ISTANA BERBAGAI WARNA
Anekavaṇṇavimānavatthu (Vv 82)
Yang Terberkahi sedang berdiam di Savathi, di Hutan Jeta. Y.M. Maha-Moggallana sedang mengunjungi alam Tiga-Puluh-Tiga dewa dan menerima penghormatan dari dewa muda yang memiliki aneka warna. Dewa itu menghampiri beliau dan berdiri dengan tangan tertangkup yang dijulurkan keluar. Sang Thera pun bertanya:
1. “Naik ke Istana beraneka warna, kesedihan dan kelelahan lenyap, dengan beraneka keelokan, dikelilingi sekelompok peri, engkau, bagaikan tuan ciptaan, Sunimmita1, bersukacita.
2. Engkau tidak memiliki teman sebaya, dimana ada yang lebih baik dalam ketenaran, tindakan jasa dan kekuatan kesaktian? Semua tuan rumah surgawi di alam Tiga-Puluh-(-Tiga) dewa terlihat memberi hormat kepadamu bahkan ketika para dewa (di antara manusia2 memberi hormat) kepada rembulan.
3. Dan peri-perimu ini, di setiap sisi, menari dan menyanyi, bersenang-senang. Wengkau yang mencapai kekuatan kesaktian para dewa, memiliki keagungan yang besar.’
4. Tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebgai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokanmu menyinari segala penjuru?”
5. Dewa-muda itu, karena gembira…mengenai tindakan apa yang menghilangkan buah ini.
6. “Saya, Bhante yang terhormat, dahulu adalah siswa Sang Penakluk bernama Sumedha.3 Dahulu saya adalah makhluk duniawi yang tidak mencapai Pencerahan, Orang yang telah meninggalkan keduniawian selama tujuh tahun.
7. Ketika Sang Penakluk Sumedha, Sang Guru, yang mantap, yang telah menyeberangi banjir, akhirnya mangkat, saya kemudian memberi hormat di stupa permatanya yang ditutupi jarring keemasan, dan hal itu membawa kedamaian pikiran.
8. Tak ada satu pun milikku yang saya berikan karena saya tidak memiliki apa pun untuk diberikan. Tetapi saya mengajak orang-orang lain di sana: ‘Berilah penghormatan kepada relik Sang Penakluk yang pantas diberi penghormatan; demikian dikatakan, engkau dari sini akan pergi ke surga.’
9. Demikianlah tindakan bajik yang dilakukan olehku; dan karenanya saya menikmati kesenangan surgawi. Saya bersukacita di antara kelompok alam Tiga-Puluh-Tiga dewa karena habisnya tindakan jasa itu belum tiba.”4
Catatan :
Walaupun makhluk dewa ini hidup di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa, karena kesenangan-kesenangan surgawinya maka dia bersukacita seperti raja dewa Sunimmita, VvA. 320. Sunimitta juga disebutkan di 44. 18.
manussadeva, demikian VvA. 321, yang di no. 7 menyamakannya dengan para brahmana. Tiga kelas dewa dikenali di kitab komentar: dewa karena ketentuan, karena pemurnian, atau karena kelahiran, misalnya VvA. 18, dsb. Mungkin yang dimaksudkan di sini adalah dewa dari kelas pertama atau kedua. Meskipun demikian, makna dari perumpamaan ini tidak jelas. Bandingkan Miln. 190-1 dimana rahasia yang disampaikan hanya di antara mereka (yang merupakan orang-orang yang percaya pada?) candima-suriya (para-devata) – dan diantara mereka yang masuk ke kelompok-kelompok lain – dibandingkan dengan pengulangan Patimokkha di antara para bhikkhu (saja), dan tertutup bagi orang-orang lain. Lihat Mq. I, 272, n. 7; juga No. 80. 1,2. Para Pemuja-Rembulan juga di Sn. 598.
Buddha yang ke – 11
Bandingkan 84. 34.
1. “Naik ke Istana beraneka warna, kesedihan dan kelelahan lenyap, dengan beraneka keelokan, dikelilingi sekelompok peri, engkau, bagaikan tuan ciptaan, Sunimmita1, bersukacita.
2. Engkau tidak memiliki teman sebaya, dimana ada yang lebih baik dalam ketenaran, tindakan jasa dan kekuatan kesaktian? Semua tuan rumah surgawi di alam Tiga-Puluh-(-Tiga) dewa terlihat memberi hormat kepadamu bahkan ketika para dewa (di antara manusia2 memberi hormat) kepada rembulan.
3. Dan peri-perimu ini, di setiap sisi, menari dan menyanyi, bersenang-senang. Wengkau yang mencapai kekuatan kesaktian para dewa, memiliki keagungan yang besar.’
4. Tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebgai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokanmu menyinari segala penjuru?”
5. Dewa-muda itu, karena gembira…mengenai tindakan apa yang menghilangkan buah ini.
6. “Saya, Bhante yang terhormat, dahulu adalah siswa Sang Penakluk bernama Sumedha.3 Dahulu saya adalah makhluk duniawi yang tidak mencapai Pencerahan, Orang yang telah meninggalkan keduniawian selama tujuh tahun.
7. Ketika Sang Penakluk Sumedha, Sang Guru, yang mantap, yang telah menyeberangi banjir, akhirnya mangkat, saya kemudian memberi hormat di stupa permatanya yang ditutupi jarring keemasan, dan hal itu membawa kedamaian pikiran.
8. Tak ada satu pun milikku yang saya berikan karena saya tidak memiliki apa pun untuk diberikan. Tetapi saya mengajak orang-orang lain di sana: ‘Berilah penghormatan kepada relik Sang Penakluk yang pantas diberi penghormatan; demikian dikatakan, engkau dari sini akan pergi ke surga.’
9. Demikianlah tindakan bajik yang dilakukan olehku; dan karenanya saya menikmati kesenangan surgawi. Saya bersukacita di antara kelompok alam Tiga-Puluh-Tiga dewa karena habisnya tindakan jasa itu belum tiba.”4
Catatan :
Walaupun makhluk dewa ini hidup di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa, karena kesenangan-kesenangan surgawinya maka dia bersukacita seperti raja dewa Sunimmita, VvA. 320. Sunimitta juga disebutkan di 44. 18.
manussadeva, demikian VvA. 321, yang di no. 7 menyamakannya dengan para brahmana. Tiga kelas dewa dikenali di kitab komentar: dewa karena ketentuan, karena pemurnian, atau karena kelahiran, misalnya VvA. 18, dsb. Mungkin yang dimaksudkan di sini adalah dewa dari kelas pertama atau kedua. Meskipun demikian, makna dari perumpamaan ini tidak jelas. Bandingkan Miln. 190-1 dimana rahasia yang disampaikan hanya di antara mereka (yang merupakan orang-orang yang percaya pada?) candima-suriya (para-devata) – dan diantara mereka yang masuk ke kelompok-kelompok lain – dibandingkan dengan pengulangan Patimokkha di antara para bhikkhu (saja), dan tertutup bagi orang-orang lain. Lihat Mq. I, 272, n. 7; juga No. 80. 1,2. Para Pemuja-Rembulan juga di Sn. 598.
Buddha yang ke – 11
Bandingkan 84. 34.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com