ISTANA VIHARA
Vihāravimānavatthu (Vv 44)
Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Jetavana. Pada waktu itu, Visakha, umat awam agung itu, telah dibujuk oleh teman-teman dan pelayan-pelayannya untuk berjalan-jalan di taman pada suatu hari perayaan.1 Setelah mandi dan diminyaki dengan baik, dia menyantap makanan yang enak, menghias diri dengan seperangkat hiasan “perambat besar”. Lalu dengan dikelilingi lima ratus pendamping, dia berangkat dari rumah dengan upacara besar dan dengan sejumlah besar pengikut. Sementara berjalan menuju taman itu, Visakha berpikir, “Apa yang ada bagiku di sana , di dalam hiburan kosong seolah olah saya adalah gadis muda? Sebaiknya saya pergi ke Vihara, memberi hormat kepada Yang Terberkahi dan para pria mulia yang memberikan inspirasi pada pikiran, dan saya akan mendengarkan Dhamma.” Maka dia pergi ke Vihara, berhenti di satu sisi, melepaskan perhiasan “perambat besar”, dan memberikannya ke tangan seorang pelayan. Llu, dengan khusuk dia memberi penghormatan kepada Yang Terberkahi, dan duduk di satu sisi. Dia mendengarkan Dhamma, dan melakukan upacara mengelilingi Sang Buddha, dan kemudian meninggalkan vihara.
Berjalan belum jauh, Visakha berkata kepada pelayannya itu, “kemarilah perhiasan itu, akan saya pakai lagi.” Ternyata pelayan itu telah membungkus perhiasan itu dan menaruhnya di vihara. Karena dia berjalan ke sana ke mari, dia lupa mengambilnya lagi ketika tiba waktunya untuk pergi. Dia mengaku, “Saya lupa. Perhiasan itu pasti ada di sana . Saya akan mengambilnya.” Segera dia beranjak akan kembali. Namun Visakha berkata, “Jika telah ditaruh di vihara dan dilupakan, maka saya akan mempersembahkannya untuk manfaat vihara.” Visakha kembali lagi ke vihara, menghampiri Yang Terberkahi, menyapa Beliau dengan hormat dan menyatakan niatnya sambil berkata, “Bhante yang terhormat, saya akan membangun vihara. Semoga Yang Terberkahi mengizinkan karena belas kasihan kepada saya.” Yang Terberkahi memberikan persetujuan dengan berdiam. Setelah Visakha memberikan dan perhiasan yang bernilai 90.000.000 x 10 juta itu, Y.M. Maha-Moggallana Thera mengawasi pekerjaan baru itu. Vihara itu selesai dalam waktu sembilan bulan. Untuk Sang Buddha, Yang Terberkahi, dan Sangha para bhikku, dibuatlah istana yang cocok untuk tempat tinggal mereka, yang memiliki seribu ruang-dikatakan ada lima ratus ruang di lantai bawah dan liam ratus ruang di lantai atas. Istana ini bagaikan istana dewa, yang lantainya menyerupai mosaik permata, di hias dengan untaian yang dirangkai indah, dengan kayu yang dipoles halus. Bagian-bagiannya dibuat dengan perbandingan yang baik, dengan dinding pilar, atap, tiang, hiasan dinding, tiang pintu, jendela, anak tangga, dan seterusnya yang diatur dengan baik dan menyenangkan. Dibangun juga berbagai bangunan tambahan, seperti misalnya sel meditasi, paviliun, jalanan setengah terbuka, dsb. Ketika vihara itu telah selesai dibagun dan setelah melakukan persembahan yang menghabiskan 90.000.000 x 10 juta keeping emas, Visakha melihat kemegahan (bangunan besar ) itu ketika dia memasuki istana tersebut bersama lima ratus pengiringnya. Dengan sukacita dia berkata kepada mereka, “Jasa kebajikan apa pun yang telah saya peroleh karena telah membangun istana seperti ini, ikutilah bersukacita di dalamnya; saya melimpahkan kepada kalian jasa-jasa kebajikan yang ada di dalamnya karena berpartisipasi.” “Demikianlah adanya, demikianlah adanya,” kata mereka dengan pikiran penuh keyakinan. Mereka semua pun bersukacita.
