ISTANA RAJJUMALA
Rajjumālāvimānavatthu (Vv 50)
Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi, di Hutan Jeta. Di suatu desa kecil bernama Gaya hidup seorang brahmana yang memberikan anak perempuannya kepada putra seorang brahmana dalam perkawinan. Di rumah itu, menantu inilah yang memegang kekuasaan. Sejak awal, dia sudah langsung tidak menyukai anak perempuan seorang pelayan. Dia sering memarahi dan mencaci dan memukul pelayan ini. Ketika anak itu tumbuh dewasa, perempuan itu memperlakukan dia secara lebih buruk lagi. (Dikatakan, bahwa pada zaman Buddha Kassapa hubungan mereka adalah sebaliknya). Untuk mencegah agar majikan tidak menarik rambutnya ketika dia dipukuli, gadis pelayan ini pergi ke tukang cukur dan mencukur rambutnya. Ketika majikan perempuan itu marah, dia berkata bahwa pelayan itu tidak bisa meloloskan diri darinya dengan cara menggunduli kepalanya. Majikan itu lalu mengikat tali pada kepala pelayan itu, dan menarik dia turun menggunakan tali itu. Dia tidak mengijinkan pelayan ini melepaskan tali itu; demikianlah dia memperoleh namanya.1 Suatu hari, Sang Guru setelah bangkit dari pencapaian kasih saying yang besar, melihat kualifikasi Rajjumala untuk buah Pemasuk – Arus. Beliau duduk di bawah sebuah pohon dan memancarkan sinar-sinar beliau. Pada saat itu, Rajjumala yang malang itu merindukan kematian. Maka dia mengambil tempayan dan pergi, kemudian berpura-pura pergi mencari air. Sebenarnya, dia akan mencari pohon untuk menggantung diri. Ketika melihat Sang Buddha, hatinya tertarik kepada Beliau. Dia berpikir, “Bagaimana seandainya Yang Terberkahi mengajarkan Dhamma bahkan kepada orang-ornag seperti aku ini? Aku bisa terbebas dari kehidupanku yang sengsara.” Sang Buddha memahami hal ini dan berkata kepadanya, “Rajjamala!” Segera dia merasa seolah-olah dilumuri minyak ambrosia. Dia pun datang mendekat dan menghormat. Sang Buddha mengajarkan Empat Kebenaran dan gadis itu mencapai buah Pemasuk – Arus.
Sang Buddha kemudian pergi ke desa dan duduk di bawah pohon. Karena sekarang tidak dapat bunuh diri,. Gadis itu berpikir dengan kesabaran, rasa bersahabat dan kebaikan hati: “Biarlah perempuan brahmana itu menyakiti dan melukai atau apa pun yang dia mau.” Dia lalu kembali untuk mengambil air di dalam tempayan. Majikan lelakinya sudah berdiri di pintu dan berkata: “Lama sekali engkau mengambil air, dan wajahmu kelihatan bersinar. Terlihat olehku sikapmu sama sekali berbeda; ada apa?” Dia memberitahukan majikannya itu. Si brahmana itu merasakan gembira. Dia kemudian masuk dan berkata kepada yang lain, “Kamu jangan melakukan apa pun lagi kepada Rajjumala.” Kemudian segera dia pergi menemui Sang Guru dan dengan penuh hormat mengundang Beliau untuk makan. Sesudah itu, si brahmana, menantu perempuan dan para perumah-tangga brahmana yang telah dating ke situ duduk didekat Sang Guru. Sang Buddha memberitahukan bagaimana keadaan antara menantu perempuan itu dengan Rajjumala di dalam kehidupan sebelumnya, disertai khotbah Dahmma yang cocok. Beliau kemudian kembali ke Savatthi dan brahmana itu mengangkat Rajjumala sebagai anaknya, sementara menantu perempuan itu memperlakukannya Rajjumala dengan lembut. Setelah meninggal dan terlahir lagi di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa, Rajjumala juga ditanya oleh Y.M. Maha-Moggallana:
1. “Engkau yang berdiri dengan keelokan melebihi yang lain, devata, diiringi musik menari juga, tangan dan kakimu mengambil berbagai macam posisi.
2. 2Sementara engkau menari dengan semua bagian tubuhmu dengan berbagai cara, suara-suara surgawi mengalun, sungguh enak di dengar.
3. Sementara engkau menari dengan seluruh bagian tubuhmu dengan berbagai cara, wewangian surgawi terhembus di sekeliling, bau-bau yang harum, yang menyenangkan.
