
Di banyak tempat di Nikaya hanya disebutkan empat kemungkinan untuk alam kelahiran kembali – di neraka-neraka, sebagai binatang, sebagai manusia, dan sebagai dewa – contoh M iii 163 dst.; bandingkan D I 83 yang mencantumkan perumpamaan tentang proses kelahiran kembali di mana manusia-manusia berjalan di sepanjang empat jalan. Nantinya, alam yang ke lima, yaitu alam para peta, ditambahkan. Lima alam ini, Pancagati, menjadi acuan untuk Theravada sementara Mahayana selanjutnya menambah jumlahnya menjadi enam dengan membentuk satu alam terpisah untuk para asura. Seperti yang ditunjukkan syair ini, enam alam ini juga kadang-kadang disebutkan di sumber-sumber Pali; bandingkan D iii 264 dan lt 92 dst.
supanna, Skt suparna, yang secara harafiah berarti bersayap-indah, dan julukan untuk Garuda, burung pemangsa dan merupakan kendaraan Visnu, musuh tradisional dari naga, atau ular. Mereka sering muncul berpasangan dengan cara ini – lihat contoh D ii 259; S iii 240-249; Mahavastu ii 15, 163 dst., iii 324.
Lihat artikel tentang asura di Epic Mythology, oleh E. Washburn Hopkins, Delhi 19744, hal. 46 dst. Di mana mereka dikatakan sebagai Kaleyas; juga R. Spence Hardy, Manual of Buddhism, Varanasi 1967, hal. 59 di mana mereka dikatakan sebagai satu golongan peta.
Terbaca aparikkhatam manussarupen’ eva pada Se Be untuk aparikkhatamanussarupen’ eva pada teks.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com