Pada saat itu, ada seorang pengikut awam perempuan yang berpartisipasi dalam pelimpahan jasa itu dengan pikiran khusus. Dia meninggal tak lama kemudian, dan terlahir di dalam Tiga-Puluh-Tiga dewa. Melalui kekuatan jasanya, di sana muncul baginya satu Istana besar yang dapat bergerak melalui langit, indah dengan banyak rumah berpinakel, dengan taman-taman hiburan, kolam-kolam teratai dan jenisnya, enambelas yojana panjang dan lebar dan tingginya. Dengan sinarnya sendiri, Istana itu bersinar sepanjang seratus yyojana. Dan ketika dewi itu pergi (ke mana pun juga), Istana dan seribu peri pergi bersamanya.
Sementara itu, Visakha – karena kedermawanannya yang luar biasa dan kemenangan keyakinannya – terlahir lagi di antara para dewa-Tang –Bergembira-Dalam-Mencipta, dan mencapai tingkat pendamping utama Sunimmita, raja dewa. Y.M. Anuruddha, ketika mengunjungi alam dewa, melihat teman Visakha yang telah terlahir lagi di alam Tiga-Puluh-Tiga, dan beliau bertanya kepadanya demikian :
1. “Engkau yang berdiri dengan keelokan melebihi yang lain; devata, membuat segala penjuru bersinar bagaikan bintang penyembuh.
2. 2Sementara engkau menari dengan semua bagian tubuhmu dengan berbagai cara, musik-musik surgawi mengalun, sungguh enak didengar.
3. Sementara engkau menari dengan seluruh bagian tubuhmu dengan berbagai cara, wewangian surgawi terhembus di sekeliling, bau-bau yang harum, yang menyenangkan.
4. Sementara engkau mengayunkan tubuhmu, suara hiasan-hiasan kecil di jalinan rambutmu terdengar bagaikan musik instrumen berunsur-lima,
5. Anting-gantung4 yang dihembus angin sepoi, tergetar di angin sepoi – suara ini terdengar bagaikan musik instrumen berunsur-lima.
6. Dan wewangian dari rangkaian bunga indah yang berbau harum di kepalamu berhembus ke segala penjuru bagaikan pohon manjusaka.
7. Nafasmu menghembuskan bau harum, engkau melihat keelokan uang bukan-duniawi. Devata, ketika ditanya, jelaskanlah tindakan apa yang menghasilkan buah ini.”
Dia menjawab beliau demikian :
8. “Di Savatthi, Bhante yang terhormat, seorang temanku membangun vihara yang besar bagi Sangha. Karena memiliki keyakinan, saya ikut bersukacita, karena melihat tempat tinggal yang menyenangkan itu.
9. Melalui sukacitaku yang murni itu, saya memperoleh Istana yang luar biasa, yang indah di pandang, enambelas yojana di setiap sisinya. Dengan kekuatan kesaktianku, Istana ini bergerak melalui udara.
10. Tempat tinggalku merupakan rumah-rumah berpinakel, berpartisi, dan proporsinya dirancang baik. Memuakau, rumah-rumah itu bersinar sepanjang seratus yojana sekeliling.
11. Saya memiliki kolam-kolam teratai di sini, yang sering didatangi ikan puthuloma,(3) airnya jernih gemerlap dibatasi pasir keemasan.
12. Ditutupi berbagai teratai, dengan lili-air putih yang menebar, mempesona, dikipasi oleh angin sepoi yang menghembuskan wewangan yang menyenangkan ke sekelilingnya.