4. Sementara engkau mengayunkan tubuhmu, suara hiasan-hiasan kecil di jalinan rambutmu terdengar bagaikan musik instrumen berunsur-lima.
5. Anting-gantung4 tergetar dihembus angin sepoi-suara ini terdengar bagaikan musik instrumen berunsur-lima.
6. Dan wewangian dari rangkaian bunga indah yang berbau harum di kepalamu berhembus ke segala penjuru bagaikan pohon manjusaka.
7. Nafasmu menghembuskan bau harum, engkau melihat keelokan yang bukan-duniawi. Devata. Ketika ditanya, jelaskanlah tindakan apa yang menghasilkan buah ini.”
Ditanya demikian oleh sang Thera tersebut, devata itu kemudian menjelaskan dalam syair-syair ini – bermula dengan kelahirannya terdahulu:
8. “Dulu saya adalah seorang pelayan seorang brahmana di Gaya : tidak punya banyak tindakan jasa, tidak beruntung, saya dikenal sebagai Rajjumala.
9. Direndahkan dengan caci-maki, pukulan dan ancaman, saya mengambil tempayan-air, dan pergi untuk mengambil air.
10. Setelah membuang tempayan air itu ke pinggir jalan, saya masuk ke hutan yang lebat, dengan berpikir: Di sini saya akan mati, apakah gunanya kehidupan bagiku?
11 Setelah membuat simpul yang kuat dan mengikatnya di pohon, saya melihat ke sekeliling: Siapakah yang sekarang berdiam di hutan ini?3
12. Di sana saya melihat Yang Tercerahkan, petapa yang ramah terhadap semua dunia, duduk di akar pohon, bermeditasi, tanpa rasa takut dari penjuru mana pun.
13 Kemudian saya merasakan getaran yang luar biasa dan indah4: Siapakah yang sekarang berdiam di hutan ini? Manusia atau devata?
14. Tenang dan membangkitkan keyakinan, datang dari hutan menuju tempat terbuka,5 dan apa yang saya lihat itu memberikan kedamaian pikiran: Ini bukan hanya orang biasa.
15 Dengan kemampuan-indera yang terjaga, bergembira dalam meditasi, pikiran yang tidak berkelana, ini pastilah Yang Tercerahkan, yang ramah terhadap semua dunia.
16 Bagaikan singa yang berdiam di dalam guanya, yang menimbulkan rasa takut dan kekaguman, yang tak dapat diserang, hal itu merupakan kesempatan yang sama langkahnya seperti melihat bunga udumbara.6
17 Dengan kata-kata lembut Sang Tathagata berbicara kepadaku: Rajjumala, Beliau berkata kepadaku, Pergilah kepada Sang Tathagata untuk berlindung.
18 Setelah mendengar suara Beliau yang lembut, penuh makna, manis, lunak, halus dan indah dan menghalau semua kesedihan,
19 Sang Tathagata, yang ramah terhadap semua dunia, yang mengetahui bahwa pikiranku lentur, memiliki keyakinan dan murni, mengajarku.
20 Inilah penderitaan, Beliau berkata kepadaku. Inilah asal mula penderitaan, inilah berhentinya penderitaan, dan mencebur ke alam Tanpa-Kematian adalah jalan langsungnya.
21. Berdiri kokoh di dalam nasihat dari Yang Penuh Welas Asih, yang terampil, saya mencapai alam Tanpa-Kematian, mencapai kedamaian, nibbana, keadaan yang tak-berubah.
22 Dan saya-berdiri kokoh penuh cinta kasih, lewat keyakinan yang dibangkitkan pada apa yang mendasar7-tidak lagi tergoyah di dalam visi, adalah putri bagi Yang Tercerahkan.
23 Dan (sekarang) saya bergembira, saya bermain, saya bersukacita tanpa rasa takut dari penjuru mana pun. Saya memakai rangkaian bunga surgawi, saya meneguk (sari) manis yang menimbulkan kelenturan.8
24 9Enam puluh ribu instrumen musik membangunkan saya dari tidurku: Alamba, Gaggara, Bhima, Sadhuvadin dan Samsaya,
25 Pokkhara dan Suphassa; Vinamokkha dan (perempuan-perempuan) lain: Nanda dan juga Sunanda, Sonadinna, Sucimhita,
26 Alambusa, Missakesi, dan yang tak-berbelas-kasihan bernama Pundarika, Eniphassa, Suphassa, dan Subhadda, Muduvaadini –
27 Mereka ini dan (para devata) elok lainnya membangunkan peri-peri (dari tidur). Di pagi hari mereka datang kepadaku dan berkata, ayo, kami akan menari, kami akan menyanyi, ayo, biarlah kami menghiburmu.
