Sariputta | Suttapitaka | Perilaku Vessantara Sariputta

Perilaku Vessantara

Vessantaracariyam (Cp 1.9)

1. Ia adalah ibuku, putri bangsawan-pejuang bernama Phusati yang merupakan permaisuri utama Sakka di dalam kelahiran sebelumnya--

2. Ketika melihat hancurnya masa-hidup permaisurinya, raja para dewa itu pun berkata demikian, 'Aku akan memberimu sepuluh anugerah, wahai putri elok, pilihlah anugerah yang kau inginkan."

3. Ketika hal ini sudah dikatakan, si dewi mengatakan hal ini lagi kepada Sakka, "Dalam cara apa terdapat kesalahan pada diriku? Dalam hal apa aku tidak menyenangkan bagi tuan sehingga engkau menyebabkan aku meninggal dari tempat yang menyenangkan ini bagaikan angin (yang bertiup menuruni) sebatang dharaniruha?"

4. Dan ketika hal ini sudah dikatakan, Sakka sekali lagi berkata kepadanya, "Sama sekali bukan engkau sudah melakukan kejahatan apa pun, bukan pula engkau tidak aku sayangi.

5. Hanya sampai batas inilah masa-hidupmu; sudah pasti inilah waktu untuk meninggal. Terimalah anugerah yang diberikan olehku, sepuluh anugerah yang tak tertandingi."

6. Dia, Phusati, yang diberi anugerah oleh Sakka, merasa amat berbesar hati, bersukacita, gembira, menerima sepuluh anugerah itu termasuk aku.

7. Dia, Phusati, yang meninggal dari sana, muncul di antara para bangsawan-pejuang di kota Jetuttara, dan menikahi Sanjaya.

8. Ketika aku masuk ke dalam rahim Phusati, ibuku tercinta, melalui intensitas emosiku, ibuku selalu bergembira dalam berdana.

9. Ibuku memberikan dana kepada yang kekurangan, yang sakit, yang tua, yang memohon, yang kelana, kepada petapa dan brahmana, kepada mereka yang kehilangan harta, kepada mereka yang tidak memiliki apa pun.

10. Phusati, yang mengandung aku selama sepuluh bulan, mengelilingi kota dan melahirkan aku di jalan para vessa.

11. Namaku bukan dari pihak ibu, bukan juga berasal dari ayahku. Karena aku dilahirkan di sana, di jalan para pedagang, maka aku disebut Vessantara.

12. Ketika aku masih kecil, delapan tahun usiaku, pada waktu berdiam di istana aku berpikir tentang memberikan dana.

13. Aku akan memberikan jantung, mata, daging dan bahkan darahku juga; aku mengumumkan bahwa aku akan memberikan tubuhku seandainya ada yang memintanya.

14. Sementara aku sedang mempertimbangkan keadaan (pikiran)-ku yang tidak gentar, yang mantap, maka bumi, yang dihiasi Hutan (surgawi) Sineru berguncang di sana.

15. Setiap dua minggu (dan selalu) di hari bulan purnama, (hari) Uposatha, aku menunggangi gajah Paccaya dan pergi memberikan dana.

16.. Para brahmana dari kerajaan Kalinga menghampiriku; mereka meminta gajah-naga kepadaku yang dianggap membawa keberuntungan dan petanda baik:

17. "Negeri kami mengalami paceklik, kekurangan makanan, terjadi bencana kelaparan yang hebat. Mohon berikan (pada kami) gajah yang seluruhnya berwarna putih, yang agung, yang tergagah di antara para gajah."

18. Aku tidak ragu, aku berikan apa pun yang diminta para brahmana itu kepadaku. Aku tidak menyembunyikan apa yang di sana (yang kumiliki), pikiranku bergembira dalam berdana.

19. Penolakan olehku tidak sesuai bila datang seorang pemohon. (Aku berpikir) "Semoga tekadku tidak terpatahkan. Aku akan memberikan gajah agung itu."

20. Setelah memegang gajah itu di belalainya, memercikkan air dari wadah upacara berhias permata yang kupegang, aku memberikan gajah itu kepada para brahmana.

21. Demikian pula, ketika kuberikan gajah yang seluruhnya berwarna putih yang hebat itu, maka bumi, yang dihiasi Hutan (surgawi) Sineru, berguncang pada saat itu juga.

22. Pada saat pemberian gajah itu, rakyat Sivi marah, mereka berkumpul; mereka mengusirku dari kerajaanku sendiri (sambil mengatakan), "Biarlah dia pergi ke Gunung Vanka."

23. Sementara mereka mengusirku keluar, tanpa gentar, dengan mantap, aku memohon satu permintaan: untuk memberikan dana yang besar.

24. Karena diminta, semua rakyat Sivi mengabulkan permintaanku. Aku, sesudah menyuruh sepasang genderang dibunyikan, memberikan dana yang besar.

25. Maka bersama bunyi ini terjadi kegemparan yang besar, ketakutan yang besar; Karena dana (sebelumnya) itu mereka membuangku -- tetapi aku memberikan dana lagi.

26. Aku memberikan banyak gajah, kuda, kereta perang, budak perempuan dan laki, ternak, kekayaan -- setelah memberikan dana besar itu, maka aku meninggalkan kota.

27. Ketika aku telah meninggalkan kota itu dan menengok ke belakang untuk (melihatnya) maka bumi, yang dihiasi Hutan (surgawi) Sineru, berguncang pada saat itu juga.

