Perilaku (Yang Melibatkan) Tangkai Teratai
Bhisacariyam (Cp 3.4)
1. Dan demikian pula, ketika dulu aku hidup di kota megah tak-tertandingi milik suku Kasi, seorang anak perempuan dan tujuh anak laki dilahirkan di sebuah keluarga (brahmana) yang terpelajar.
2. Aku adalah yang sulung di antara mereka ini, yang memiliki (keluhuran) murni di dalam mendengarkan suara hati. Karena melihat dumadi sebagai bahaya, aku amat bergembira dengan meninggalkan keduniawian.
3. karena diminta oleh ibu dan ayahku, sahabat-sahabatku bersama-sama sepakat mengundangku untuk menikmati kesenangan-kesenangan-indera: "Pertahankanlah garis keturunan keluarga", kata mereka.
4. Apa pun yang mereka katakan sehubungan dengan hal yang membawa kebahagiaan berumah-tangga, bagiku itu bagaikan mata bajak yang keras dan dipanaskan.
5. Mereka kemudian bertanya padaku, yang menolak kehidupan (berumah-tangga) tentang aspirasiku, "Apa yang engkau cita-citakan, sahabat, sehingga engkau tidak menikmati kesenangan-indera?
6. Karena menginginkan kebaikanku sendiri, aku berkata demikian ini kepada mereka yang mencarikan kesejahteraanku, "Aku tidak mencita-citakan keadaan berumah-tangga. Aku amat bersukacita di dalam meninggalkan keduniawian."
7. Ketika mereka mendengar kata-kataku, mereka memberitahu ayah dan ibuku. Ibu dan ayahku berkata demikian, "Kalau demikian, tuan-tuan yang baik, kita semua akan meninggalkan keduniawian."
8. Kami, kedua orangtuaku, seorang saudara perempuan dan tujuh saudara lakiku, menyingkirkan kekayaan yang amat besar, dan masuk ke dalam hutan belantara.
2. Aku adalah yang sulung di antara mereka ini, yang memiliki (keluhuran) murni di dalam mendengarkan suara hati. Karena melihat dumadi sebagai bahaya, aku amat bergembira dengan meninggalkan keduniawian.
3. karena diminta oleh ibu dan ayahku, sahabat-sahabatku bersama-sama sepakat mengundangku untuk menikmati kesenangan-kesenangan-indera: "Pertahankanlah garis keturunan keluarga", kata mereka.
4. Apa pun yang mereka katakan sehubungan dengan hal yang membawa kebahagiaan berumah-tangga, bagiku itu bagaikan mata bajak yang keras dan dipanaskan.
5. Mereka kemudian bertanya padaku, yang menolak kehidupan (berumah-tangga) tentang aspirasiku, "Apa yang engkau cita-citakan, sahabat, sehingga engkau tidak menikmati kesenangan-indera?
6. Karena menginginkan kebaikanku sendiri, aku berkata demikian ini kepada mereka yang mencarikan kesejahteraanku, "Aku tidak mencita-citakan keadaan berumah-tangga. Aku amat bersukacita di dalam meninggalkan keduniawian."
7. Ketika mereka mendengar kata-kataku, mereka memberitahu ayah dan ibuku. Ibu dan ayahku berkata demikian, "Kalau demikian, tuan-tuan yang baik, kita semua akan meninggalkan keduniawian."
8. Kami, kedua orangtuaku, seorang saudara perempuan dan tujuh saudara lakiku, menyingkirkan kekayaan yang amat besar, dan masuk ke dalam hutan belantara.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com