Perilaku Raja Sivi
Sivirajacariyam (Cp 1.8)
1. Di kota yang bernama Arittha aku dulu adalah seorang bangsawan-pejuang bernama Sivi. ketika duduk di istana megah, saat itu aku berpikir demikian:
2. "Apa pun yang merupakan dana manusia tidak ada satu pun yang belum diberikan olehku. Bahkan jika ada orang yang meminta satu mataku, aku akan memberikannya, tanpa gentar."
3. Karena mengetahui keinginanku itu, Sakka, raja para dewa, yang sedang duduk di antara kelompok dewa, menyampaikan kata-kata ini:
4. "Duduk di istana megah, Sivi si raja, dengan potensi cenayang yang hebat, sedang memikirkan berbagai dana, dan dia tidak melihat apa yang tidak bisa diberikan.
5. Mari, aku akan menguji apakah hal ini benar, bukan tidak benar. Tunggu sebentar sampai aku mengetahui pikirannya."
6. Muncul sebagai manusia beruban yang gemetaran, dengan kaki-tangan yang keriput, tua, sakit, dan buta, dia menghampiri sang raja.
7. Sambil menjulurkan tangan kanan dan kirinya dan kemudian mengangkat tangannya yang terkatup ke atas kepala, dia menyampaikan kata-kata ini:
8. "Aku memohon kepadamu, raja agung, yang sudah mengembangkan kerajaan dengan adil, yang kesukaan berdananya telah berkumandang ke alam dewa dan manusia:
9. Bahkan kedua mataku, pemanduku, sudah buta, sudah hancur. Berikan satu mata kepadaku, Baginda juga dapat terus hidup dengan satu mata."
10. Ketika mendengar kata-katanya, aku amat gembira, pikiranku tergetar secara mendalam, dan dengan tangan tertangkup, penuh semangat, aku menyampaikan kata-kata ini:
11. "Sekarang aku, karena memikirkan (hal ini) datang ke sini dari kerajaan; engkau, karena mengetahui pikiranku, datang untuk memohon satu mata.
12. Ah, niatku telah kesampaian, terpenuhi sudah keinginanku. Hari ini aku akan memberikan dana cemerlang yang belum pernah sebelumnya diberikan kepada seorang pemohon."
13. "Ayo, Sivaka. bangkitlah dan lakukan, jangan berlambat-lambat, jangan gentar. Cungkillah bahkan dua mata sekalian untuk diberikan kepada pengemis ini.
14. Pada titik itu Sivaka, yang didorong olehku, menjalankan permintaanku, mencungkil (kedua mata) keluar bagaikan biji pohon-palma untuk diberikan kepada si pemohon.
15. Sementara aku sedang berniat berdana, sementara aku sedang berdana, dan setelah dana itu diberikan olehku, tidak ada perbedaan pikiran; dana itu kuberikan demi Pencerahan-Diri sendiri.
16. Kedua mata bukannya tidak menyenangkan bagiku, diriku bukannya tidak menyenangkan bagiku. Kemahatahuan adalah yang berharga bagiku, karena itulah aku memberikan (dua) mata itu.
2. "Apa pun yang merupakan dana manusia tidak ada satu pun yang belum diberikan olehku. Bahkan jika ada orang yang meminta satu mataku, aku akan memberikannya, tanpa gentar."
3. Karena mengetahui keinginanku itu, Sakka, raja para dewa, yang sedang duduk di antara kelompok dewa, menyampaikan kata-kata ini:
4. "Duduk di istana megah, Sivi si raja, dengan potensi cenayang yang hebat, sedang memikirkan berbagai dana, dan dia tidak melihat apa yang tidak bisa diberikan.
5. Mari, aku akan menguji apakah hal ini benar, bukan tidak benar. Tunggu sebentar sampai aku mengetahui pikirannya."
6. Muncul sebagai manusia beruban yang gemetaran, dengan kaki-tangan yang keriput, tua, sakit, dan buta, dia menghampiri sang raja.
7. Sambil menjulurkan tangan kanan dan kirinya dan kemudian mengangkat tangannya yang terkatup ke atas kepala, dia menyampaikan kata-kata ini:
8. "Aku memohon kepadamu, raja agung, yang sudah mengembangkan kerajaan dengan adil, yang kesukaan berdananya telah berkumandang ke alam dewa dan manusia:
9. Bahkan kedua mataku, pemanduku, sudah buta, sudah hancur. Berikan satu mata kepadaku, Baginda juga dapat terus hidup dengan satu mata."
10. Ketika mendengar kata-katanya, aku amat gembira, pikiranku tergetar secara mendalam, dan dengan tangan tertangkup, penuh semangat, aku menyampaikan kata-kata ini:
11. "Sekarang aku, karena memikirkan (hal ini) datang ke sini dari kerajaan; engkau, karena mengetahui pikiranku, datang untuk memohon satu mata.
12. Ah, niatku telah kesampaian, terpenuhi sudah keinginanku. Hari ini aku akan memberikan dana cemerlang yang belum pernah sebelumnya diberikan kepada seorang pemohon."
13. "Ayo, Sivaka. bangkitlah dan lakukan, jangan berlambat-lambat, jangan gentar. Cungkillah bahkan dua mata sekalian untuk diberikan kepada pengemis ini.
14. Pada titik itu Sivaka, yang didorong olehku, menjalankan permintaanku, mencungkil (kedua mata) keluar bagaikan biji pohon-palma untuk diberikan kepada si pemohon.
15. Sementara aku sedang berniat berdana, sementara aku sedang berdana, dan setelah dana itu diberikan olehku, tidak ada perbedaan pikiran; dana itu kuberikan demi Pencerahan-Diri sendiri.
16. Kedua mata bukannya tidak menyenangkan bagiku, diriku bukannya tidak menyenangkan bagiku. Kemahatahuan adalah yang berharga bagiku, karena itulah aku memberikan (dua) mata itu.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com