Perilaku Temiya Yang Bijak
Temiyapanditacariyam (Cp 3.6)
1. Demikian pula, ketika dulu aku menjadi putra raja Kasi dan bernama Mugapakkha, mereka memanggilku Temiya.
2. Tak satupun dari enam belas ribu selir raja melahirkan anak (laki) pada saat itu. Setelah banyak siang dan malam, aku muncul, satu-satunya.
3. Ayahku menaruh peneduh berwarna putih yang dipasang di atas ranjangku, membesarkanku, putra tersayang, dengan kelahiran yang elok, pembawa-cahaya, yang hampir tidak diperolehnya.
4. Ketika bangun dari tidur di ranjang mewah itu, aku kemudian melihat peneduh pucat yang melaluinya aku telah masuk ke alam menderita.
5. Saat melihat peneduh itu, rasa ngeri yang besar muncul dalam diriku. Aku mencapai keputusan "Bagaimana aku bisa melepaskan ini?"
6. Sesosok devata yang dulu adalah sanak keluargaku, yang menginginkan kesejahteraanku, melihat aku yang amat cemas itu. Dia lalu menasihatiku tentang tiga (jenis) perilaku:
7. "Jangan menunjukkan kecerdasan apa pun, kepada semua makhluk jadilah seperti orang tolol, biarkan semua orang menumpukkan hinaan kepadamu -- dengan demikian akan ada kesejahteraan bagimu."
8. Ketika hal ini dikatakan, aku berkata demikian, "Aku akan menjalankan perintah seperti yang engkau katakan, devata. Engkau menginginkan kebaikanku, sahabat, engkau menginginkan kesejahteraanku, devata."
9. Ketika mendengar kata-katanya, aku bagaikan menemukan daratan kering di lautan. Dengan gembira, dengan pikiran tergetar, aku dengan mantap bertekad untuk tiga faktor:
10. Aku bisu, tuli, lumpuh -- tidak mampu berjalan. Dengan tekad kuat menjalankan faktor-faktor ini, aku hidup selama enam belas tahun.
11. Kemudian ketika mereka menggosok tangan, kaki, lidah dan telingaku, melihat tidak ada cacat pada diriku, mereka menunjukku sebagai "yang tidak beruntung".
12. Maka semua orang di negeri itu, para jenderal dan pendeta, semuanya satu suara, setuju membuangku.
13. Ketika mendengar pendapat mereka, aku amat gembira, pikiranku tergetar (karena) tujuan -yang untuknya aku telah mempraktekkan latihan yang keras- telah bertumbuh bagiku.
14. Setelah memandikan aku, mengolesi aku dengan krim, memasang mahkota kerajaan (dikepalaku), setelah mengurapiku melalui upacara, mereka menyuruhku mengelilingi kota di bawah peneduh.
15. Dengan memasangnya tinggi-tinggi selama tujuh hari, (suatu hari) ketika bulatan matahari telah muncul, kusir kereta perang itu membawaku keluar dengan kereta, dan sampai ke hutan.
16. Dia menghentikan kereta di lapangan terbuka, kuda yang dikekang dilepaskan dari tangannya, kusir itu menggali lubang untuk menguburku di tanah.
17. Karena takut akan tekad kuat yang dalam berbagai cara dengan mantap ditentukan, aku tidak melanggar tekad kuat itu yaitu demi Pencerahan itu sendiri.
18. Ibu dan ayah bukannya tidak menyenangkan bagiku, dan diri ini juga bukannya tidak menyenangkan bagiku. Kemahatahuan amatlah berharga bagiku, oleh karenanya aku dengan mantap bertekad untuk itu sendiri.
19. Bertekad kuat untuk faktor-faktor itu, aku hidup selama enam belas tahun. Tidak ada seorang pun yang menyamaiku dalam tekad yang kuat - inilah penyempurnaan Tekad Kuatku.
2. Tak satupun dari enam belas ribu selir raja melahirkan anak (laki) pada saat itu. Setelah banyak siang dan malam, aku muncul, satu-satunya.
3. Ayahku menaruh peneduh berwarna putih yang dipasang di atas ranjangku, membesarkanku, putra tersayang, dengan kelahiran yang elok, pembawa-cahaya, yang hampir tidak diperolehnya.
4. Ketika bangun dari tidur di ranjang mewah itu, aku kemudian melihat peneduh pucat yang melaluinya aku telah masuk ke alam menderita.
5. Saat melihat peneduh itu, rasa ngeri yang besar muncul dalam diriku. Aku mencapai keputusan "Bagaimana aku bisa melepaskan ini?"
6. Sesosok devata yang dulu adalah sanak keluargaku, yang menginginkan kesejahteraanku, melihat aku yang amat cemas itu. Dia lalu menasihatiku tentang tiga (jenis) perilaku:
7. "Jangan menunjukkan kecerdasan apa pun, kepada semua makhluk jadilah seperti orang tolol, biarkan semua orang menumpukkan hinaan kepadamu -- dengan demikian akan ada kesejahteraan bagimu."
8. Ketika hal ini dikatakan, aku berkata demikian, "Aku akan menjalankan perintah seperti yang engkau katakan, devata. Engkau menginginkan kebaikanku, sahabat, engkau menginginkan kesejahteraanku, devata."
9. Ketika mendengar kata-katanya, aku bagaikan menemukan daratan kering di lautan. Dengan gembira, dengan pikiran tergetar, aku dengan mantap bertekad untuk tiga faktor:
10. Aku bisu, tuli, lumpuh -- tidak mampu berjalan. Dengan tekad kuat menjalankan faktor-faktor ini, aku hidup selama enam belas tahun.
11. Kemudian ketika mereka menggosok tangan, kaki, lidah dan telingaku, melihat tidak ada cacat pada diriku, mereka menunjukku sebagai "yang tidak beruntung".
12. Maka semua orang di negeri itu, para jenderal dan pendeta, semuanya satu suara, setuju membuangku.
13. Ketika mendengar pendapat mereka, aku amat gembira, pikiranku tergetar (karena) tujuan -yang untuknya aku telah mempraktekkan latihan yang keras- telah bertumbuh bagiku.
14. Setelah memandikan aku, mengolesi aku dengan krim, memasang mahkota kerajaan (dikepalaku), setelah mengurapiku melalui upacara, mereka menyuruhku mengelilingi kota di bawah peneduh.
15. Dengan memasangnya tinggi-tinggi selama tujuh hari, (suatu hari) ketika bulatan matahari telah muncul, kusir kereta perang itu membawaku keluar dengan kereta, dan sampai ke hutan.
16. Dia menghentikan kereta di lapangan terbuka, kuda yang dikekang dilepaskan dari tangannya, kusir itu menggali lubang untuk menguburku di tanah.
17. Karena takut akan tekad kuat yang dalam berbagai cara dengan mantap ditentukan, aku tidak melanggar tekad kuat itu yaitu demi Pencerahan itu sendiri.
18. Ibu dan ayah bukannya tidak menyenangkan bagiku, dan diri ini juga bukannya tidak menyenangkan bagiku. Kemahatahuan amatlah berharga bagiku, oleh karenanya aku dengan mantap bertekad untuk itu sendiri.
19. Bertekad kuat untuk faktor-faktor itu, aku hidup selama enam belas tahun. Tidak ada seorang pun yang menyamaiku dalam tekad yang kuat - inilah penyempurnaan Tekad Kuatku.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com