13. Hutan-hutan apel-mawar, nangka, palem dan kelapa serta berbagai pohon yang tak ditanam tumbuh di dalam tempat tinggal itu.
14. Dengan gema berbagai instrumen musik, mengumandangkan suara-suara sekelompok peri, siapa pun yang melihatku-sekalipun di dalam mimpi-akan menjadi orang yang bahagia.
15. Istana seperti ini, yang luar biasa, yang indah dipandang bersinar di setiap aspeknya telah dihasilkan melalui tindakanku. Adalah perlu bagi siapa pun untuk melakukan (tindakan-tindakan) jasa.”
Kemudian Thera itu, karena ingin mengetahui tempat kelahiran-ulang Visakha, menyampaikan syair ini:
16. “Tepatnya, dengan ikut bersukacita secara murni engkau telah memperoleh Istana, yang luar biasa, yang indah dipandang. Dan perempuan itu, orang yang telah memberikan dana itu, beritahukanlah mengenai kelahirannya. Dimana dia telah muncul?”
Untuk menjelaskan hal yang ditanyakan oleh Thera tersebut, dia berkata :
17. “Dia yang dulu adalah temanku itu, Bhante yang terhormat, telah membangun vihara yang besar bagi Sangha. Dia yang memahami Dhamma (dan) memberikan dana itu telah muncul di antara para Dewa-Yang-Bergembira-Dalam-Mencipta.
18. Dia kini adalah ratu utama dari Sunimmita. Sungguh tak terbayangkan buah dari tindakan itu. Hal yang engkau tanyakan tadi, Bhante yang terhormat: di mana dia telah muncul, telah saya jelaskan seperti apa adanya.
19. Karena ini, desaklah juga orang-orang lain supaya dengan gembira mereka memberikan dana kepada Sangha dan mendengarkan Dhamma dengan pikiran penuh keyakinan. Kelahiran di anrata manusia – yang sangat sulit untuk diperoleh(4)-telah didapat (olehmu).
20. Guru Sang-Jalan telah mengajarkan jalan itu. Beliau yang memiliki suara – Brahma, yang berkulit menyerupai emas. Dengan gembira persembahkanlah dana kepada Sangha di mana dana dengan keyakinan itu akan memberikan buah yang besar.
21. Delapan jenis manuisa yang dipuji oleh para bijaksana, ada empat pasang mereka ini, pantas menerima persembahan, siswa-siswa Sang Buddha. Dana kepada mereka ini akan memberikan buah yang besar.
22. Ada5 empat yang berada pada Sang Jalan, dan empat yang telah mantap di dalam buahnya. Sangha ini bersifat lurus dan terkonsentrasi pada kebijaksanaan dan moralitas.
23. Bagi manusia, para makhluk, yang mempersembahkan dana dan berharap untuk memperoleh jasa kebajikan, sungguh dana yang dipersembahkan kepada Sangha akan memberikan jasa kebajikan yang berguna di dalam kelahiran-kembali; dana itu akan memberikan buah yang besar.
24. Karena Sangha ini terbesar, amat luas. Ia tak terukur bagaikan samudera, lautan. Siswa-siswa pahlawan antara manusia ini merupakan yang terbaik dari mereka ini, membawa kecemerlangan di mana pun mereka mengulang Dhamma.
25. Mereka yang memberikan dana kepada Sangha – dana mereka inilah yang diberikan dengan benar, dipersembahkan dengan benar, dikorbankan dengan benar. Dana yang dipersembahkan kepada Sangha akan menghasilkan buah yang besar, dan dipuji oleh para pengenal-alam (-alam).
26. Dengan mengingat tindakan jasa semacam ini, mereka yang berjalan di dunia dengan sukacita yang muncul, yang telah menghancurkan noda kekikiran sampai ke akarnya yang tak-ternoda-akan mencapai alam surga.”
