ISTANA PEMBERI BUBUR NASI
Kañjikadāyikāvimānavatthu (Vv 43)
Yang Terberkahi sedang berdiam di Andhakavinda. Pada waktu itu, penyakit-angin muncul di perut Yang Terberkahi.1 Yang Terberkahi berkata pada Y.M. Ananda,”Pergilah, Ananda. Bila engkau telah mengumpulkan dana makanan, bawakan sedikit bubur-nasi asam sebagai obat bagiku.” Saya akan melakukannya, Bhante yang terhormat,” kata Ananda berjanji. Dengan membawa mangkuk yang telah diberikan oleh Raja-raja Agung,2 beliau berdiri di pintu rumah seorang tabib yang merupakan penopangnya.3 Ketika istri tabib itu melihat beliau, dia keluar untuk menemui Y.M. Ananda. Setelah menyapa, dia mengambil mangkuk itu dan bertanya kepada Thera itu, “Obat macam apa yang dibutuhkan, Bhante yang terhormat?” Perempuan ini memang cerdas. Dia menyadari, “Thera ini dengan kemari bila membutuhkan obat, bukan makanan. Y.M. Ananda berkata, “Bubur-nasi asam.”4 Perempuan itu berpikir, “Obat ini bukan untuk tuanku; sesungguhnya mangkuk ini tak lain tak bukan adalah milik Yang Terberkahi. Mari, biarlah saya ambilkan bubur nasi yang cocok bagi pelinding dunia.” Dengan dipenuhi kebahagian dan penghormatan, dia menyiapkan bubur dengan sari jujube, dan mengisi mangkuk itu. Selain itu dia juga menyiapkan dan mengirimkan makanan lain. Melalui dana itu, penyakit Yang Terberkahi pun mereda. Setelah perempuan tersebut meninggal, dia muncul di antara alam Tiga-Puluh-tiga dewa. Dia bahagia dan menikmati kegembiraan surgawi yanga besar. Y.M. Maha-Moggallana bertanya kepadanya demikian:
1. “Engkau yang berdiri dengan keelokan melebihi yang lain; devata, membuat segala penjuru bersinar bagaikan bintang penyembuh.
2. Karena apakah maka keelokanmu sedemikian rupa? Karena apakah sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatimu?
3. Saya bertanya kepadamu, dewi dengan keagungan yang besar, tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokan, menyinari segala penjuru?”
4. Devata itu, karena gembira ditanya oleh Moggallana, ketika diberi pertanyaan menjelaskan perbuatan apa yang menghasilkan buah itu.
5. “Di Andhakavinda saya menberikan kepada Sang Buddha, sanak matarahi, bubur yang dimasak dengan jujube dengan aroma minyak,
6. Dicampur dengan merica dan bawang putih serta lamajjaka5 – dengan pikiran yang penuh bakti saya memberikannya kepada beliau yang lurus.
7. 6Perempuan yang berkuasa sebagai pendamping raja pemutaran-roda, perempuan yang elok di setiap bagian tubuhnya, anggun di mata tuannya –(bahkan dia pun tidak) berharga satu per enam belas bagian dari dana bubur – nasi ini.
8. Seratus nikkha, seratus kuda, seratus kereta yang ditarik bagal, seratus ribu pelayan perempuan yang berhias antiang-anting permata – (bahkan mereka pun tidak) berharga satu per enam belas bagian dari dana bubur – nasi ini.
9. Seratus gajah Himalaya dengan gadin bagaikan tiang kereta-kencana, gajah-gajah yang kuat dan agung dengan perisai dan perhiasan-perhiasan emas – (bagaikan mereka pun tidak) berharga satu per enam belas bagian dari dana bubur – nasi ini.
10. Bahkan laki-laki yang mungkin berkuasa di sini atas empat benua pun tidak berharga satu per enam belas bagian dari dana bubur – nasi ini.
Catatan :
Bandingkan Psalms of the Brethren, dsb
Mungkin acuan pada mangkuk (dibentuk dari 4 mangkuk) yang dipersembahkan oleh 4 Penguasa Besar, Vin. i.4
Mungkin artinya tabib (pribadi) yang merawat dia.
Formula untuk kanjika diberikan di VvA.186.
Akar Andropogon muricatus. VvA. 186 terbaca lamanjaka.
Dari sini sampai akhir adalah sama dengan 20.7 – 10.
1. “Engkau yang berdiri dengan keelokan melebihi yang lain; devata, membuat segala penjuru bersinar bagaikan bintang penyembuh.
2. Karena apakah maka keelokanmu sedemikian rupa? Karena apakah sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatimu?
3. Saya bertanya kepadamu, dewi dengan keagungan yang besar, tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokan, menyinari segala penjuru?”
4. Devata itu, karena gembira ditanya oleh Moggallana, ketika diberi pertanyaan menjelaskan perbuatan apa yang menghasilkan buah itu.
5. “Di Andhakavinda saya menberikan kepada Sang Buddha, sanak matarahi, bubur yang dimasak dengan jujube dengan aroma minyak,
6. Dicampur dengan merica dan bawang putih serta lamajjaka5 – dengan pikiran yang penuh bakti saya memberikannya kepada beliau yang lurus.
7. 6Perempuan yang berkuasa sebagai pendamping raja pemutaran-roda, perempuan yang elok di setiap bagian tubuhnya, anggun di mata tuannya –(bahkan dia pun tidak) berharga satu per enam belas bagian dari dana bubur – nasi ini.
8. Seratus nikkha, seratus kuda, seratus kereta yang ditarik bagal, seratus ribu pelayan perempuan yang berhias antiang-anting permata – (bahkan mereka pun tidak) berharga satu per enam belas bagian dari dana bubur – nasi ini.
9. Seratus gajah Himalaya dengan gadin bagaikan tiang kereta-kencana, gajah-gajah yang kuat dan agung dengan perisai dan perhiasan-perhiasan emas – (bagaikan mereka pun tidak) berharga satu per enam belas bagian dari dana bubur – nasi ini.
10. Bahkan laki-laki yang mungkin berkuasa di sini atas empat benua pun tidak berharga satu per enam belas bagian dari dana bubur – nasi ini.
Catatan :
Bandingkan Psalms of the Brethren, dsb
Mungkin acuan pada mangkuk (dibentuk dari 4 mangkuk) yang dipersembahkan oleh 4 Penguasa Besar, Vin. i.4
Mungkin artinya tabib (pribadi) yang merawat dia.
Formula untuk kanjika diberikan di VvA.186.
Akar Andropogon muricatus. VvA. 186 terbaca lamanjaka.
Dari sini sampai akhir adalah sama dengan 20.7 – 10.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com