28 Bukan bagi mereka yang tidak melakukan tindakan-tindakan jasa, melainkan hanya bagi mereka yang melakukan tindakan-tindakan jasa adalah Nandana ini, yang tanpa kesedihan, menyenangkan, Hutan besar dari alam Tiga-Puluh-(Tiga) dewa.
29 Tidak di sini dan tidak juga di alam selanjutnya ada sukacita bagi mereka yang tidak melakukan tindakan-tindakan jasa, tetapi ada sukacita di sini dan alam selanjutnya bagi mereka yang melakukan tindakan-tindakan jasa, tetapi ada sukacita di sini dan di alam selanjutnya bagi mereka yang melakukan tindakan-tindakan jasa.
30 Bagi mereka yang merindukan persahabatan, leat hal-hal inilah banyak kebajikan harus dilakukan, karena mereka yang telah melakukan tindakan-tindakan jasa akan bergembira dan bersukacita di surga”.
31 Para Tathagata sesungguhnya muncul untuk kesejahteraan banyak makhluk, pantas menerima persembahan, sumber-sumber10 untuk ladang-jasa di sana , karena setelah melakukan tindakan penghormatan, si pendana bersukacita di surga.”
Catatan :
Rajjumala, Untaian-tali, terbuat dari tali yang menyakitkan, yang dikaitkan ke kepalanya, VvA.212
Syair 2-7 seperti 38.2-7, 44.2-7.
VvA. 212, dia berpikir bahwa seseorang yang tinggal di sana mungkin akan mencegahnya bunuh diri.
Abbhuta dapat juga berarti belum pernah terjadi sebelumnya.
Vana nibbanam agatam: permainan kata-kata.
Bunga udumbara (spesies ficus atau glomerata) sangat sulit dilihat, VvA. 213, bandingkan SnA. 19 dst. Di dalam legenda Hindu, para dewa berkumpul di pohon itu pada malam Dipavali dan memetik semua bunga. Tetapi, sebenarnya bunga-bunga kecil itu ada di dalam buahnya.
VvA. 215, Buddha, Dhamma, dan Sangha.
Madhu maddavam dari VvA. 211 dan Be alih-alih madhum addhavam dari teks. VvA. 216 menjelaskan dengan gandhapana, dan mengatakan bahwa madhu adava juga merupakan satu bacaan. “Menyala” pada CPD. Untuk adava tidak mungkin benar di sini dan tidak sesuai. Dava adalh keriangan, sukacita, keriuhan, bandingkan bacaan kitab Pali, yang mengatakan bahwa makanan adalah untuk disantap na madaya na davaya na mandanaya, bukan untuk bersenang-senang, kenikmatan, hiasan, misalnya M.i. 273; adava (a-dava) menimbulkan atau demi untuk dava, di atas diterjemahkan “kelenturan”. Nanamoli, Pali-English Glossary (tidak diterbitkan) memberikan “cairan” sebagai arti dari dava (tidak diperhatikan oleh PED). Tetapi tidak memberikan referensi.
Dari sini sampai akhir syair 30 adalah sama dengan 18.9-15, di mana catatan-catatannya diberikan.
Akara, harfiah pertambangan.
Ringkasan :
Merah tua, bersinar, gajah, Aloma, pemberi bubur nasi, Vihara, empat perempuan, mangga, kuning, tebu, penghormatan, dan Rajjumala –
Karena mereka inilah maka Pembagian ini dikenal.
Sang Buddha kemudian pergi ke desa dan duduk di bawah pohon. Karena sekarang tidak dapat bunuh diri,. Gadis itu berpikir dengan kesabaran, rasa bersahabat dan kebaikan hati: “Biarlah perempuan brahmana itu menyakiti dan melukai atau apa pun yang dia mau.” Dia lalu kembali untuk mengambil air di dalam tempayan. Majikan lelakinya sudah berdiri di pintu dan berkata: “Lama sekali engkau mengambil air, dan wajahmu kelihatan bersinar. Terlihat olehku sikapmu sama sekali berbeda; ada apa?” Dia memberitahukan majikannya itu. Si brahmana itu merasakan gembira. Dia kemudian masuk dan berkata kepada yang lain, “Kamu jangan melakukan apa pun lagi kepada Rajjumala.” Kemudian segera dia pergi menemui Sang Guru dan dengan penuh hormat mengundang Beliau untuk makan. Sesudah itu, si brahmana, menantu perempuan dan para perumah-tangga brahmana yang telah dating ke situ duduk didekat Sang Guru. Sang Buddha memberitahukan bagaimana keadaan antara menantu perempuan itu dengan Rajjumala di dalam kehidupan sebelumnya, disertai khotbah Dahmma yang cocok. Beliau kemudian kembali ke Savatthi dan brahmana itu mengangkat Rajjumala sebagai anaknya, sementara menantu perempuan itu memperlakukannya Rajjumala dengan lembut. Setelah meninggal dan terlahir lagi di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa, Rajjumala juga ditanya oleh Y.M. Maha-Moggallana:
1. “Engkau yang berdiri dengan keelokan melebihi yang lain, devata, diiringi musik menari juga, tangan dan kakimu mengambil berbagai macam posisi.
