Pembabar Dhamma (1)
Dhammakathika 1 (SN 22.115)
Di Sāvatthī… Sambil duduk di satu sisi, bhikkhu itu berkata kepada Sang Bhagavā:
“Yang Mulia, dikatakan, ‘pembabar Dhamma, pembabar Dhamma.’ Bagaimanakah, Yang Mulia, seseorang adalah pembabar Dhamma?”
“Bhikkhu, jika seseorang mengajarkan Dhamma untuk tujuan kejijikan terhadap bentuk, untuk peluruhan dan lenyapnya, maka ia dapat disebut sebagai seorang bhikkhu yang adalah pembabar Dhamma. Jika seseorang berlatih untuk tujuan kejijikan terhadap bentuk, untuk peluruhan dan lenyapnya, maka ia dapat disebut sebagai seorang bhikkhu yang berlatih sesuai dengan Dhamma. Jika, melalui kejijikan terhadap bentuk, melalui peluruhan dan lenyapnya, ia terbebaskan melalui ketidak-melekatan, maka ia dapat disebut sebagai seorang bhikkhu yang mencapai Nibbāna dalam kehidupan ini juga.
“Bhikkhu, jika seseorang mengajarkan Dhamma untuk tujuan kejijikan terhadap perasaan … persepsi … bentukan-bentukan kehendak … kesadaran, untuk peluruhan dan lenyapnya, maka ia dapat disebut sebagai seorang bhikkhu yang adalah pembabar Dhamma. Jika seseorang berlatih untuk tujuan kejijikan terhadap kesadaran, untuk peluruhan dan lenyapnya, maka ia dapat disebut sebagai seorang bhikkhu yang berlatih sesuai dengan Dhamma. Jika, melalui kejijikan terhadap kesadaran, melalui peluruhan dan lenyapnya, ia terbebaskan melalui ketidak-melekatan, maka ia dapat disebut sebagai seorang bhikkhu yang mencapai Nibbāna dalam kehidupan ini juga.”
“Yang Mulia, dikatakan, ‘pembabar Dhamma, pembabar Dhamma.’ Bagaimanakah, Yang Mulia, seseorang adalah pembabar Dhamma?”
“Bhikkhu, jika seseorang mengajarkan Dhamma untuk tujuan kejijikan terhadap bentuk, untuk peluruhan dan lenyapnya, maka ia dapat disebut sebagai seorang bhikkhu yang adalah pembabar Dhamma. Jika seseorang berlatih untuk tujuan kejijikan terhadap bentuk, untuk peluruhan dan lenyapnya, maka ia dapat disebut sebagai seorang bhikkhu yang berlatih sesuai dengan Dhamma. Jika, melalui kejijikan terhadap bentuk, melalui peluruhan dan lenyapnya, ia terbebaskan melalui ketidak-melekatan, maka ia dapat disebut sebagai seorang bhikkhu yang mencapai Nibbāna dalam kehidupan ini juga.
“Bhikkhu, jika seseorang mengajarkan Dhamma untuk tujuan kejijikan terhadap perasaan … persepsi … bentukan-bentukan kehendak … kesadaran, untuk peluruhan dan lenyapnya, maka ia dapat disebut sebagai seorang bhikkhu yang adalah pembabar Dhamma. Jika seseorang berlatih untuk tujuan kejijikan terhadap kesadaran, untuk peluruhan dan lenyapnya, maka ia dapat disebut sebagai seorang bhikkhu yang berlatih sesuai dengan Dhamma. Jika, melalui kejijikan terhadap kesadaran, melalui peluruhan dan lenyapnya, ia terbebaskan melalui ketidak-melekatan, maka ia dapat disebut sebagai seorang bhikkhu yang mencapai Nibbāna dalam kehidupan ini juga.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com