28. Setelah memberikan kereta yang ditarik empat kuda,aku berdiri sendirian tanpa pengawal di sebuah perempatan besar, dan berkata kepada Putri Maddi:

29. "Engkau, Maddi, gendonglah Kanha putri kita yang ringan dan lebih kecil. Aku akan menggendong Jali putra kita yang berat sebagai kakaknya".

30. Maddi mengangkat Kanhajina seolah-olah dia setangkai teratai biru (atau) lili air putih. Aku mengangkat Jali si bangsawan-pejuang seolah-olah dia labu emas.

31. Empat manusia bangsawan-pejuang, yang terlahir-baik, diasuh dengan lembut, berjalan di (tanah) yang tidak rata dan rata, berjalan menuju Gunung Vanka.

32. Kepada siapa pun yang datang dari arah yang sama atau dari arah yang berlawanan, kami menanyakan jalan kepada mereka dengan mengatakan, "Di manakah Gunung Vanka?"

33. Ketika melihat kami di sana, mereka mengucapkan kata-kata penuh welas asih, mereka menyampaikan kesedihan mereka - amat jauh Gunung Vanka itu.

34. Jika dua anak itu melihat pohon-pohon berbuah di hutan, mereka menangis meminta buah itu.

35. Ketika pohon-pohon yang tinggi kekar melihat anak-anak itu menangis, mereka merundukkan diri sampai anak-anak itu dapat menjangkaunya.

36. Ketika melihat keajaiban yang luar biasa dan menakjubkan ini, Maddi, yang elok di setiap kaki dan tangannya, memberikan pujian.

37. "Sungguh suatu keajaiban di dunia, yang elok, dan menakjubkan. Pohon-pohon merundukkan diri karena kharisma Vessantara."

38. Karena belas kasih kepada anak-anak itu, para yakkha memperpendek jalan itu; pada hari yang sama mereka berangkat, mereka sampai di kerajaan Ceta.

39. Enam puluh ribu raja pada saat itu hidup di Matula. Semuanya, dengan menangkupkan tangan, dengan berurai air mata, datang menghampiri.

40. Setelah bercakap-cakap di sana dengan (para raja) Ceta dan putra-putranya, mereka berangkat dari sana dan mereka sampai Gunung Vanka.

41. Raja para dewa lalu berbicara kepada Vissakamma yang memiliki kemampuan kesaktian yang besar, "Ciptakanlah tempat pertapaan yang bagus dan layak, sebuah gubug-daun yang menyenangkan."

42. Ketika Vissakamma yang memiliki kemampuan kesaktian yang besar mendengar kata-kata Sakka, dia menciptakan tempat pertapaan yang bagus dan layak, sebuah gubug-daun yang menyenangkan.

43. Memasuki hutan yang tenang dan tak terganggu, kami berempat hidup di sana, di gunung.

44. Aku dan putri Maddi, serta Jali dan Kanhajina kemudian hidup di pertapaan, dengan saling menghalau kesedihan.

45. Ketika menjaga anak-anak, aku tidak menganggur di pertapaan. Maddi memetik buah-buahan, dia memberi makan tiga orang.

46. Sementara aku hidup di hutan itu ada seorang kelana yang datang padaku. Kepadaku dia memohon kedua anak kecil itu, Jali dan Kanhajina.

47. Ketika melihat pemohon itu datang, sukacita muncul padaku. Dengan menggandeng kedua anak itu, aku mendanakan mereka kepada brahmana itu pada saat itu.

48. Ketika aku melepaskan anak-anakku sendiri kepada pemohon brahmana itu, maka bumi, yang dihiasi Hutan (surgawi) Sineru, berguncang pada saat itu juga.

49. Dan sekali lagi, Sakka, turun dengan menyamar sebagai brahmana, memohon padaku untuk mengambil putri Maddi yang luhur, istri yang suci.

50. Dengan menggandeng Maddi, dan mengisikan air pada tangan yang tertangkup, dengan pikiran penuh keyakinan sebagai tujuanku, aku mendanakan Maddi kepadanya.

51. Ketika Maddi sedang didanakan, para dewa di surga-surga bersukacita; maka bumi, yang dihiasi Hutan (surgawi) Sineru, berguncang pada saat itu juga.

52. Jali (putraku), Kanhajina putriku, putri Maddi, istri yang suci - ketika melepas mereka aku tidak berpikir; itu semua demi Pencerahan itu sendiri.

53. Kedua anak itu bukannya tidak menyenangkan bagiku, bukan pula putri Maddi tidak menyenangkan bagiku, tetapi Kemahatahuan amat berharga bagiku, maka aku mendanakan mereka yang aku sayangi.

54. Dan sekali lagi, ketika ditemani orangtuaku di hutan luas, ketika mereka meratap dengan penuh kasih dan berbicara tentang kebahagiaan serta kesedihanku,

55. Aku menghampiri mereka berdua dengan rasa malu dan takut akan disalahkan, dengan rasa hormat; maka bumi, yang dihiasi Hutan (surgawi) Sineru, berguncang pada saat itu juga.

56. Dan sekali lagi, setelah meninggalkan hutan yang luas itu bersama sanak-saudaraku, aku memasuki kota indah Jetuttara, yang terindah di antara semua kota.

57. Turunlah hujan tujuh (jenis) batu berharga; awan-hujan yang besar pun turun; maka bumi, yang dihiasi Hutan (surgawi) Sineru, berguncang pada saat itu juga.

58. Bahkan bumi yang melihat hal ini, yang tidak mengenal kebahagiaan atau kesedihan, karena kekuatan berdanaku itu berguncang tujuh kali.



Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com