Sariputta | Suttapitaka | ISTANA VISALAKKHI Sariputta

ISTANA VISALAKKHI

Visālak­khi­vi­mānavat­thu (Vv 37)

Setelah Yang Terberkahi mencapai nibbana akhir, Raja Ajatasattu membangun stupa besar di Rajagaha untuk relik yang diterimanya, dan kemudian mengadakan festival penghormatan. Pada waktu itu, ada seorang putri perangkai bunga yang bernama Sunanda. Sunanda adalah umat awam perempuan, siswa ariya yang telah mencapai tingkat Pemasuk Arus. Dia mengirimkan kalung-kalung bunga yang harum ke cetiya, dan pada hari-hari Uposatha pun pergi sendiri untuk memberikan penghormatan. Setelah meninggal, dia terlahir lagi sebagai pengikut Sakka, raja para dewa. Pada suatu hari Sakka memasuki Hutan Cittalata. Dia melihat Sunanda berdiri di sana tanpa terpengaruh oleh cahaya di sekitarnya. Dan Sakka bertanya kepadanya tentang hal itu:

1. “Siapakah engkau, yang bermata besar, di Hutan Cittalata yang menyenangkan, yang berjalan kian kemari memimpin sekelompok perempuan yang mengelilingimu?

2. Ketika para dewa dari alam Tiga – Puluh –Tiga memasuki Hutan ini dengan kuda dan kereta-kereta mereka, semua kemilau mereka menyebar.

3. Tetapi engkau yang telah datang ke sini, yang berjalan kian kemari di tempat hiburan ini, tidak ada penyebaran (warna) terlihat ditubuhmu. Mengapa bentukmu sedemikian rupa? Devata, ketika ditanya, jelaskanlah tindakan apa yang menghasilkan buah ini.”

Ditanya oleh Sakka, devata ini (Sunanda) menjawab dalam syair-syair ini:

4. “Raja para dewa, tindakan apa yang membuat bentuk dan kelahiran ini milikku beserta kesejahteraan dan keagungan – dengarkanlah, pemberi1 yang dermawan.

5. Di Rajagaha yang menyenangkan, saya dulu adalah umat awam perempuan yang bernama Sunanda. Saya memiliki keyakinan, memiliki kebiasaan moral, selalu bergembira dalam kedermawanan.

6. Pakaian dan makanan, tempat tinggal dan lampu saya berikan dengan penuh bakti kepada mereka yang lurus.

7. Pada (hari-hari) ke 14, 15, dan ke –8 dari dua-mingguan bulan terang, dan pada hari khusus pada dua-mingguan yang berhubungan erat dengan (peraturan) berunsur-delapan, saya menjalankan (hari) Uposatha, selalu terkendali oleh kebiasaan-kebiasaan moral.”

8. Menjauhkan diri dari membunuh makhluk hidup, dan menjauhkan diri dari berbicara bohong, dari mencuri, tindakan asusila, serta minum minumam yang memabukkan jauh dariku,

9. Bergembiralah di dalam lima peraturan pelatihan, terampil di dalam kebenaran-kebenaran ariya, dahulu saya adalah umat awam pengikut Gotama, Yang Memiliki Visi, yang dikenal luas.

10. Dan saya mempunyai rumah keluarga, jadi mereka selalu , membawa rangkaian bunga2 untukku. Semuanya saya persembahkan di stupa Sang Buddha.

11. Pada (hari-hari) Uposatha, karena memiliki keyakinan saya mempersembahkan rangkaian bunga, wewangian, minyak dengan tanganku sendiri di stupa itu.

12. Karena tindakanku, raja para dewa, dalam mempersembahkan rangkaian bunga itulah maka seperti inilah bentuk dan kelahiranku, kesejahteraan dan keagunganku.

13. Untuk (tindakan) ketika saya dulu memiliki kebiasaan moral itu, buahnya masih akan dating. Dan harapan saya, raja para dewa, adalah bahwa saya akan menjadi Yang-Kembali-Sekali-Lagi.”

Sakka menceritakan hal ini kepada Y.M. Vangisa. Dan Vangisa, pada saat kolisi, menceritakannya kepada para Thera besar yang sedang menyusun Dhamma dan mereka menambahkannya seperti apa adanya ke dalam Koleksi.

Catatan :

purindada, salah satu sebutan bagi Sakka, di sini berarti ‘pemberi yang dermawan’ menurut VvA.171
VvA. Ce, Be terbaca tassa me natikula asi (untuk Ee, VvA. Asi) sada malabhiharati (VvA. –harati). VvA. 171 menjelaskan natikula sebagai ‘rumah tangga ayah.’

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com