ISTANA MENANTU – PEREMPUAN
Paṭhamasuṇisāvimānavatthu (Vv 13)
Di sebuah rumah di Savatthi, ada seorang menantu-perempuan yang berasal dari keluaga baik-baik. Dia melihat seorang Thera yang telah menghancurkan kekotoran batin, datang ke rumah itu untuk mengumpulkan dana makanan. Dipenuhi sukacita dan kebahagiaan, dia berpikir, “Telah muncul suatu ladang jasa tertinggi bagiku.”Dia mengambil kue-beras1 yang sebenarnya akan dimakannya sendiri, dan memberikannya dengan penuh hormat kepada Thera tersebut. Sang Thera menerimanya, berterima kasih kepadanya, dan kemudian pergi. Di kemudian hari, menantu-perempuan itu meninggal dan terlahir kembali di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa. Sisanya sama seperti yang dijelaskan diatas.
1. “Engkau yang berdiri dengan keelokan melebihi yang lain, devata, membuat segala penjuru bersinar bagaikan bintang penyembuh.
2. Karena apakah maka keelokanmu sedemikian rupa ? Karena apakah engkau sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatimu ?
3. Saya bertanya kepadamu, dewi dengan keagungan yang besar, tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokanmu bersinar kesegala penjuru?”
4. Devata itu. Karena gembira ditanya oleh Moggallana, ketika diberi pertanyaan menjelaskan perbuatan apa yang memberikan buah itu.
5. “Ketika saya terlahir sebagai manusia diantara manusia, saya adalah menantu-perempuan di rumah ayah mertuaku. Saya melihat seorang bhikkhu, yang tanpa kekotoran batin, tenang pikirannya, tanpa kebingungan.
6. Kepada Beliau, dengan keyakinan dan dengan tangan sendiri saya memberikan kue-beras. Karena memberikan separuh dari jatah makananku, saya bersukacita di Hutan Nandaa.
7. Karena inilah maka keelokanku sedemikian rupa, karena inilah saya sejahtera disini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatiku.
8. Karena inilah maka keagunganku cemerlang sedemikian rupa dan keelokanku menyinari segala penjuru.”
Catatan :
puva, bukan yang biasanya disebut kue; makanan yang digoreng dengan minyak yang banyak
1. “Engkau yang berdiri dengan keelokan melebihi yang lain, devata, membuat segala penjuru bersinar bagaikan bintang penyembuh.
2. Karena apakah maka keelokanmu sedemikian rupa ? Karena apakah engkau sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatimu ?
3. Saya bertanya kepadamu, dewi dengan keagungan yang besar, tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokanmu bersinar kesegala penjuru?”
4. Devata itu. Karena gembira ditanya oleh Moggallana, ketika diberi pertanyaan menjelaskan perbuatan apa yang memberikan buah itu.
5. “Ketika saya terlahir sebagai manusia diantara manusia, saya adalah menantu-perempuan di rumah ayah mertuaku. Saya melihat seorang bhikkhu, yang tanpa kekotoran batin, tenang pikirannya, tanpa kebingungan.
6. Kepada Beliau, dengan keyakinan dan dengan tangan sendiri saya memberikan kue-beras. Karena memberikan separuh dari jatah makananku, saya bersukacita di Hutan Nandaa.
7. Karena inilah maka keelokanku sedemikian rupa, karena inilah saya sejahtera disini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatiku.
8. Karena inilah maka keagunganku cemerlang sedemikian rupa dan keelokanku menyinari segala penjuru.”
Catatan :
puva, bukan yang biasanya disebut kue; makanan yang digoreng dengan minyak yang banyak
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com