Perilaku Raja-Kerbau
Mahisarajacariyam (Cp 2.5)
1. Dan demikian pula, ketika aku terlahir sebagai kerbau yang berkelana di hutan, tubuhku tumbuh dengan baik, kuat, besar, menyeramkan bila dipandang.
2. Di sana sini di gua-gunung, di lereng bukit yang kasar dan di kaki pohon, di dekat aliran air, ada suatu tempat bagi para kerbau.
3. Ketika berjalan ke sana kemari di hutan luas, aku melihat tempat yang menyenangkan. Aku pergi ke sana. Aku berdiri dan berbaring.
4. Pada waktu itu, seekor kera yang jahat, bau, dan gesit datang ke sana dan kencing serta buang air besar di bahu, dahi dan alisku.
5. Dan pada hari pertama, bahkan pada hari kedua, ketiga, dan keempat juga, dia mengotoriku. Sepanjang waktu aku dibuat menderita olehnya.
6. Sesosok yakkha, ketika melihat penderitaanku, berkata demikian kepadaku, "Bunuhlah si jahat yang bau itu dengan tanduk dan kuku kakimu."
7. Ketika hal ini dikatakan, aku berkata kepada yakkha tersebut, "Bagaimana kamu (bisa) mengotori aku dengan bangkai yang jahat dan busuk?
8. Seandainya aku marah kepadanya, di situ aku akan menjadi lebih rendah daripada dia, dan moralitas bisa dilanggar olehku dan para bijaksana bisa mencelaku.
9. Sungguh kematian lebih baik melalui (menjalani kehidupan) kemurnian daripada kehidupan yang terkena penghinaan. Bagaimana bisa, bahkan demi kehidupan pun, aku mencederai makhluk lain?
10. Yang ini, yang berpikiran demikian tentang aku, akan melakukan hal yang sama kepada lainnya, dan tentu mereka akan membunuhnya di sana; bagiku, ini akan merupakan kebebasan.
11. Makhluk bijak ini, yang memaafkan tindakan tidak-hormat di antara yang rendah, yang menengah, yang tinggi, dengan demikian memperoleh, dengan pikiran yang mantap, apa yang diaspirasikannya."
2. Di sana sini di gua-gunung, di lereng bukit yang kasar dan di kaki pohon, di dekat aliran air, ada suatu tempat bagi para kerbau.
3. Ketika berjalan ke sana kemari di hutan luas, aku melihat tempat yang menyenangkan. Aku pergi ke sana. Aku berdiri dan berbaring.
4. Pada waktu itu, seekor kera yang jahat, bau, dan gesit datang ke sana dan kencing serta buang air besar di bahu, dahi dan alisku.
5. Dan pada hari pertama, bahkan pada hari kedua, ketiga, dan keempat juga, dia mengotoriku. Sepanjang waktu aku dibuat menderita olehnya.
6. Sesosok yakkha, ketika melihat penderitaanku, berkata demikian kepadaku, "Bunuhlah si jahat yang bau itu dengan tanduk dan kuku kakimu."
7. Ketika hal ini dikatakan, aku berkata kepada yakkha tersebut, "Bagaimana kamu (bisa) mengotori aku dengan bangkai yang jahat dan busuk?
8. Seandainya aku marah kepadanya, di situ aku akan menjadi lebih rendah daripada dia, dan moralitas bisa dilanggar olehku dan para bijaksana bisa mencelaku.
9. Sungguh kematian lebih baik melalui (menjalani kehidupan) kemurnian daripada kehidupan yang terkena penghinaan. Bagaimana bisa, bahkan demi kehidupan pun, aku mencederai makhluk lain?
10. Yang ini, yang berpikiran demikian tentang aku, akan melakukan hal yang sama kepada lainnya, dan tentu mereka akan membunuhnya di sana; bagiku, ini akan merupakan kebebasan.
11. Makhluk bijak ini, yang memaafkan tindakan tidak-hormat di antara yang rendah, yang menengah, yang tinggi, dengan demikian memperoleh, dengan pikiran yang mantap, apa yang diaspirasikannya."
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com