Y.M. Anuruddha, setelah kembali ke alam manusia, menceritakan hal ini kepada Sang Buddha sebagaimana dia telah mendengarnya dari devata itu. Sang Buddha menjadikan hal itu sebagai kesempatan untuk mengajarkan Dhamma.
Catatan :
ussava-divase. Bandingkan dengan DhA.i. 411 dst. Untuk cerita berikutnya
Seperti di 38.2-7;50,2-7
Bandingkan 81.5. VvA.191 menyebutnya dibbamaccha, ikan surgawi. Juga di Thig. 508. Lihat catatan di EV.II, 176.
Bandingkan Perumpamaan Kura-kura Buta, M.iii.169, S.v. 455, Thig. 500, dan lihat A.i.35.
Syair 22 sampai akhirnya seperti di 34.23 sampai akhir.
Berjalan belum jauh, Visakha berkata kepada pelayannya itu, “kemarilah perhiasan itu, akan saya pakai lagi.” Ternyata pelayan itu telah membungkus perhiasan itu dan menaruhnya di vihara. Karena dia berjalan ke sana ke mari, dia lupa mengambilnya lagi ketika tiba waktunya untuk pergi. Dia mengaku, “Saya lupa. Perhiasan itu pasti ada di sana . Saya akan mengambilnya.” Segera dia beranjak akan kembali. Namun Visakha berkata, “Jika telah ditaruh di vihara dan dilupakan, maka saya akan mempersembahkannya untuk manfaat vihara.” Visakha kembali lagi ke vihara, menghampiri Yang Terberkahi, menyapa Beliau dengan hormat dan menyatakan niatnya sambil berkata, “Bhante yang terhormat, saya akan membangun vihara. Semoga Yang Terberkahi mengizinkan karena belas kasihan kepada saya.” Yang Terberkahi memberikan persetujuan dengan berdiam. Setelah Visakha memberikan dan perhiasan yang bernilai 90.000.000 x 10 juta itu, Y.M. Maha-Moggallana Thera mengawasi pekerjaan baru itu. Vihara itu selesai dalam waktu sembilan bulan. Untuk Sang Buddha, Yang Terberkahi, dan Sangha para bhikku, dibuatlah istana yang cocok untuk tempat tinggal mereka, yang memiliki seribu ruang-dikatakan ada lima ratus ruang di lantai bawah dan liam ratus ruang di lantai atas. Istana ini bagaikan istana dewa, yang lantainya menyerupai mosaik permata, di hias dengan untaian yang dirangkai indah, dengan kayu yang dipoles halus. Bagian-bagiannya dibuat dengan perbandingan yang baik, dengan dinding pilar, atap, tiang, hiasan dinding, tiang pintu, jendela, anak tangga, dan seterusnya yang diatur dengan baik dan menyenangkan. Dibangun juga berbagai bangunan tambahan, seperti misalnya sel meditasi, paviliun, jalanan setengah terbuka, dsb. Ketika vihara itu telah selesai dibagun dan setelah melakukan persembahan yang menghabiskan 90.000.000 x 10 juta keeping emas, Visakha melihat kemegahan (bangunan besar ) itu ketika dia memasuki istana tersebut bersama lima ratus pengiringnya. Dengan sukacita dia berkata kepada mereka, “Jasa kebajikan apa pun yang telah saya peroleh karena telah membangun istana seperti ini, ikutilah bersukacita di dalamnya; saya melimpahkan kepada kalian jasa-jasa kebajikan yang ada di dalamnya karena berpartisipasi.” “Demikianlah adanya, demikianlah adanya,” kata mereka dengan pikiran penuh keyakinan. Mereka semua pun bersukacita.
Pada saat itu, ada seorang pengikut awam perempuan yang berpartisipasi dalam pelimpahan jasa itu dengan pikiran khusus. Dia meninggal tak lama kemudian, dan terlahir di dalam Tiga-Puluh-Tiga dewa. Melalui kekuatan jasanya, di sana muncul baginya satu Istana besar yang dapat bergerak melalui langit, indah dengan banyak rumah berpinakel, dengan taman-taman hiburan, kolam-kolam teratai dan jenisnya, enambelas yojana panjang dan lebar dan tingginya. Dengan sinarnya sendiri, Istana itu bersinar sepanjang seratus yyojana. Dan ketika dewi itu pergi (ke mana pun juga), Istana dan seribu peri pergi bersamanya.
