Sariputta | Suttapitaka | ISTANA YANG KEMILAU Sariputta

ISTANA YANG KEMILAU

Daddal­lavi­mānavat­thu (Vv 34)

Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi, di Jetavana. Pada saat itu, di suatu desa kecil bernama Nalaka ada seorang kaya, dayaka sukarela dari Y.M. Revata Thera. Dia memiliki dua orang putrid yang bernama Bhadda dan Subhadda. Baddha ini menikah dengan seorang laki-laki yang penuh dengan keyakinan dan kebijaksanaan, tetapi mereka tidak mempunyai anak. Dia berkata kepada suaminya: “Saya punya adik bernama Subhadda. Ambilah dia. Seandainya dia punya anak lelaki, anak itu akan menjadi anakku juga, dan garis keluarga ini tidak akan mati. “Baiklah,” kata suaminya menyetujui. Maka dia menjalankan saran istrinya itu. Bhadda menasehati Subadda, “Subhadda, bergembiralah dalam berdana dan tekunlah alam kehidupan benar. Dengan demikian engkau akan memiliki kekuatan untuk keberuntungan di dunia yang kita lihat ini serta di dunia yang akan datang.”

Subhadda mematuhi nasihat Bhadda dan bertindak sesuai dengan apa yang dikatakan. Suatu hari dia mengundang makan Y.M. Revata Thera engan tujuh bhikkhu lain bersama beliau.1 Mereka pergi ke rumahnya. Dengan keyakinan dia melayani dengan tangannya sendiri, dan menjamu Y.M. Revata dan para bhikkhu itu dengan makanan lezat – baik makanan keras maupun lunak. Thera itu mengucapkan terima kasih dan pergi. Setelah Subhadda meninggal, dia terlahir lagi di dalam kelompok Dewa-Yang-Bergembira-Dalam-Mencipta. Tetapi Bhadda, karena dia berdana kepada individu-individu,2 terlahir kembali sebagai pelayan Sakka, raja para dewa. Subhadda berpikir tentang keberuntungannya sendiri dan bertanya-tanya, “karena (tindakan) jasa apakah maka aku telah muncul di sini ?” Dia kemudian menyadari bahwa pencapaiannya muncul melalui dana kepada Sangha sebagai akibat dari nasihat Bhadda. Ketika sedang bertanya-tanya, “Di manakah Bhadda?” dia melihat bahwa Bhadda telah terlahir sebagai pelayan Sakka. Karena kasih saying kepadanya, Subhadda memasuki Istana Bhadda. Kemudian Bhadda bertanya kepadanya:

1. “Dengan kecantikan yang memukau dan dengan kemegahan, engkau bersinar melebihi keelokan setiap dewa alam Tiga-Puluh-Tiga.

2. Saya tidak ingat telah pernah melihatmu, ini adalah pertama kalinya aku memandangmu. Dari kelompok dewa manakah engkau telah dating ke sini dan menyapaku dengan nama ?”

Menjawab dalam dua syair, Subhadda menjelaskan:

3. “Bhadda, aku dahulu adalah Subhadda di dalam kehidupan manusia sebelum ini. Aku adalah istri-madumu dan adalah adikmu.

4. Aku sendiri pada saat hancurnya tubuh, terbebas dengan baik, setelah meninggal dari sana lalu muncul di antara kelompok para Dewa-Yang-Bergembira-Dalam-Mencipta.

5. “Makhluk-makhluk yang telah banyak melakukan hal-hal indah akan pergi ke kelompok dewa tempatmu terlahir, Subhadda, demikian kau nyatakan.

6. Tetapi bagaimana, melalui sarana apa atau diajarkan oleh siapa, melalui jenis pemberian apa, melalui praktek baik apa maka engkau kini cemerlang?

7. Mencapai kemasyran sedemikian, mendapatkan kehormatan yang melimpah, devata, ketika ditanya jelaskanlah tindakan apa yang memberikan buah ini.”

Sekali lagi Subhadda berbicara :

8. “Hanya delapan porsi-dana pemberianku dulu yang kuberikan dengan tanganku sendiri, karena memiliki keyakinan kepada Sangha yang pantas menerimanya.

9. Karena inilah maka keelokanku sedemikian rupa, karena inilah aku sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang menyenangkan sesuai dengan hatiku.

10 Kuberitahukan keoadamu, dewi dengan keagungan yang besar, tindakan jasa apa yang telah kulakukan ketika terlahir sebagai manusia. Karena inilah maka keagunganku cemerlang sedemikian rupa dan keelokanku menyinari segala penjuru.”

Kemudian Bhadda bertanya :

11. Dengan tanganku sendiri, karena memiliki keyakinan, makanan dan minuman aku sajikan untuk menyegarkan lebih banyak bhikkhu, pelaku-Brahma yang terkendali, jika dibandingkan engkau.

12. Walaupun memberi lebih banyak dibandingkan engkau, aku muncul di kelompok yang rendah. Mengapa engkau-yang memberikan sedikit-telah mendapatkan kehormatan yang besar? Devata, ketika ditanya, jelaskanlah tindakan apa yang menghasilkan buah ini.”

Sekali lagi Subhadda berkata :

13. Dulu aku melihat seorang bhikkhu, orang yang memberikan inspirasi kepada pikiran. Aku mengundang beliau, Revata, dan tujuh bhikkhu lain untuk makan.

14. Beliau, Revata – karena menginginkan kesejahteraanku3 dan karena kasih sayangnya-berkata kepadaku, ‘Berilah kepada Sangha.’ Aku melakukan saran beliau.

