ISTANA TEMPAT DUDUK, KEEMPAT
Catutthapīṭhavimānavatthu (Vv 4)
Tempat kejadian ini juga di Rajagaha. Cerita ini harus dipahami sama seperti cerita Istana Kedua, karena setelah perempuan itu memberikan tempat duduk dengan kain biru yang dibentangkan diatasnya, disana muncul juga baginya Istana yang terbuat dari batu permata hijau-laut. Yang lain sama seperti yang terdapat di Istana Pertama. Karena itulah dikatakan :
“Tempat dudukmu yang luar biasa dan terbuat dari batu permata hijau-laut, bergerak sesuka hati (-mu) dengan kecepatan pikiran. Engkau berhias, mengenakan rangkaian bunga, berpakaian indah; engkau bersinar bagaikan halilintar di tepian awan.
Karena apakah maka keelokanmu sedemikian rupa? Karena apakah engkau sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatimu?
“Saya bertanya kepadamu, dewi dengan keagungan yang besar, tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokanmu menyinari segala penjuru ?’
Devata tersebut, karena gembira ditanya oleh Moggallana, ketika diberi pertanyaan memjelaskan perbuatan apa yang menghasilkan buah itu.
“Untuk suatu perbuatan kecil saya maka buahnya adalah keagungan yang cemerlang sedemikian rupa. Ketika di dalam kehidupan lampau saya terlahir sebagai manusia di antara manusia.
Saya milihat seorang Bhikkhu tanpa kekotoran batin, tenang pikirannya, tanpa kebingungan, kepadanya saya – karena keyakinan – memberikan sebuah tempat duduk dengan tangan saya sendiri.
Karena inilah maka keelokanku sedemikian rupa, karena inilah saya sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatiku.
Saya beritahukan kepadamu. Bhikkhu dengan keagungan yang besar, tindakan jasa yang telah saya lakukan ketika terlahir sebagai manusia. Karena inilah maka keagunganku cemerlang sedemikian rupa dan keelokanku menyinari segala penjuru.”
“Tempat dudukmu yang luar biasa dan terbuat dari batu permata hijau-laut, bergerak sesuka hati (-mu) dengan kecepatan pikiran. Engkau berhias, mengenakan rangkaian bunga, berpakaian indah; engkau bersinar bagaikan halilintar di tepian awan.
Karena apakah maka keelokanmu sedemikian rupa? Karena apakah engkau sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatimu?
“Saya bertanya kepadamu, dewi dengan keagungan yang besar, tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokanmu menyinari segala penjuru ?’
Devata tersebut, karena gembira ditanya oleh Moggallana, ketika diberi pertanyaan memjelaskan perbuatan apa yang menghasilkan buah itu.
“Untuk suatu perbuatan kecil saya maka buahnya adalah keagungan yang cemerlang sedemikian rupa. Ketika di dalam kehidupan lampau saya terlahir sebagai manusia di antara manusia.
Saya milihat seorang Bhikkhu tanpa kekotoran batin, tenang pikirannya, tanpa kebingungan, kepadanya saya – karena keyakinan – memberikan sebuah tempat duduk dengan tangan saya sendiri.
Karena inilah maka keelokanku sedemikian rupa, karena inilah saya sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatiku.
Saya beritahukan kepadamu. Bhikkhu dengan keagungan yang besar, tindakan jasa yang telah saya lakukan ketika terlahir sebagai manusia. Karena inilah maka keagunganku cemerlang sedemikian rupa dan keelokanku menyinari segala penjuru.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com