Sementara itu, Visakha – karena kedermawanannya yang luar biasa dan kemenangan keyakinannya – terlahir lagi di antara para dewa-Tang –Bergembira-Dalam-Mencipta, dan mencapai tingkat pendamping utama Sunimmita, raja dewa. Y.M. Anuruddha, ketika mengunjungi alam dewa, melihat teman Visakha yang telah terlahir lagi di alam Tiga-Puluh-Tiga, dan beliau bertanya kepadanya demikian :
1. “Engkau yang berdiri dengan keelokan melebihi yang lain; devata, membuat segala penjuru bersinar bagaikan bintang penyembuh.
2. 2Sementara engkau menari dengan semua bagian tubuhmu dengan berbagai cara, musik-musik surgawi mengalun, sungguh enak didengar.
3. Sementara engkau menari dengan seluruh bagian tubuhmu dengan berbagai cara, wewangian surgawi terhembus di sekeliling, bau-bau yang harum, yang menyenangkan.
4. Sementara engkau mengayunkan tubuhmu, suara hiasan-hiasan kecil di jalinan rambutmu terdengar bagaikan musik instrumen berunsur-lima,
5. Anting-gantung4 yang dihembus angin sepoi, tergetar di angin sepoi – suara ini terdengar bagaikan musik instrumen berunsur-lima.
6. Dan wewangian dari rangkaian bunga indah yang berbau harum di kepalamu berhembus ke segala penjuru bagaikan pohon manjusaka.
7. Nafasmu menghembuskan bau harum, engkau melihat keelokan uang bukan-duniawi. Devata, ketika ditanya, jelaskanlah tindakan apa yang menghasilkan buah ini.”
Dia menjawab beliau demikian :
8. “Di Savatthi, Bhante yang terhormat, seorang temanku membangun vihara yang besar bagi Sangha. Karena memiliki keyakinan, saya ikut bersukacita, karena melihat tempat tinggal yang menyenangkan itu.
9. Melalui sukacitaku yang murni itu, saya memperoleh Istana yang luar biasa, yang indah di pandang, enambelas yojana di setiap sisinya. Dengan kekuatan kesaktianku, Istana ini bergerak melalui udara.
10. Tempat tinggalku merupakan rumah-rumah berpinakel, berpartisi, dan proporsinya dirancang baik. Memuakau, rumah-rumah itu bersinar sepanjang seratus yojana sekeliling.
11. Saya memiliki kolam-kolam teratai di sini, yang sering didatangi ikan puthuloma,(3) airnya jernih gemerlap dibatasi pasir keemasan.
12. Ditutupi berbagai teratai, dengan lili-air putih yang menebar, mempesona, dikipasi oleh angin sepoi yang menghembuskan wewangan yang menyenangkan ke sekelilingnya.
13. Hutan-hutan apel-mawar, nangka, palem dan kelapa serta berbagai pohon yang tak ditanam tumbuh di dalam tempat tinggal itu.
14. Dengan gema berbagai instrumen musik, mengumandangkan suara-suara sekelompok peri, siapa pun yang melihatku-sekalipun di dalam mimpi-akan menjadi orang yang bahagia.
15. Istana seperti ini, yang luar biasa, yang indah dipandang bersinar di setiap aspeknya telah dihasilkan melalui tindakanku. Adalah perlu bagi siapa pun untuk melakukan (tindakan-tindakan) jasa.”