2. 2Sementara engkau menari dengan semua bagian tubuhmu dengan berbagai cara, suara-suara surgawi mengalun, sungguh enak di dengar.
3. Sementara engkau menari dengan seluruh bagian tubuhmu dengan berbagai cara, wewangian surgawi terhembus di sekeliling, bau-bau yang harum, yang menyenangkan.
4. Sementara engkau mengayunkan tubuhmu, suara hiasan-hiasan kecil di jalinan rambutmu terdengar bagaikan musik instrumen berunsur-lima.
5. Anting-gantung4 tergetar dihembus angin sepoi-suara ini terdengar bagaikan musik instrumen berunsur-lima.
6. Dan wewangian dari rangkaian bunga indah yang berbau harum di kepalamu berhembus ke segala penjuru bagaikan pohon manjusaka.
7. Nafasmu menghembuskan bau harum, engkau melihat keelokan yang bukan-duniawi. Devata. Ketika ditanya, jelaskanlah tindakan apa yang menghasilkan buah ini.”
Ditanya demikian oleh sang Thera tersebut, devata itu kemudian menjelaskan dalam syair-syair ini – bermula dengan kelahirannya terdahulu:
8. “Dulu saya adalah seorang pelayan seorang brahmana di Gaya : tidak punya banyak tindakan jasa, tidak beruntung, saya dikenal sebagai Rajjumala.
9. Direndahkan dengan caci-maki, pukulan dan ancaman, saya mengambil tempayan-air, dan pergi untuk mengambil air.
10. Setelah membuang tempayan air itu ke pinggir jalan, saya masuk ke hutan yang lebat, dengan berpikir: Di sini saya akan mati, apakah gunanya kehidupan bagiku?
11 Setelah membuat simpul yang kuat dan mengikatnya di pohon, saya melihat ke sekeliling: Siapakah yang sekarang berdiam di hutan ini?3
12. Di sana saya melihat Yang Tercerahkan, petapa yang ramah terhadap semua dunia, duduk di akar pohon, bermeditasi, tanpa rasa takut dari penjuru mana pun.
13 Kemudian saya merasakan getaran yang luar biasa dan indah4: Siapakah yang sekarang berdiam di hutan ini? Manusia atau devata?
14. Tenang dan membangkitkan keyakinan, datang dari hutan menuju tempat terbuka,5 dan apa yang saya lihat itu memberikan kedamaian pikiran: Ini bukan hanya orang biasa.
15 Dengan kemampuan-indera yang terjaga, bergembira dalam meditasi, pikiran yang tidak berkelana, ini pastilah Yang Tercerahkan, yang ramah terhadap semua dunia.
16 Bagaikan singa yang berdiam di dalam guanya, yang menimbulkan rasa takut dan kekaguman, yang tak dapat diserang, hal itu merupakan kesempatan yang sama langkahnya seperti melihat bunga udumbara.6
17 Dengan kata-kata lembut Sang Tathagata berbicara kepadaku: Rajjumala, Beliau berkata kepadaku, Pergilah kepada Sang Tathagata untuk berlindung.
18 Setelah mendengar suara Beliau yang lembut, penuh makna, manis, lunak, halus dan indah dan menghalau semua kesedihan,
19 Sang Tathagata, yang ramah terhadap semua dunia, yang mengetahui bahwa pikiranku lentur, memiliki keyakinan dan murni, mengajarku.
20 Inilah penderitaan, Beliau berkata kepadaku. Inilah asal mula penderitaan, inilah berhentinya penderitaan, dan mencebur ke alam Tanpa-Kematian adalah jalan langsungnya.
21. Berdiri kokoh di dalam nasihat dari Yang Penuh Welas Asih, yang terampil, saya mencapai alam Tanpa-Kematian, mencapai kedamaian, nibbana, keadaan yang tak-berubah.
