Perilaku Ruru Si Raja-Rusa
Rurumigarajacariyam (Cp 2.6)
1. Dan demikian pula, ketika aku terlahir sebagai Ruru, si raja-rusa, yang menyerupai emas poles yang halus, berkonsentrasi pada moralitas tertinggi,
2. Aku mendekati wilayah yang menyenangkan, elok, terpencil, tanpa manusia, dan berdiam di sana di tepi sungai Gangga yang mempesona.
3. Pada waktu itu, di bagian atas sungai Gangga, seorang manusia, yang dikejar-kejar para penagih hutang, jatuh ke sungai Gangga (sambil berpikir), "Aku hidup atau aku mati".
4. Siang dan malam, dia terbawa arus besar sungai Gangga. Dia berteriak dan meratap, dan terus terbawa ke tengah sungai Gangga.
5. Ketika mendengar suara ratap tangisnya yang memilukan, aku yang sedang berdiri di tepi sungai Gangga bertanya, "Siapa kamu?"
6. Maka dia, karena ditanya olehku, menjelaskan tindakannya sendiri, "Karena takut pada para penagih hutang, aku melompat dengan penuh rasa takut, ke dalam sungai besar."
7. Karena kasihan padanya, dengan mengorbankan hidupku, aku mencebur (ke sungai). Aku menariknya keluar di kegelapan malam itu.
8. Ketika tahu kondisinya sudah membaik, aku berkata kepadanya, "Aku mohon satu permintaan kepadamu: jangan beritahu siapa pun tentang aku".
9. Ketika ke kota, saat ditanya dia menyampaikan (berita ini) demi kekayaan. Dengan membawa raja, dia datang mendekat padaku.
10. Semua yang sudah kulakukan diceritakannya kepada raja. Ketika mendengar kata-katanya, raja pun memasang anak panahnya. "Di sini aku akan membunuh pengkhianat ini, yang tidak memiliki kemuliaan seorang teman."
11. Karena ingin melindunginya, aku menggantikan dia, "Lepaskan dia, paduka, biarlah saya yang menjadi dia untuk melaksanakan kemauan dan kesenanganmu."
12. Aku melindungi moralitasku, aku tidak melindungi hidupku, karena saat itu aku menjalankan moralitas demi Pencerahan itu sendiri.
2. Aku mendekati wilayah yang menyenangkan, elok, terpencil, tanpa manusia, dan berdiam di sana di tepi sungai Gangga yang mempesona.
3. Pada waktu itu, di bagian atas sungai Gangga, seorang manusia, yang dikejar-kejar para penagih hutang, jatuh ke sungai Gangga (sambil berpikir), "Aku hidup atau aku mati".
4. Siang dan malam, dia terbawa arus besar sungai Gangga. Dia berteriak dan meratap, dan terus terbawa ke tengah sungai Gangga.
5. Ketika mendengar suara ratap tangisnya yang memilukan, aku yang sedang berdiri di tepi sungai Gangga bertanya, "Siapa kamu?"
6. Maka dia, karena ditanya olehku, menjelaskan tindakannya sendiri, "Karena takut pada para penagih hutang, aku melompat dengan penuh rasa takut, ke dalam sungai besar."
7. Karena kasihan padanya, dengan mengorbankan hidupku, aku mencebur (ke sungai). Aku menariknya keluar di kegelapan malam itu.
8. Ketika tahu kondisinya sudah membaik, aku berkata kepadanya, "Aku mohon satu permintaan kepadamu: jangan beritahu siapa pun tentang aku".
9. Ketika ke kota, saat ditanya dia menyampaikan (berita ini) demi kekayaan. Dengan membawa raja, dia datang mendekat padaku.
10. Semua yang sudah kulakukan diceritakannya kepada raja. Ketika mendengar kata-katanya, raja pun memasang anak panahnya. "Di sini aku akan membunuh pengkhianat ini, yang tidak memiliki kemuliaan seorang teman."
11. Karena ingin melindunginya, aku menggantikan dia, "Lepaskan dia, paduka, biarlah saya yang menjadi dia untuk melaksanakan kemauan dan kesenanganmu."
12. Aku melindungi moralitasku, aku tidak melindungi hidupku, karena saat itu aku menjalankan moralitas demi Pencerahan itu sendiri.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com