Kemudian Thera itu, karena ingin mengetahui tempat kelahiran-ulang Visakha, menyampaikan syair ini:
16. “Tepatnya, dengan ikut bersukacita secara murni engkau telah memperoleh Istana, yang luar biasa, yang indah dipandang. Dan perempuan itu, orang yang telah memberikan dana itu, beritahukanlah mengenai kelahirannya. Dimana dia telah muncul?”
Untuk menjelaskan hal yang ditanyakan oleh Thera tersebut, dia berkata :
17. “Dia yang dulu adalah temanku itu, Bhante yang terhormat, telah membangun vihara yang besar bagi Sangha. Dia yang memahami Dhamma (dan) memberikan dana itu telah muncul di antara para Dewa-Yang-Bergembira-Dalam-Mencipta.
18. Dia kini adalah ratu utama dari Sunimmita. Sungguh tak terbayangkan buah dari tindakan itu. Hal yang engkau tanyakan tadi, Bhante yang terhormat: di mana dia telah muncul, telah saya jelaskan seperti apa adanya.
19. Karena ini, desaklah juga orang-orang lain supaya dengan gembira mereka memberikan dana kepada Sangha dan mendengarkan Dhamma dengan pikiran penuh keyakinan. Kelahiran di anrata manusia – yang sangat sulit untuk diperoleh(4)-telah didapat (olehmu).
20. Guru Sang-Jalan telah mengajarkan jalan itu. Beliau yang memiliki suara – Brahma, yang berkulit menyerupai emas. Dengan gembira persembahkanlah dana kepada Sangha di mana dana dengan keyakinan itu akan memberikan buah yang besar.
21. Delapan jenis manuisa yang dipuji oleh para bijaksana, ada empat pasang mereka ini, pantas menerima persembahan, siswa-siswa Sang Buddha. Dana kepada mereka ini akan memberikan buah yang besar.
22. Ada5 empat yang berada pada Sang Jalan, dan empat yang telah mantap di dalam buahnya. Sangha ini bersifat lurus dan terkonsentrasi pada kebijaksanaan dan moralitas.
23. Bagi manusia, para makhluk, yang mempersembahkan dana dan berharap untuk memperoleh jasa kebajikan, sungguh dana yang dipersembahkan kepada Sangha akan memberikan jasa kebajikan yang berguna di dalam kelahiran-kembali; dana itu akan memberikan buah yang besar.
24. Karena Sangha ini terbesar, amat luas. Ia tak terukur bagaikan samudera, lautan. Siswa-siswa pahlawan antara manusia ini merupakan yang terbaik dari mereka ini, membawa kecemerlangan di mana pun mereka mengulang Dhamma.
25. Mereka yang memberikan dana kepada Sangha – dana mereka inilah yang diberikan dengan benar, dipersembahkan dengan benar, dikorbankan dengan benar. Dana yang dipersembahkan kepada Sangha akan menghasilkan buah yang besar, dan dipuji oleh para pengenal-alam (-alam).
26. Dengan mengingat tindakan jasa semacam ini, mereka yang berjalan di dunia dengan sukacita yang muncul, yang telah menghancurkan noda kekikiran sampai ke akarnya yang tak-ternoda-akan mencapai alam surga.”
Y.M. Anuruddha, setelah kembali ke alam manusia, menceritakan hal ini kepada Sang Buddha sebagaimana dia telah mendengarnya dari devata itu. Sang Buddha menjadikan hal itu sebagai kesempatan untuk mengajarkan Dhamma.
Catatan :
ussava-divase. Bandingkan dengan DhA.i. 411 dst. Untuk cerita berikutnya
Seperti di 38.2-7;50,2-7
Bandingkan 81.5. VvA.191 menyebutnya dibbamaccha, ikan surgawi. Juga di Thig. 508. Lihat catatan di EV.II, 176.
Bandingkan Perumpamaan Kura-kura Buta, M.iii.169, S.v. 455, Thig. 500, dan lihat A.i.35.
Syair 22 sampai akhirnya seperti di 34.23 sampai akhir.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com