Kimbila
Kimila Sutta (AN 6.40)
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Kimbilā di hutan nicula. Kemudian Yang Mulia Kimbila mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepadanya, duduk di satu sisi, dan berkata:
“Apakah sebab dan alasan mengapa, Bhante, Dhamma sejati tidak bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai nibbāna akhir?”
“Di sini, Kimbila, setelah seorang Tathāgata mencapai nibbāna akhir, (1) para bhikkhu, para bhikkhunī, para umat awam laki-laki, para umat awam perempuan berdiam tanpa penghormatan dan tanpa penghargaan terhadap Sang Guru. (2) Mereka berdiam tanpa penghormatan dan tanpa penghargaan terhadap Dhamma. (3) Mereka berdiam tanpa penghormatan dan tanpa penghargaan terhadap Saṅgha. (4) Mereka berdiam tanpa penghormatan dan tanpa penghargaan terhadap latihan. (5) Mereka berdiam tanpa penghormatan dan tanpa penghargaan terhadap kewaspadaan. (6) Mereka berdiam tanpa penghormatan dan tanpa penghargaan terhadap keramahan. Ini adalah sebab dan alasan mengapa Dhamma sejati tidak bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai nibbāna akhir.”
“Apakah sebab dan alasan mengapa, Bhante, Dhamma sejati bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai nibbāna akhir?”
“Di sini, Kimbila, setelah seorang Tathāgata mencapai nibbāna akhir, (1) para bhikkhu, para bhikkhunī, para umat awam laki-laki, para umat awam perempuan berdiam dengan penghormatan dan penghargaan terhadap Sang Guru. (2) Mereka berdiam dengan penghormatan dan penghargaan terhadap Dhamma. (3) Mereka berdiam dengan penghormatan dan penghargaan terhadap Saṅgha. (4) Mereka berdiam dengan penghormatan dan penghargaan terhadap latihan. (5) Mereka berdiam dengan penghormatan dan penghargaan terhadap kewaspadaan. (6) Mereka berdiam dengan penghormatan dan penghargaan terhadap keramahan. Ini adalah sebab dan alasan mengapa Dhamma sejati bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai nibbāna akhir.”
“Apakah sebab dan alasan mengapa, Bhante, Dhamma sejati tidak bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai nibbāna akhir?”
“Di sini, Kimbila, setelah seorang Tathāgata mencapai nibbāna akhir, (1) para bhikkhu, para bhikkhunī, para umat awam laki-laki, para umat awam perempuan berdiam tanpa penghormatan dan tanpa penghargaan terhadap Sang Guru. (2) Mereka berdiam tanpa penghormatan dan tanpa penghargaan terhadap Dhamma. (3) Mereka berdiam tanpa penghormatan dan tanpa penghargaan terhadap Saṅgha. (4) Mereka berdiam tanpa penghormatan dan tanpa penghargaan terhadap latihan. (5) Mereka berdiam tanpa penghormatan dan tanpa penghargaan terhadap kewaspadaan. (6) Mereka berdiam tanpa penghormatan dan tanpa penghargaan terhadap keramahan. Ini adalah sebab dan alasan mengapa Dhamma sejati tidak bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai nibbāna akhir.”
“Apakah sebab dan alasan mengapa, Bhante, Dhamma sejati bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai nibbāna akhir?”
“Di sini, Kimbila, setelah seorang Tathāgata mencapai nibbāna akhir, (1) para bhikkhu, para bhikkhunī, para umat awam laki-laki, para umat awam perempuan berdiam dengan penghormatan dan penghargaan terhadap Sang Guru. (2) Mereka berdiam dengan penghormatan dan penghargaan terhadap Dhamma. (3) Mereka berdiam dengan penghormatan dan penghargaan terhadap Saṅgha. (4) Mereka berdiam dengan penghormatan dan penghargaan terhadap latihan. (5) Mereka berdiam dengan penghormatan dan penghargaan terhadap kewaspadaan. (6) Mereka berdiam dengan penghormatan dan penghargaan terhadap keramahan. Ini adalah sebab dan alasan mengapa Dhamma sejati bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai nibbāna akhir.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com