Perilaku Somanassa
Somanassacariyam (Cp 3.2)
1. Dan demikian pula, ketika hidup di kota Indapatta yang tak-tertandingi, aku adalah putra (raja) bernama Somanassa. Sebelumnya aku sudah dirindukan (oleh orang tuaku). Aku disayangi (oleh mereka) dan terkenal dimana-mana.
2. Aku luhur, memiliki sifat-sifat (yang baik), ucapanku elok dan sigap, aku menghormat yang lebih tua, rendah hati, dan mahir dalam landasan-landasan simpati.
3. Seorang petapa yang sebenarnya adalah penipu merupakan favorit raja. Dia hidup dengan mengolah kebun buah dan perdu berbunga.
4.. Karena melihatnya sebagai penipu bagaikan tumpukan sekam tanpa butir-beras, dan pohon yang hampa di dalam, bagaikan pohon-pisang tanpa inti yang keras, aku (berpikir),
5. "Orang ini, demi penghidupannya, tidak memiliki perilaku (luhur) tentang apa yang baik. Dia telah jatuh dari kehidupan petapa, dan telah meninggalkan kesederhanaan serta perilaku-murni."
6. Wilayah perbatasan diganggu oleh suku-suku liar tetangga. Ayahku, ketika pergi untuk menanganinya, memberiku instruksi,
7. "Anakku, jangan sampai engkau menelantarkan petapa berambut-gimbal yang keras menghukum dirinya sendiri itu. Dia adalah pemberi semua keinginan (kita); bertindaklah sesuai dengan keinginan-keinginannya."
8. Ketika pergi melayani dia, aku menyampaikan kata-kata ini, "Saya harap Anda sehat, perumah-tangga, atau apakah yang bisa dibawakan kepada Anda?"
9. Ketika mendengar hal ini, si penipu yang dilekati kecongkakan itu marah dan berkata, "Aku akan menyuruh agar engkau dibantai hari ini atau diusir dari kerajaan."
10. Setelah raja dapat mengatasi wilayah perbatasan, dia berkata kepada penipu itu, "Tuan yang terhormat, saya harap Anda sehat dan penghormatan diberikan kepadamu?" Si jahat itu memberitahu raja mengapa pangeran harus dibunuh.
11. Ketika mendengar kata-katanya, penguasa bumi lalu memerintahkan, "Penggallah kepalanya di mana pun dia berada dan, dengan dia dalam empat bagian, pertontonkanlah dari jalan ke jalan - inilah nasib bagi mereka yang merendahkan petapa berambut-gimbal."
12. Sesuai perintah, para algojo yang kejam, kasar, tanpa belas kasihan, berangkat dan, sambil menyeretku pergi ketika aku sedang duduk di pangkuan ibuku, membawaku pergi.
13. Ketika mereka mengikatku erat-erat, aku berbicara kepada mereka demikian, "Biarkan aku menghadap raja segera - aku punya urusan dengan raja."
14. Mereka membiarkan aku menghadap raja yang jahat karena mengikuti si jahat itu. Ketika bertemu raja, aku meyakinkan dia dan membuatnya berada di bawah pengaruhku.
15. Raja memohon maaf untuk hal itu, dan kerajaan yang besar itu diberikannya kepadaku. Tetapi, karena telah meledakkan kegelapan menjadi berkeping-keping, aku pergi meninggalkan keduniawian.
16. Bukan karena kerajaan besar itu tidak menyenangkan bagiku, dan kenikmatan kesenang-kesenangan indera bukannya tidak menyenangkan bagiku. Kemahatahuan amatlah berharga begiku, oleh karena itu aku meninggalkan kerajaan.
2. Aku luhur, memiliki sifat-sifat (yang baik), ucapanku elok dan sigap, aku menghormat yang lebih tua, rendah hati, dan mahir dalam landasan-landasan simpati.
3. Seorang petapa yang sebenarnya adalah penipu merupakan favorit raja. Dia hidup dengan mengolah kebun buah dan perdu berbunga.
4.. Karena melihatnya sebagai penipu bagaikan tumpukan sekam tanpa butir-beras, dan pohon yang hampa di dalam, bagaikan pohon-pisang tanpa inti yang keras, aku (berpikir),
5. "Orang ini, demi penghidupannya, tidak memiliki perilaku (luhur) tentang apa yang baik. Dia telah jatuh dari kehidupan petapa, dan telah meninggalkan kesederhanaan serta perilaku-murni."
6. Wilayah perbatasan diganggu oleh suku-suku liar tetangga. Ayahku, ketika pergi untuk menanganinya, memberiku instruksi,
7. "Anakku, jangan sampai engkau menelantarkan petapa berambut-gimbal yang keras menghukum dirinya sendiri itu. Dia adalah pemberi semua keinginan (kita); bertindaklah sesuai dengan keinginan-keinginannya."
8. Ketika pergi melayani dia, aku menyampaikan kata-kata ini, "Saya harap Anda sehat, perumah-tangga, atau apakah yang bisa dibawakan kepada Anda?"
9. Ketika mendengar hal ini, si penipu yang dilekati kecongkakan itu marah dan berkata, "Aku akan menyuruh agar engkau dibantai hari ini atau diusir dari kerajaan."
10. Setelah raja dapat mengatasi wilayah perbatasan, dia berkata kepada penipu itu, "Tuan yang terhormat, saya harap Anda sehat dan penghormatan diberikan kepadamu?" Si jahat itu memberitahu raja mengapa pangeran harus dibunuh.
11. Ketika mendengar kata-katanya, penguasa bumi lalu memerintahkan, "Penggallah kepalanya di mana pun dia berada dan, dengan dia dalam empat bagian, pertontonkanlah dari jalan ke jalan - inilah nasib bagi mereka yang merendahkan petapa berambut-gimbal."
12. Sesuai perintah, para algojo yang kejam, kasar, tanpa belas kasihan, berangkat dan, sambil menyeretku pergi ketika aku sedang duduk di pangkuan ibuku, membawaku pergi.
13. Ketika mereka mengikatku erat-erat, aku berbicara kepada mereka demikian, "Biarkan aku menghadap raja segera - aku punya urusan dengan raja."
14. Mereka membiarkan aku menghadap raja yang jahat karena mengikuti si jahat itu. Ketika bertemu raja, aku meyakinkan dia dan membuatnya berada di bawah pengaruhku.
15. Raja memohon maaf untuk hal itu, dan kerajaan yang besar itu diberikannya kepadaku. Tetapi, karena telah meledakkan kegelapan menjadi berkeping-keping, aku pergi meninggalkan keduniawian.
16. Bukan karena kerajaan besar itu tidak menyenangkan bagiku, dan kenikmatan kesenang-kesenangan indera bukannya tidak menyenangkan bagiku. Kemahatahuan amatlah berharga begiku, oleh karena itu aku meninggalkan kerajaan.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com