15. Pemberian kepada Sangha itu membuahkan hasil yang tak terukur.4 Pemberian kepada individu-individu bukan merupakan buah yang besar bagimu.

Setelah Subhadda berkata demikian, Bhadda bisa memahami artinya. Karena ingin menyamai Subhadda, Bhadda menyampaikan syair ini :

16. “Sekarang barulah aku tahu bahwa pemberian kepada Sangha memberikan buah yang sangat besar. Bila aku pergi (lagi) ke alam manusia, secara melimpah dan tanpa kekikiran aku akan memberikan dana dengan rajin kepada Sangha berulang kali.”

Kemudian Subhadda kembali ke alam-dewanya sendiri. Sakka, raja para dewa, meliahat ada putri-dewa yang bentuk fisiknya bersinar melampaui kecemerlangan bentuk fisiknya dibanding semua melampaui semua dewa dari alam Tiga-Puluh-Tiga. Sakka juga mendengar percakapan antara keduanya, namun segera Subhadda lenyap begitu saja. Karena tidak mengetahui siapa putri-dewa itu, Sakka bertanya kepada Bhadda:

17. “Bhadda, siapakah devata yang berbicara kepadamu dengan khusuk tadi? Keelokannya melampaui semua dewa di alam Tiga-Puluh-Tiga.”

Bhadda berkata kepada Sakka :

18. “Raja para dewa, ketika di dalam kehidupan lampau, dia terlahir sebagai manusia di dunia manusia, dia adalah istri-maduku dan adalah adikku. Setelah memberikan dana kepada Sangha, dia bersinar karena tindakan jasa yang telah dilakukannya.”

Kemudian Sakka membabarkan Dhamma, untuk menunjukkan buah yang besar dari dana Subhadda yang bernilai kepada Sangha :

19. “Dia yang dulunya adalah saudaramu, Bhadda, bersinar melalui Dhamma karena dia memantapkan dananya kepada Sangha sebagai ladangnya jasa yang tak-terukur.

20. Di puncak Nasar saya telah bertanya kepada Sang Buddha tentang buah kedermawanan di mana dana itu memberikan buah yang besar:

21. 5Bagi manusia, para makhluk, yang memberikan dana dan berharap untuk memperoleh jasa kebajikan, yang baginya jasa itu berguna di dalam kelahiran-kelahiran karena dana itu akan memnerikan buah yang besar.

22. Kemudian Sang Buddha tahu tentang buah dari tindakan, dan tentang buah dari kedermawanan yang memberikan hasil yang besar, menjelaskan kepadaku :

23. ‘Ada empat kelompok yang berada pada Sang Jalan, dan empat yang telah mantap di dalam buahnya. Sangha ini lurus dan konsentrasi pada kebijaksanaan dan moralitas.

24. Bagi manusia, para makhluk, yang memberikan dana dan berharap untuk memperoleh jasa kebajikan, sungguh dana yang diberikan pada Sangha akan memberikan jasa kebajikan yang berguna di dalam kelahiran-kembali; dana itu akan memberikan buah yang besar.

25. Karena Sangha ini tersebar, amat luas. Ia tak-terukur bagaikan samudera, lautan. Siswa-siswa pahlawan diantara manusia6 ini merupakan yang terbaik, membawa kecemerlangan di mana pun mereka mengulang Dhamma.7

26. Mereka yang memberikan dana kepada Sangha-dana mereka inilah yang diberikan dengan benar, dipersembahkan dengan benar, dikorbankan dengan benar. Dana yang diberikan kepada Sangha akan menghasilak buah yang besar, dan dipuji oleh para pengenal-alam.8

27. Dengan mengingat tindakan jasa semacam ini, mereka – yang berjalan di dunia dengan sukacita yang muncul, setelah menghancurkan nada kekikiran sampai ke akarnya, yang tak-ternoda-akan mencapai alam surga.”’

Sakka, raja para dewa, menceritakan seluruh kejadian ini kepada Y.M. Maha-Moggallana yang menceritakannya kepada Sang Buddha. Sang Buddha membuat hal itu sebagai kesempatan untuk mengerjakan Dhamma.

Catatan :

Makanan-untuk-Delapan, juga di No. 16
puggalesu, istilah tak umum dalam konteks semacam itu-Edisi ke-1. Dana-dana Subhadda diberikan kepada Sangha, sedangkan dana Bhaddha kepada bhikkhu individu
Terbaca atthapurekkharo dengan VvA. 152.
Ee appameyya, VvA. 152 Be appameyye, suatu ladang jasa kebajikan yang tidak terkira nilainya. Lihat syair 25 di bawah; juga lihat M.iii. 255 dst. Untuk tujuh jenis dana pada Sangha. Di situ suatu dana kepada Sangha disebut tak-ternilai, tak-terukur, asankheyya appameyya.
Syair 21, 23, 24 juga di S. i. 233; syair 21,23,24-27 di Kvu. 554; dan syair 23-27 di Kvu. 554; dan syair 23-27 di 44. 22-26 di bawah.
naraviriya di Ee, naravira di VvA. 154 dan Be; dijelaskan oleh viriyasampanna naravira.
Ee terbaca pabhamkara dhammakatham udirayanti; VvA. 154 pabhamkarayattha dhammam uddisanti, dengan v.1. katham untuk yattha, dan udirayanti untuk uddisanti; Be pabhamkara dhammam udirayanti, dengan v.i. seperti yang terdapat di Ee.
Para Buddha, VvA. 155.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com