Sariputta | Suttapitaka | PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA POROS-POHON Sariputta

PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA POROS-POHON

Akkha­rukkha­peta­vatthu (Pv 48 )

‘Ketika seseorang memberi, itu tidak (hanya) di sana.’ Ini adalah Donor Cerita Peta Poros.1 Bagaimana asal mulanya?

Ketika Sang Buddha sedang berdiam di Savatthi, seorang pengikut awam yang merupakan penduduk Savatthi mengisikan barang-barang ke dalam beberapa kereta dan pergi ke Videha2 untuk berdagang. Dia menjual barang-barangnya di sana dan kemudian mengisi keretanya lagi dengan barang-barang (yang baru di belinya) dan kembali pulang ke Savatthi. Sementara dia menempuh jalan di hutan, salah satu poros roda keretanya patah. Pada waktu itu, seorang laki-laki meninggalkan desanya engan membawa kapak dan beliungnya untuk memotong pohon. Dia sedang berkelana di hutan dan sampai di tempat itu. Dia melihat kesulitan yang dialami oleh pengikut awam tersebut karena poros keretanya patah.’ Karena merasa kasihan, laki-laki itu tersebut menebang pohon, membuat poros yang kokoh dan memberikannya (kepada pedagang itu) serta memasangnya pada kereta tersebut. Pada saatnya, dia mati dan muncul sebagai devata surgawi persisi di tempat yang sama di hutan itu. Setelah merenungkan tindakan-tindakannya, dia pergi pada malam hari ke rumah umat awam tersebut dan mengucapkan syair ini sementara berdiri di rumah itu:

`Ketika seseorang memberi, itu tidak (hanya) di sana – engkau harus selalu memberikan dana; ketika orang telah memberi, dia menyeberangi keduanya, dia pergi menuju keduanya lewat sarana ini. Waspadalah! Jangan lengah!
1. Di sini, ketika seseorang memberi, itu tidak (hanya) di sana (yamdadatinatamhoti): ketika seorang donor memberikan persembahan jasa, itu tidak hanya di sana di alam setelah kematian di mana buah dari pemberian itu muncul, 3karena selain itu masih ada jauh lebih banyak buah lain yang menyenangkan dan dapat dinikmati. Oleh karenanya engkau harus selalu memberikan dana (deth’ eva danam): engkau harus selalu memberikan pemberian pada saat yang tepat. 4Kemudian dia menyatakan alasannya: Ketika orang telah memberi, dia menyeberangi keduanya (datva ubhayam tarati): [278] ketika orang telah memberikan dana, dia melampaui kesengsaraan dan kesialan, baik di dalam kehidupan ini maupun di dalam kehidupan yang akan datang. Dia pergi menuju keduanya lewat sarana ini (ubhayam tena gacchati): dia mencapai, dia meraih, baik kebahagiaan di dalam kehidupan ini maupun di alam berikutnya lewat sarana berdana ini. Lebih jauh lagi,5artinya harus dipahami sebagai kesejahteraan dan kebahagiaan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Waspadalah! Jangan lengah! (Jagaratha ma pamajjatha): artinya waspadalah untuk memperoleh dana-dana yang menghasilkan dua (jenis) kesejahteraan dan yang menghalau dua (jenis) kesialan dengan cara ini. Siapkanlah bahan-bahan untuk dana6 dan tekunlah di sana. Hal ini dikatakan dengan cara7 pengulangan di sini untuk menunjukkan penghormatan.

Ketika pedagang itu telah menyelesaikan apa yang harus dilakukan, dia kembali dan pada saatnya sampai di Savatthi. Pada hari berikutnya, dia mengunjungi Sang Guru, menghormat Beliau, dan duduk di satu sisi. Kemudian dia mengemukakan hal iti ke hadapan Sang Buddha. Sang Buddha menganggap masalah itu sebagai kebutuhan yang muncul dan mengajarkan Dhamma kepada kelompok yang berkumpul di sana. Ajaran itu bermanfaat bagi orang-orang tersebut.

Catatan :

Terbaca Akkhadayakapetavatthu pada Se be untuk – dayikapetavatthum pada teks; kelihatannya seperti judul alternatif untuk cerita ini.
Kelompok Videha dan Licchavi bergabung untuk membentuk kelompok Vajji. Letaknya adalah di tepi utara Sungai Gangga di sebelah utara Rajagaha dan sebelah timur Savatthi. Ibu kotanya adalah mithila, yang umumnya dikenali sebagai Janakapura, yang berada di dalam batas Nepal ke arah utara Mazaffarpur dan distrik Darbhanga. Bandingkan DPPN ii 635, 813 dst., 879 dst.
Terbaca na tad’ eva paraloke tassa danassa phalabhavena hoti pada Se Be untuk na tam devaloke tassa danassa phalabhavo hoti pada teks.
Terbaca yatha tatha pada Se Be untuk yatha pada teks.
Terbaca hitasukhavasena ‘pi pada Se Be untuk – vasena ti pada teks.
Terbaca danupakaranani sajjetva pada Se Be untuk danupakarananisajjetva pada teks; bandingkan PvA 105.
amenditavasena; bukan ‘simpati’ seperti yang diusulkan oleh PED – lihat CPD dan SED sv amredita.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com