22 Dan saya-berdiri kokoh penuh cinta kasih, lewat keyakinan yang dibangkitkan pada apa yang mendasar7-tidak lagi tergoyah di dalam visi, adalah putri bagi Yang Tercerahkan.
23 Dan (sekarang) saya bergembira, saya bermain, saya bersukacita tanpa rasa takut dari penjuru mana pun. Saya memakai rangkaian bunga surgawi, saya meneguk (sari) manis yang menimbulkan kelenturan.8
24 9Enam puluh ribu instrumen musik membangunkan saya dari tidurku: Alamba, Gaggara, Bhima, Sadhuvadin dan Samsaya,
25 Pokkhara dan Suphassa; Vinamokkha dan (perempuan-perempuan) lain: Nanda dan juga Sunanda, Sonadinna, Sucimhita,
26 Alambusa, Missakesi, dan yang tak-berbelas-kasihan bernama Pundarika, Eniphassa, Suphassa, dan Subhadda, Muduvaadini –
27 Mereka ini dan (para devata) elok lainnya membangunkan peri-peri (dari tidur). Di pagi hari mereka datang kepadaku dan berkata, ayo, kami akan menari, kami akan menyanyi, ayo, biarlah kami menghiburmu.
28 Bukan bagi mereka yang tidak melakukan tindakan-tindakan jasa, melainkan hanya bagi mereka yang melakukan tindakan-tindakan jasa adalah Nandana ini, yang tanpa kesedihan, menyenangkan, Hutan besar dari alam Tiga-Puluh-(Tiga) dewa.
29 Tidak di sini dan tidak juga di alam selanjutnya ada sukacita bagi mereka yang tidak melakukan tindakan-tindakan jasa, tetapi ada sukacita di sini dan alam selanjutnya bagi mereka yang melakukan tindakan-tindakan jasa, tetapi ada sukacita di sini dan di alam selanjutnya bagi mereka yang melakukan tindakan-tindakan jasa.
30 Bagi mereka yang merindukan persahabatan, leat hal-hal inilah banyak kebajikan harus dilakukan, karena mereka yang telah melakukan tindakan-tindakan jasa akan bergembira dan bersukacita di surga”.
31 Para Tathagata sesungguhnya muncul untuk kesejahteraan banyak makhluk, pantas menerima persembahan, sumber-sumber10 untuk ladang-jasa di sana , karena setelah melakukan tindakan penghormatan, si pendana bersukacita di surga.”
Catatan :
Rajjumala, Untaian-tali, terbuat dari tali yang menyakitkan, yang dikaitkan ke kepalanya, VvA.212
Syair 2-7 seperti 38.2-7, 44.2-7.
VvA. 212, dia berpikir bahwa seseorang yang tinggal di sana mungkin akan mencegahnya bunuh diri.
Abbhuta dapat juga berarti belum pernah terjadi sebelumnya.
Vana nibbanam agatam: permainan kata-kata.
Bunga udumbara (spesies ficus atau glomerata) sangat sulit dilihat, VvA. 213, bandingkan SnA. 19 dst. Di dalam legenda Hindu, para dewa berkumpul di pohon itu pada malam Dipavali dan memetik semua bunga. Tetapi, sebenarnya bunga-bunga kecil itu ada di dalam buahnya.
VvA. 215, Buddha, Dhamma, dan Sangha.
Madhu maddavam dari VvA. 211 dan Be alih-alih madhum addhavam dari teks. VvA. 216 menjelaskan dengan gandhapana, dan mengatakan bahwa madhu adava juga merupakan satu bacaan. “Menyala” pada CPD. Untuk adava tidak mungkin benar di sini dan tidak sesuai. Dava adalh keriangan, sukacita, keriuhan, bandingkan bacaan kitab Pali, yang mengatakan bahwa makanan adalah untuk disantap na madaya na davaya na mandanaya, bukan untuk bersenang-senang, kenikmatan, hiasan, misalnya M.i. 273; adava (a-dava) menimbulkan atau demi untuk dava, di atas diterjemahkan “kelenturan”. Nanamoli, Pali-English Glossary (tidak diterbitkan) memberikan “cairan” sebagai arti dari dava (tidak diperhatikan oleh PED). Tetapi tidak memberikan referensi.
Dari sini sampai akhir syair 30 adalah sama dengan 18.9-15, di mana catatan-catatannya diberikan.
Akara, harfiah pertambangan.
Ringkasan :
Merah tua, bersinar, gajah, Aloma, pemberi bubur nasi, Vihara, empat perempuan, mangga, kuning, tebu, penghormatan, dan Rajjumala –
Karena mereka inilah maka Pembagian ini dikenal.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com